08

34.2K 2.4K 41
                                    

Bima menarik selimut menutupi tubuh toples Aksa, pria alpha ini juga memberi kecupan di dahi Aksa sebelum akhirnya dia keluar dari kamar membiarkan Aksa istirahat.

Bima melirik jam di dinding ruang tamu.
"Baru jam 4 sore.. oh iya, aku belum makan siang" Bima pergi ke dapur mengambil piring untuk makan nasi goreng buatan Aksa.

Bima duduk di meja makan sembari membaca berita di internet, Bima tersenyum saat satu sendok nasi goreng masuk ke dalam mulutnya karena masakan Aksa sudah sangat berkembang.

"Dia bisa jadi koki kalau seperti ini" puji Bima, dia merasa bangga memiliki Aksa yang mau berusaha sendiri tanpa Bima meminta.

Selesai makan, Bima mencuci piringnya. Dia melirik plastik sampah yang sudah penuh, Bima mengikat plastik sampah itu lalu menggantinya dengan plastik baru.

Bima menenteng dua plastik sampah keluar dari rumah hanya memakai celana training tanpa baju. Bima membuang sampah di tong sampah depan perumahannya tapi saat akan kembali ke rumahnya, dia bertemu dengan Jo yang baru saja selesai berkemas.

"Selamat sore pak Bima" sapa Jo.

"Oh, baru datang pak Jo ?" Tanya Bima, dia mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh Jo.

"Iya, baru saja.. bagaimana kabarnya pak Bima ? Ku dengar bapak sudah menikah" ujar Jo.

Bima tersenyum kaku.
"I-iya.. baru beberapa bulan lalu" jawab Bima.

Jo memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya, dia melihat tubuh Bima dimana ada beberapa luka cakaran baru di lengan dan dada Bima.

"Pak Bima ada peliharaan kucing ?" Tanya Jo.

"Ah, tidak ada.. kenapa pak ?" Tanya Bima balik.

Jo mengelengkan kepalanya.
"Tidak, hanya memastikan saja pak"

"O-Oh begitu" Bima bingung kenapa Jo bertanya hal seperti itu.

"Ya sudah pak Jo, saya masuk du-" belum selesai Bima bicara, Jo tiba-tiba memotong kata-kata Bima.

"Pasangan pak Bima wajah dan fisiknya kelihatan muda ya.. "

Deg!
Bima terkejut kenapa Jo bisa tau wajah dan fisik Aksa.

" ..oh, tadi dia lewat jadi ku sapa saja, dia omega yang manis" ujar Jo.

Bima tersenyum paksa, entah kenapa dia merasa sedikit kesal mendengar hal itu.
"Oh iya, dia memang manis" kata Bima.

Jo menatap Bima dengan senyum yang sulit Bima artikan.
"Berapa usianya pak Bima ? Sudah legal kan ?"

Bima mengepalkan kedua tangannya.
"Sudah, tenang saja.. dia sudah cukup umur untuk menikah" jawab Bima.

"Oh baguslah.. ku pikir masih umur belasan"

Deg.
Bima semakin kuat mengepalkan kedua tangannya.

"Itu bukan-"

"Mas Bima ?" Bima dan Jo langsung melihat kearah pintu rumah Bima, mereka bisa melihat Aksa berdiri hanya memakai selimut dengan tatapan mata mengantuknya.

"Maaf pak Jo, saya harus masuk.. senang bisa mengobrol dengan Anda. Selamat sore" Bima melangkah masuk ke arah Aksa.

"Kita masuk ya" Bima merangkul pundak Aksa untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Ada apa mas ?" Tanya Aksa karena dia bisa merasakan feromon Bima sedikit menyebar.

Bima langsung menghela nafasnya mencoba tenang, dia berusaha tersenyum.
"Bukan apa-apa, tadi mas makan masakan mu .. enak sekali"

Aksa tersenyum.
"Terima kasih mas"

"Bagaimana tubuh mu dek ? Kenapa kamu tidak istirahat saja di kasur ?"

"Ah, saya baik-baik saja mas.. cuma mau mandi saja, rasanya sedikit lengket" ujar Aksa.

Bima terkekeh pelan.
"Iya jelas lengket,. duduk dulu ya, mas siapkan air hangat buat kamu berendam"

"Eh mas, tidak usah"

Bima menepuk-nepuk lengan Aksa.
"Duduk di sofa.. nanti mas panggil kalau airnya sudah siap"

Aksa tersenyum lalu mengikuti perintah Bima untuk duduk di sofa, Aksa merasa senang karena Bima sangat perhatian terlebih Bima tak pernah lepas tanggungjawab atas perbuatannya.

Di dalam kamar mandi, Bima masih terbayang-bayang akan kata-kata Jo.
"Apa yang dia mau ? Dia baru saja datang dan mengatakan hal seperti itu seolah dia sudah lama mengenal kami" gumam Bima.

"Hah.. sudahlah, asalkan dia tidak menganggu Aksa saja" Bima mengisi air di dalam bathtub, setelah merasa cukup dia memanggil Aksa untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Mas bisa tunggu diluar ?" ujar Aksa malu saat Bima menyuruhnya membuka selimut.

"Tidak mau, mas akan menemani kamu masuk ke dalam dek.. takut kamu jatuh" kata Bima.

"Mas Bima, saya bisa sendiri" wajah Aksa memerah.

Akhirnya Bima mengalah.
"Ya sudah, hati-hati ya.. kalau ada perlu kamu panggil mas saja, mas tunggu di kasur"

Aksa tersenyum.
"Iya mas, saya masuk dulu"

"Hm," Bima mengangguk singkat, dia bahkan menunggu pintu kamar mandi tertutup rapat baru Bima pergi ke kasur menunggu Aksa seraya bermain ponselnya.

Aksa membuka selimut tebal yang dia bawa ke dalam kamar mandi, Aksa membuka selimut tadi hingga tubuhnya toples tanpa pakaian.

Aksa bisa melihat beberapa tanda merah di tubuhnya.
'Um... Banyak sekali tanda merah darinya' batin Aksa tapi dia merasa senang menerima tanda merah itu dari Bima tapi masih ada satu hal penting.

Aksa menyentuh leher belakangnya.
"Ini sudah dua kali tapi mas Bima tidak ada niatan menjadikan ku fated pairnya.. kenapa ?" Tanya Aksa pada dirinya sendiri.

Perlahan Aksa masuk ke dalam bathtub merilekskan seluruh tubuhnya.
"Ah, ini menenangkan" Aksa memejamkan matanya menikmati air hangat.

Setelah puas berendam, Aksa keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai handuk yang terlihat seperti mini dress saat Bima melihatnya.

"Ma-mas.. maaf, saya lupa bawa pakaian tadi" ujar Aksa, Aksa berjalan kearah lemari membelakangi Bima.

Glup.
Bima menelan salivanya berat, dia bangun dari kasur.

"Ah.. " Aksa sedikit terkejut saat merasakan dua tangan memeluk tubuh Aksa.

" ..mas Bima ?"

Bima menghirup aroma sabun dari tubuh Aksa.
"Wangi sekali kamu dek"

"I-ini kan sabun yang sama mas, mas Bima juga sering memakainya" kata Aksa.

"Tidak, ini berbeda saat kamu yang memakainya.. aromanya 10x lebih wangi di tubuh mu" Bima bahkan tidak membiarkan Aksa bergerak memilih pakaian di lemari, Bima memeluk Aksa seperti panda yang tak ingin lepas dari pengasuhnya.

'Um, sampai kapan kami seperti ini ?' batin Aksa yang tidak terbiasa dengan sikap manja Bima padanya.

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang