16

11.1K 990 44
                                    

Tiba di rumah sakit, Erik meminta agar Jo segera di periksa karena alpha ini merasakan sakit di perutnya.

Dokter segera memeriksa keadaan Jo, dokter mengecek apakah Jo mengalami pendarahan karena usia kandungan Jo masih sangat muda lebih lagi dia berstatus alpha resesif.

Setelah 10 menit memastikan semuanya aman, dokter meminta agar Jo lebih hati-hati lagi karena seorang resesif sangat sulit hamil dan Jo sangat beruntung bisa memiliki bayi yang kuat di perutnya.

Mendengar hal itu akhirnya Erik bernafas lega karena tidak terjadi apa-apa pada bayinya.

"Maafkan aku yang tidak bisa refleks menjaga mu.. harusnya aku lebih waspada lagi" kata Erik sembari menggenggam erat tangan Jo yang saat ini terbaring di ranjang UGD rumah sakit.

Jo tersenyum.
"Tidak apa-apa, kita pun tidak menduga kalau Gio akan menendang tepat di perut ku yang terpenting semua baik-baik saja"

"Ya, tunggu lah sebentar lagi.. dokter tengah meresepkan obat agar nyeri di perut mu membaik, aku juga meminta vitamin agar kamu dan bayi
kita sehat"

"Terima kasih Erik"

"Ya, apapun untuk kesehatan mu" Erik mengecup beberapa kali punggung tangan Jo, tak lama kemudian kedua pihak keluarga datang termasuk ibu Jo yang saat ini memakai kursi roda.

Ibu Jo sangat khawatir anak dan calon cucunya terluka tapi mendengar penjelasan Erik akhirnya mereka bernafas lega.

Setelah mendapat obat dan perawatan singkat akhirnya mereka pulang ke rumah Jo, Erik masih tidak memperbolehkan Jo berjalan.

Erik terus mengendong Jo hingga kamarnya bahkan melepas sepatu dan mengganti pakaian Jo dengan piyama tidur.

Melihat perhatian dari Erik, keluarga Jo merasa senang karena Erik terlihat tulus bahkan terbukti sangat mencintai Jo dari semua perhatiannya.

"Aku akan sangat senang kalau kita bisa menjadi besan" ujar ibu Jo pada ayah Erik.

Ayah Erik tersenyum lembut.
"Tentu saja, akan sangat menyenangkan bisa menambah keluarga baru"

"Ya, kami pun senang bisa menyatukan dua keluarga.. terima kasih sudah menerima putra kami" ayah Jo mengulurkan tangannya begitu pula ayah Erik menyambut uluran tangan itu.

"Tentu, aku pun berterima kasih" jawab ayah Erik.

.
.

Keesokkan harinya.

Gio pergi berbelanja bersama temannya setelah mendapatkan uang transferan dari Jo.

"Benar-benar menyebalkan, harusnya aku bisa mendapatkan lebih dari ini" gerutu Gio sembari memilih pakaian di toko.

"Hei, itu sudah sangat banyak kan...kamu bisa hidup selama setahun dari uang itu kalau kamu tidak boros" kata teman Gio.

"Ya tetap saja, harusnya aku bisa memeras lebih banyak lagi.. ini salah ku juga tidak mengajaknya tidur duluan, aku harusnya hamil dulu baru menikah dengan koki itu setelah bercerai kan aku masih bisa meminta hak ku sebagai orang yang sudah melahirkan anaknya eh.. tau-taunya dia malah hamil karena berstatus resesif" Gio terus mengomel karena tidak bisa mendapatkan uang lebih banyak.

"Haha, kalau begitu cari saja yang baru, ah.. bagaimana kalau goda saja calon suaminya itu, yang dosen itu kan ?"

"Ck, tidak bisa.. dosen itu sangat menyeramkan saat dia marah yang ada aku bisa dia bunuh, hah.. tunggu sebentar ya.. aku mau ke toilet dulu" kata Gio berjalan menjauh dari temannya.

Gio buang air kecil di toilet toko, saat dia hampir keluar dari bilik toilet seseorang tiba-tiba mendorongnya kembali masuk lalu mengunci bahkan memberi tanda toilet rusak di pintu tersebut.

"Hei-Mmph!" Orang itu menutup mulut Gio, Gio melihat wajah orang yang saat ini memakai topi.

Orang itu mengangkat wajahnya menatap Gio, betapa terkejutnya Gio saat melihat ternyata orang ini adalah Erik.

Gio mencoba memberontak tapi feromon Erik membuat tubuhnya langsung melemah, Erik meremas kasar kedua pipi Gio.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Jo benar-benar membuat ku marah, kamu pikir aku akan diam saja tanpa memberi mu pelajaran ?"

"Mn.. hah.. apa-ah!" Erik meremas milik Gio yang masih tertutup celana, Erik berbisik pelan di telinga Gio.
"Kamu harus ku beri pelajaran agar tidak bisa berbuat semau mu"

Erik memasang jaketnya di tubuh Gio juga memakai kan topi jaketnya di kepala Gio, Erik mengendong tubuh lemah Gio keluar dari toilet.

Erik berjalan melewati teman Gio yang sejak tadi menunggu, dia sangat ingin memanggil temannya tapi suara Gio tidak bisa keluar.

Pria alpha ini membawa Gio ke hotel yang sudah dia pesan sejak kemarin lalu menghempaskan kasar tubuh Gio di atas kasur.

"Hah.. hah.. hah.. " omega ini tak bisa kabur karena kakinya mati rasa, Erik mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari lalu menghamburkannya di tubuh Gio.

Deg. Deg. Deg.

Gio meremas seprei kasur saat melihat banyak mainan s*x yang ternyata sengaja Erik beli untuk membuat efek jera pada omega ini.

Awalnya Gio pikir Erik sendiri yang akan memperkosanya tapi ternyata beberapa detik kemudian kamar hotel di ketok dari luar.

Dua alpha yang dulu pernah menjadi korban Gio berdiri di hadapannya sekarang, dua alpha yang dulu Gio campakkan lalu dia ambil uangnya.

Gio sangat ketakutan tapi dia tidak bisa kabur karena ketiga alpha ini mengeluarkan feromon mereka hingga Gio tak mampu mengendalikan tubuhnya untuk bergerak pergi.

Erik menyentuh kedua pundak alpha ini, dia juga menaruh di masing-masing tangan mereka segepok uang dengan lembar berwarna merah.

"Lakukan apapun yang kalian mau padanya tapi jangan sampai dia mati" kata Erik yang langsung beranjak dari kasur.

"Pak.. jangan pergi ! Ku mohon!" Suara Gio bergetar memohon agar Erik tidak meninggalkan dia bersama dua alpha ini.

"Tidak.. tolong maafkan aku! Tidak!! Aahh.. !" Erik menutup pintu kamar hotel lalu menyalakan rokoknya, kamar ini kedap suara jadi tak akan ada yang mendengar walaupun omega itu berteriak histeris.

Erik berjalan keluar dari hotel itu menuju mobilnya tapi sebelum itu ponsel Erik berbunyi dengan nama Jo di layarnya.

Erik tersenyum manis, dia mengangkat telpon.
"Iya sayang ?" Tanya Erik.

"Kamu dimana ? Aku sudah siap, kita pergi menonton bioskop kan ?" ujar Jo.

"Ya, sebentar lagi aku ke rumah mu.. " Erik menatap rokoknya, perlahan dia menjatuhkan rokok itu lalu menginjaknya.

" ..sayang.. " panggil Erik.

"Hm, kenapa ?" Tanya Jo.

Erik tersenyum.
" ...setelah ini persiapan bibir mu untuk selalu ku cium"

"Huh ? Kenapa begitu, bukan kah kamu selalu mencium ku ?"

Erik masuk ke dalam mobilnya.
" ..kali ini berbeda, karena aku akan berhenti merokok jadi kemungkinan aku juga menginginkan kedua nipple mu" Erik menghidupkan mobilnya lalu tancap gas menuju rumah Jo.

"Eh, apa ?!" Jo sangat terkejut mendengar kata-kata Erik.
.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang