Bab 39. Akhirnya Menikah

13 8 3
                                    

Di bulan ini pun Kahfi mempersiapkan pernikahannya dengan Hanum dan dalam pernikahan Hanum memakai nama aslinya dalam undangan yang di sebarkan juga surat nikahnya di Pengadilan Negeri Agama Bandung air matanya berlinangan menyaksikan apa yang di alaminya sekarang ini.

"Walau memang dari awal kenyataannya kamu adalah Fatimah tapi kamu tetap Hanum di hati aku", ucap Kahfi.

"Kita harus sama - sama berikhtiar kepada Allah agar menjaga keimanan cinta kita", katanya kemudian.

"Syukron Kahfi atas semua apa yang kamu berikan selama ini sama aku", ucap Hanum.

Di bulan ini pun Kahfi dan organisasi mahasiswa lainnya sudah resmi melepas jabatan dan menyerahkannya kepada adik - adik angkatan untuk meneruskannya tapi baginya suatu saat dia bisa kembali menjadi relawan dengan cara yang berbeda.

Tiba waktunya pernikahan itu dan akad nikah di selenggarakan di mesjid Hadiah dari Ashad untuk Zulaikha yang juga atas namanya Al Badrunisah nama belakang Zulaikha, tepat jam 10 rombongan pengantin dari pihak keluarga laki - laki sudah siap menghadapi penghulu dan meja ijab qobul, Kahfi terlihat tampan dengan balutan beskap warna putih adat sunda yang di kenakan olehnya serta blankon dan kain adat sunda berjalan di depan dan di belakang adalah keluarganya.

Hanum ikhlas walau harus tetap Aliyah dan Zaki sebagai wali nikahnya paling tidak dia bisa sebagai Fatimah Salsabilla nama aslinya dalam pernikahannya di hadiri Raina ibu kandungnya.

Air matanya menetes di depan cermin meja ria pengantin dan dia terlihat cantik juga dengan kebaya sunda warna putih juga kain batik sunda dan berjalan juga ke arah meja ijab Qobul.

Ketika akad nikah berlangsung Zaki meneteskan air mata walau bukan abi kandungnya paling tidak Allah memberikan kesempatan untuk menikahi Fatimah nama aslinya atau Hanum nama yang di berikan oleh mereka.

Raina meneteskan air mata melihat anak kandung yang selama ini di kira sudah tiada teryata masih hidup dan mendapat pasangan yang akan mendampingi hidupnya.

"Saya terima nikahnya Fatimah Salsabilla Binti Badrunisah di bayar tunai", ucap Kahfi dengan mantap dan air mata Kahfi menetes ketika mengecup kening Hanum yang sudah menjadi istri sahnya kemudian mereka memamerkan kepada orang yang hadir buku nikah keduanya.

Akhirnya menjadikan Hanum pasangan halal untuknya akan restu Allah melalui doanya selama ini sudah di jabah olehNya walau dari lamanya hubungan mereka yang rumit dan Kahfi meneteskan air mata melihat cincin yang melingkar di jari dirinya dan juga Hanum.

"Hanum", ucap Kahfi.

"Boleh sesekalinya aku panggil kamu Fatimah", ? Katanya kemudian.

"Panggil aku Fatimah pun enggak masalah karena sebenarnya selama ini aku memang kenyataannya Fatimah yang di cari umi Raina selama ini", ujar Hanum kemudian.

"Iyah", lirih Kahfi.

"Fatimah", katanya kemudian.

Setelah menikah Kahfi melanjutkan skripsinya dan di mulai menghadapi sidang previewnya kemudian sidang karyanya yang membahas buku novel yang sudah di cetak olehnya revisinya pun juga tidak banyak dan di bulan November ini Kahfi akan menghadapi sidang akhirnya juga.

Ketika berada di taman kampus dia melihat foto - foto ketika dirinya masih menjadi organisasi mahasiswa yang menjadi sejarah bagi dirinya sendiri juga.

Seraya pandangan matanya melihat adik- adik angkatannya sibuk seperti dirinya dulu.

"Suatu saat anak kita akan menjadi seperti kamu membela sesama muslim dengan caranya sendiri menumpahkan darahnya demi saudara sesama muslim yang membutuhkan atau kamu akan kembali jadi relawan di tempat yang berbeda", ujar Hanum yang duduk di sebelahnya.

"Semua Allah yang sudah atur semuanya", sahut Kahfi kemudian.

Air mata Hanum menetes dan sudah tidak bisa di bendung lagi olehnya benar - benar karena apa yang di rasakannya adalah benar - benar ingin tumpah dan tidak bisa di bendung lagi olehnya.

"Sebenarnya selama ini aku hanya butuh pelindung seseorang dari apa yang aku alami selama ini tapi selebihnya rasanya aku juga malah yang harus melindungi hal itu dan satu hal yang aku juga sebenarnya selama ini sama kamu kahfi",isak Hanum.

"Aswan hampir mau memperkosa aku tapi aku mengelak dan hal itu enggak kejadian dan dia mendekati aku karena ingin mencicipi tubuh aku dan awalnya dia aku pikir dia orang yang perhatian terhadap apa yang aku alami selama ini tapi teryata hanya memanfaatkan keadaan aku saja", lirih Hanum dan meneteskan air matanya perlahan turun di pipinya.

Kahfi pun merasa tidak percaya atas pendengarannya juga selama ini dan apa yang di lakukan Aswan juga padanya.

"Karena tujuannya adalah dengan aku dan aku tahu akan hal tersebut", sahut Kahfi kemudian.

"Karena dia sudah tahu kelemahan kamu dan terus - terang posisi aku sekarang adalah suami aku punya hak sepenuhnya atas diri kamu Fatimah termasuk saat ini memanggil kamu adalah Fatimah karena umi Aliyah dan Abi Zaki sudah menitipkannya sama aku sepenuhnya tentang kamu", tegas Kahfi juga.

"Aku punya tanggung jawab sepenuhnya atas diri kamu kalau begitu", katanya kemudian dan Hanum yang sekarang sudah di panggil Fatimah dan hal itu membuat Hanum menangis dengan derasnya dan menjatuhkan kepalanya di pundak Kahfi dengan lesu, Kahfi pun mengusap kepalanya dengan lembut.

"Fatimah kamu enggak perlu khawatir kedzholiman orang akan menjauh ketika seseorang sudah dalam pernikahan suatu saat kalau memang orang tua kamu pun sudah tiada aku yang akan menggantikan posisinya menjadi orang tua kamu", ujar Kahfi lembut.

Waktu dzuhur mulai terdengar dan Kahfi sholat dzuhur berjamaah dengan Hanum dan setelah sholat air mata Hanum terisak - isak dan Kahfi mendengar doanya yang mengakui semua apa yang di pendamnya selama ini.

Rupanya memang Aswan menaruh hati pada Hanum dengan cara yang salah di sini peran Kahfi sebagai suami di mainkan dan perlahan memang Allah menunjukkan keadaan yang selama ini masih tertutup oleh kabut.

KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang