04

38.5K 2.9K 90
                                    

Beberapa hari berlalu, sebelum tanggal 28 Aksa sudah merasa suhu tubuhnya mulai tidak teratur.

Saat akan tidur, Aksa menelan pil miliknya.
"Udah minum pil heat ya ?" Tanya Bima saat dia melihat Aksa menelan pil khusus untuk omega.

"I-iya mas, ini belum tanggal 28.. sepertinya siklus heat saya sedikit berubah jadi saya minum pilnya dulu sebelum benar-benar memasuki masa heat" jawab Aksa.

Bima perlahan duduk di sisi sebelah kasur.
"Oh begitu, ya sudah lebih baik kita tidur.. ini sudah jam 11 malam"

"Iya mas, selamat malam" Aksa menaruh botol pilnya di atas meja dekat kasur.

"Malam dek"

Aksa perlahan berbaring di sisi lain kasur begitu pula dengan Bima.

Aksa tidur membelakangi Bima, walaupun mereka berdua sudah satu bulan menikah dan tidur satu kasur tapi tak sekalipun Aksa tidur mendekat agar bisa bersentuhan dengan Bima, dia sangat tenang saat tidur.

Bima memandangi punggung Aksa.
'Kapan ya dek, mas bisa peluk kamu ?' batin Bima tapi sedetik kemudian kedua pipi Bima memerah.

'Mikir apa aku ? Jangan berpikir yang aneh-aneh Bima.. lebih baik tidur' Bima memejamkan matanya.

Keesokkan harinya, Aksa bangun lebih dulu karena dia berniat pergi ke minimarket membeli beberapa bahan makanan untuk resep ayam tepung yang baru dia pelajari.

Bima bisa mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi tanda Aksa tengah membersihkan tubuhnya.

"Ah, leher ku sedikit sakit.. salah posisi tidur" Bima turun dari kasur seraya memijat-mijat pelan lehernya lalu berjalan ke sisi sebelah kasur untuk membuka tirai di kamar agar cahaya matahari bisa masuk.

Bima tersenyum saat melihat cuaca pagi ini begitu cerah dan langitnya juga biru.
"Cuacanya bagus" gumam Bima, saat Bima berniat melangkah mengambil pakaiannya dia tidak sengaja melihat botol kecil berisi pil milik Aksa.

Lama dia memandanginya hingga akhirnya Bima mengambil botol itu lalu dia sembunyikan di dalam sakunya.

Tak lama kemudian, Aksa keluar dari kamar mandi. Aksa tersenyum kearah Bima yang saat ini sudah berkeringat dingin takut ketahuan.

"Pagi mas Bima, masuk pagi ya ?" Tanya Aksa.

"Iya.. mas masuk pagi, mas mandi dulu ya" Bima berjalan cepat masuk ke dalam kamar mandi.

Aksa tidak menaruh curiga sedikitpun, dia sibuk dengan pikirannya untuk memasak makan siang hari ini.

Bima yang ada di dalam kamar mandi perlahan mengeluarkan botol kecil itu dari saku celananya, dia menaruh botol pil itu di atas wastafel.

"Hah.. " Bima menghela nafasnya berat, dia membasuh wajahnya.
" ..Bima, apa yang sudah kamu lakukan ? Ini ide yang buruk, Aksa bisa membenci mu" gumam Bima.

Tapi kembali setan datang menghasut Bima untuk membuang botol pil milik Aksa, Bima berkali-kali membuang juga mengambil botol itu dari tempat sampah sampai akhirnya dia beralih membuang isinya ke dalam toilet.

Bima bisa melihat beberapa pil itu pergi bersama aliran air saat dia menekan tombol flush, Bima juga berencana membuang botolnya di tempat sampah kampus agar jejaknya tidak ketahuan oleh Aksa.

Di tengah memikirkan rencana, pintu kamar mandi tiba-tiba di ketok oleh Aksa yang membuat Bima hampir saja melompat karena terkejut.

"Permisi mas Bima ?" Ujar Aksa dari luar kamar mandi.

"Ah iya .. kenapa dek ?" Jawab Bima tanpa membuka pintu.

"Saya pergi ke minimarket ya mas, kalau mas pergi tolong tutup semua pintu dan jendelanya"

"Oh iya, nanti mas tutup !" Kata Bima.

"Terima kasih mas"

"Iya, tidak jadi masalah" Bima bisa mendengar langkah kaki Aksa menjauh tanda dia sudah pergi.

Bima segera mandi lalu bersiap untuk pergi mengajar. Sesuai permintaan Aksa, Bima segera menutup pintu dan jendela kemudian melaju menuju kampus.

Sesampainya di kampus, Bima langsung membuang botol itu di dalam tong sampah.

'Maafkan aku Aksa tapi kalau aku tidak bergerak kita tidak akan ada kemajuan.. akan terus seperti ini' batin Bima.

Bima pergi mengajar sementara Aksa sudah kembali dari minimarket membeli bahan untuk makanan yang  akan dia buat.

Selama memasak, Aksa merasa sedikit gerah jadilah dia menghidupkan kipas angin tapi sepertinya tidak mempan.

"Ah, sepertinya cuaca lagi panas-panasnya" gumam Aksa seraya membalur bumbu jadi untuk ayam tepungnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang dan Bima pun sudah pulang. Bima bisa mencium aroma enak dari arah dapur.

"Siang dek" sapa Bima.

"Oh siang mas, sudah pulang" Aksa tersenyum manis.

"Iya sudah, kenapa kipas hidup ? Panas ya ?" Tanya Bima.

"Hm, kalau mas mau ganti baju silahkan.. sebentar lagi saya siapkan di meja makan" kata Aksa seraya membolak-balik ayan tepungnya.

Bima tersenyum.
"Dek, sebentar.. " Bima mendekat, dia mengurangi api di kompor yang Aksa pakai.

" ...apinya kecilkan sedikit ya biar ayamnya matang"

"Terima kasih mas, saya pikir semakin besar apinya makin cepat matang" ujar Aksa dengan wajah polos.

"Tidak dek, kalau apinya besar nanti ayamnya mentah tapi sudah gosong diluar.. jadi tidak enak"

Aksa menundukkan kepalanya.
"Maaf ya mas"

"Tidak apa-apa namanya juga belajar kan, ya sudah .. mas ganti baju dulu ya" kata Bima.

"Iya mas" Aksa mengangguk pelan.

Bima berjalan masuk ke dalam kamarnya dan Aksa, Bima bisa mencium aroma feromon di dalam kamar ini tapi masih samar-samar mungkin pil yang Aksa minum pagi tadi berhasil menunda heatnya.

Setelah berganti pakaian, Bima pergi ke dapur melihat hasil kerja Aksa.
"Yang ini bagaimana mas ?" Tanya Aksa.

"Iya, itu sudah pas .. warnanya kecoklatan, angkat saja dek"

"Baik mas" Aksa menuruti semua arahan Bima hingga gorengan Aksa selesai.

Aksa membawa ayam tepung itu ke atas meja makan, mereka berdua terlihat lahap memakan goreng ayam tepung buatan Aksa.

Bima memuji Aksa yang perlahan baik dalam memasak, selesai makan Aksa mencuci piring lalu Bima membantu Aksa merapikan meja dapur yang sedikit berantakan.

Saat mencuci piring, Aksa merasa kepalanya sedikit pusing jadilah dia memutuskan untuk pergi ke kamar mencari botol pilnya.

"Ini belum tanggal 28 tapi kenapa kepala ku sesakit ini.. ? Hah, ya ampun dimana aku menyimpan pil ku ?" Aksa terus mencari tapi tidak ketemu.

Feromon Aksa tak bisa dia kendalikan lagi, Aksa merasa siklus heatnya berubah.
"Oh tidak, botol pil ku hilang" kedua tangan Aksa bergetar saat mencari botolnya.

Bima menyusul Aksa ke kamar tapi baru saja Bima menginjakkan kakinya di depan pintu, Bima bisa mencium aroma manis yang ternyata datang dari Aksa.

"Dek ?" Panggil Bima dari luar kamar.

Perlahan Aksa menoleh kearah Bima, kedua pipinya memerah juga keringat membasahi wajah Aksa.
"Mas.. hah.. hah.. botol ku, mas ada lihat ?" Tanya Aksa dengan tatapan sayu.

Bima mengepalkan kedua tangannya.
'Hah.. Aroma feromonya manis sekali'  batin Bima.

.
.

Bersambung ... 

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang