06

38.7K 2.7K 60
                                    

Perlahan Bima membuka matanya yang masih terasa mengantuk tapi dia harus bangun untuk pergi bekerja.

Bima meraba-raba kasur didekatnya, dia pikir Aksa masih ada disisi Bima tapi ternyata Aksa sudah beranjak dari kasur saat Bima masih terlelap tidur.

Bima bangun dari posisi tidurnya, dia juga bisa melihat pakaiannya dan Aksa yang tadi malam berantakan sudah bersih lebih tepatnya sudah Aksa taruh di keranjang pakaian.

Bima akhirnya turun dari kasur mengambil celana training juga baju kaosnya.
"Kemana dia ? Aku bahkan tidak sadar dia sudah pergi" gumam Bima.

Bima melangkah keluar dari kamar, dia pergi ke dapur tapi Aksa tidak ada disana.
"Aksa.. dia kemana ?" Tanya Bima pada dirinya sendiri karena dia tidak menemukan Aksa di rumah.

Pria Alpha ini pun mencari di sekitar rumah tapi tidak menemukan Aksa, akhirnya Bima memutuskan tidak mengajar hanya hari ini dengan memberikan tugas untuk mahasiswanya.

Bima terus menanti Aksa dengan gelisah terlebih dia tidak memiliki nomor telpon Aksa.
"Hah.. ya ampun kenapa aku bisa sebodoh ini ? Aku bahkan tidak punya nomor ponselnya.. bagaimana kalau dia marah karena aku tanpa ijin sudah menyentuhnya ?"

Sesekali Bima melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi Aksa tak kunjung datang, Bima akhirnya memutuskan pergi mencari Aksa.

Bima mengambil jaket juga kunci mobilnya, Bima berniat pergi ke rumah orang tua Aksa untuk mencari omega manisnya tapi saat Bima membuka pintu, dia bertemu dengan Aksa yang sepertinya baru datang berbelanja.

"Oh, Mas Bima"

Bima melihat wajah Aksa yang terlihat baik-baik saja.
"Kamu dari mana dek ?" Tanya Bima.

Aksa memperlihatkan kantong plastik belanjaannya.
"Dari minimarket mas beli bahan masakan, mas belum berangkat ke kampus ?" Tanya Aksa balik.

Bima mengusap pelan leher belakang nya.
"Ma-mas ijin hari ini" jawab Bima.

Aksa tersenyum.
"Oh begitu, ya sudah.. saya masuk dulu, mau masak"

"Ah iya" Bima memberi Aksa jalan agar dia bisa melangkah masuk ke dalam rumah.

Bima tidak tau harus mulai bicara dari mana untuk membahas kejadian malam tadi, Aksa pun terlihat tidak ingin membahas hal tersebut.

Perlahan Bima melangkah masuk, dia melihat Aksa sibuk di dapur.
"Dek.. " panggil Bima.

"Iya mas ?" Aksa berbalik melihat Bima.

"Mau masak apa ?" Tanya Bima.

"Ini mas, saya baru lihat di internet.. mau coba ayam kecap" ujar Aksa.

"Mau mas bantu ?" Tanya Bima lagi.

Aksa meremas plastik belanjaannya.
"Sa-saya bisa sendiri mas" nada bicara Aksa tiba-tiba berubah, dia juga membalik tubuhnya membelakangi Bima.

Bima mengepalkan kedua tangannya.
"Dek.. maaf"

Aksa semakin kuat meremas plastik belanjaannya mencoba melampiaskan perasaan gugupnya.
"Untuk apa mas ? Memangnya mas ada salah dengan saya ?" Tanya Aksa.

"Iya, mas salah.. mas sudah menyentuh mu tanpa ijin"

"Mas, tentang malam tadi.. " Aksa terdengar menghela nafasnya berat.
" .. harusnya saya yang minta maaf karena saya tidak bisa mengontrol diri sebagai seorang omega dan hanya menyusahkan mas saja saat heat"

"Aksa.. kamu tidak salah yang salah itu mas" Kata Bima saat mendengar apa yang Aksa katakan.

Aksa mengelengkan kepalanya.
"Saya tau sejak awal mas tidak ingin menikahi saya dan terpaksa menolong saya malam tadi karena itu saya minta maaf mas"

"Aksa.. " Bima tidak tau apa yang membuat Aksa mengatakan hal seperti itu, apakah perasaan Bima tidak tersampaikan padanya selama ini.

Perlahan Bima mendekat, dia menyentuh kedua pundak Aksa yang membuat Aksa sedikit terkejut.

" ..apa artinya mas untuk mu dek ?" Tanya Bima.

Aksa meremas kedua tangannya didepan dada.
"Arti ? Apa suatu pernikahan harus memiliki arti ?" Tanya Aksa dengan suara bergetar.

"Dek.. fokus dengan pertanyaan mas, bagi mu apa arti dari saya untuk mu ? Apa kamu memang menginginkan pernikahan ini ? Atau.. " Bima melepas tangannya dari Aksa.

" ..kamu menginginkan perceraian ?"

DEG!
Aksa langsung berbalik menatap Bima.

"Ma-mas mau menceraikan saya ?" Tanya Aksa dengan mata berkaca-kaca.

Perlahan tangan Bima terangkat menyentuh pipi Aksa.
"Kamu selalu membalik pertanyaan mas dek, itu tidak baik" Bima tersenyum lembut.

"Unn.. " buliran bening keluar membasahi mata Aksa.
" ..maaf mas"

"Ah ya ampun.. " Bima menarik Aksa ke dalam pelukannya.
" ..jangan menangis, mas mau kita bicara serius karena ini menyangkut masa depan kita berdua"

"Uhh.. " Aksa meremas baju Bima, Aksa tidak tau harus bersikap seperti apa setelah kejadian malam tadi.

Tubuhnya sakit, Aksa juga sangat terkejut saat dia bangun sudah ada dalam pelukan Bima dan lagi pakaian mereka berserakan di lantai.

Aksa merasa takut karena ulahnya Bima jadi terpaksa menyentuh Aksa, dia mengira Bima hanya menolong Aksa atas dasar kasihan terlebih lagi dia sekarang membicarakan tentang perceraian.

"Ah.. " Bima sedikit terkejut saat merasa Aksa membalas balik pelukannya.

" .. tenangkan diri kamu dulu ya" Bima mengusap-usap punggung Aksa mencoba menenangkan omega manis ini.

Setelah Aksa merasa tenang, Bima mengajak Aksa bicara berdua di ruang tamu.

Mereka berdua duduk berhadapan di salah satu sofa panjang, Bima menyentuh tangan Aksa.
"Sekarang adek dengarkan mas ya, apa sejak awal dek Aksa merasa terpaksa menikah dengan mas ?"

"Hm, awalnya merasa seperti itu tapi lama kelamaan saya mulai terbiasa tinggal bersama mas" jawab Aksa.

Bima mengenggam erat tangan Aksa.
"Dek.. mulai sekarang kalau dek Aksa merasa akan masuk masa heat jangan sungkan untuk minta tolong mas ya, adek lihat.. mas ini suami dek Aksa, apapun yang kamu minta akan mas usahakan jadi jangan anggap mas ini orang lain, hm ?"

Kedua pipi Aksa memerah.
"Ja-jadi kita tidak jadi cerai ?"

Bima mengusap-usap pucuk kepala Aksa.
"Siapa yang mau cerai ? Mana mungkin mas ceraikan kamu setelah malam pertama kita"

Blush!
Kedua pipi Aksa memerah.

Bima mendekat melihat wajah Aksa.
"Bagaimana tubuh mu dek ? Apa masih sakit ?" Tanya Bima, Aksa mengangguk pelan mengiyakan kata-kata Bima.

"Kamu jangan masak ya .. biar mas saja yang masak untuk kita hari ini"

Aksa menyandarkan kepalanya di dada Bima.
"Maaf ya mas, sudah merepotkan mas Bima"

Bima mengecup singkat dahi Aksa.
"Bukan merepotkan tapi saling membantu karena kita bukan orang asing tapi sudah menjadi keluarga.. itu keharusan dek"

Aksa tersenyum.
"Ya, mas dan aku sudah jadi keluarga"

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang