32

21.6K 1.7K 56
                                    

"Ini.. untuk mu" Erik menaruh berkas yang tadi Aksa bawa di meja kerja Bima.

"Dari mana kamu dapat berkas ku ?" Bima terlihat bingung.

"Aksa tadi datang bersama anak kalian, dia buru-buru pergi setelah melihat kamu berduaan bersama dosen baru"

"Hah !" Bima langsung berdiri.
"Kenapa kamu tidak secepatnya memberitahu ku ?! Kenapa baru sekarang ?!"

"Aku tidak mau menganggu mu memberi arahan jadi aku menundanya sebentar sampai kamu selesai" jawab Erik.

"Akhh! Kamu membuat masalah !" Bima panik sendiri, dia menepuk kesal kepala Erik.

"Hei !! Kenapa memarahi ku?!"

Tanpa menjawab, Bima bergegas pulang menemui Aksa. Bima tidak ingin terjadi kesalahpahaman antar keduanya terlebih dia tau Aksa sangat lelah mengurus anak.

Sesampainya di rumah, Bima bisa melihat Aksa duduk di kamar sembari menatap anak mereka yang saat ini tidur lelap di kasurnya.

"Dek, mas pulang" ujar Bima, dia melepas jaket juga tasnya.

Bima duduk di dekat Aksa.
"Mas dengar dari Erik tadi kamu ke kampus mengantar berkas mas yang tertinggal ya ?"

Aksa mengangguk pelan, perlahan Bima memeluk Aksa.
"Itu hanya salah paham dek, tadi itu dosen baru...mas hanya memberi arahan karena dia baru bekerja hari ini, jangan marah ya"

Aksa memeluk Bima balik.
"Mas.. sepertinya saya tidak pantas berada disisi mas Bima"

"Kenapa bicara begitu dek ?" Tanya Bima penasaran.

"Sa-saya.. " buliran bening keluar membasahi mata Aksa.
" ..saya merasa sangat tidak terawat, saya.. uhh.. lelah mas, huuu.. ternyata punya anak melelahkan dan saya merasa iri karena banyak omega seusia saya saat ini belajar di kampus tapi saya.. huu.. saya diam di rumah mengurus anak, saya tidak bisa pergi ke tempat yang saya suka.. saya tidak punya teman"

Bima semakin erat memeluk Aksa, dia tau Aksa mengalami baby blues karena ini anak pertama mereka jadi Bima memilih diam dan memeluk omeganya saja.

Bima mendengarkan semua keluh kesah Aksa tanpa protes, Aksa terus mengoceh tentang dirinya bahkan dia takut Bima berpaling pada omega lain yang jauh lebih sempurna dari Aksa bahkan banyak yang berpendidikan setara dengan Bima sedangkan Aksa hanya lulusan SMA.

'Hah... Ya ampun, dia pasti sangat lelah sampai terpikirkan banyak hal.. maafkan mas dek' Bima merasa bersalah karena tidak memiliki cukup waktu bersama Aksa.

Aksa terus meluapkan isi hatinya sembari menangis hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan.

Bima menyelimuti tubuh Aksa lalu mematikan lampu membiarkan Aksa dan Calista tidur di kamar sementara Bima pergi ke dapur memasak makan malam.

Selesai memasak, Bima berkonsultasi dengan ayahnya terkait Aksa yang ingin melanjutkan studinya ke bangku kuliah.

"Bagaimana ayah ?" Tanya Bima.

"Kalau dia memang ingin kuliah, biarkan saja.. jangan melarangnya"

"Aku tidak melarangnya...hah, hanya saja bagaimana dengan kartu keluarga kami ? Dia perlu itu untuk mendaftar kuliah, aku tidak mau identitas Aksa terekspos ke publik" ujar Bima.

"Ayah akan mengaturnya nanti yang penting kamu buat dia senang dulu.. kamu bisa kan jadi suami yang baik ?"

"Ya ayah, aku akan berusaha sebaik mungkin.. pendaftaran semester baru akan di mulai lima hari lagi, ku serahkan semuanya pada ayah"

"Ya, tenang saja.. ayah akan mengurusnya" jawab ayah Bima.

"Terima kasih, ku tutup" Bima menekan tombol merah, dia memasukkan ponselnya ke saku celana lalu menatap langit malam dari jendela rumahnya.

"Aku akan lebih mengawasinya di luar rumah, dia sangat manis.. aku takut alpha lain akan tertarik padanya" gumam Bima.

"Ah ya..." Bima melihat jam di dinding ruang tamu.
" ..sudah jam 7, aku harus membangunkan Aksa untuk malam malam"

.
.

"Dek Aksa.. dek.. bangun.. sayang, bangun ya" Bima mengusap lembut rambut Aksa.

Perlahan Aksa membuka matanya.
"Mm.. mas Bima, jam berapa ini ?"

"Jam 7 dek"

Aksa langsung membuka lebar matanya.
"Makan malam !! Saya belum masak mas !"

Saat Aksa berniat pergi dari kasur, Bima langsung memeluk tubuh Aksa.
"Hei.. jangan buru-buru begitu dek, nanti kamu sakit kepala"

"Ta-tapi, saya belum masak"

"Mas sudah masak untuk kita" ujar Bima.

"Ah, mas masak.. ? Tapi mas baru pulang kerja, mas pasti merasa lelah"

Bima mengusap-usap lembut pucuk kepala Aksa.
"Kamu juga lelah dek.. mas tidak punya waktu membuat makan malam seperti dulu tapi sekarang mas ada waktu jadi kamu yang istirahat dan tinggal makan saja"

Aksa langsung berbalik memeluk Bima.
"Terima kasih mas"

"Iya sayang, ayo mandi dulu ya.. mas siapkan di meja makan biar kita bisa makan malam sama-sama"

"Iya~" Aksa terlihat kembali ceria, dia berjalan menuju kamar mandi sementara Bima pergi ke dapur mempersiapkan makan malam mereka berdua.

Selesai mandi, Aksa memakai piyama yang sama seperti milik Bima lalu pergi ke dapur untuk makan malam bersama alphanya.

Bima memulai obrolan tentang hari ini, dia tidak ingin Aksa merasa sedih dan Bima ingin keduanya saling menaruh kepercayaan.

Aksa meminta maaf karena sudah membuat Bima khawatir padahal Aksa tau Bima sangat sibuk dengan pekerjaannya.

"Tidak apa-apa dek, mengutarakan isi hati itu lebih baik dari pada dipendam kan.. nanti adek sakit"

Aksa tersenyum.
"Iya mas"

"Habiskan makananmu ya" ujar Bima yang mendapat anggukan dari Aksa.

Beberapa hari kemudian, ayah Bima datang mengajak Aksa jalan-jalan.
"Eh, mendadak sekali ayah mertua.. ada apa ini ?" Tanya Aksa penasaran.

"Tidak apa-apa, ayah hanya ingin menghabiskan hari bersama menantu ayah.. biarkan Bima mengasuh Calista hanya untuk hari ini saja"

"Apa tidak apa-apa mas ?" Tanya Aksa.

"Ya, tidak jadi masalah.. kebetulan mas libur hari ini jadi pergilah bersama ayah"

Aksa terlihat sangat senang, dia berganti pakaian serapi mungkin sesuai permintaan ayah Bima. Keduanya pergi ke tempat makan, mengobrol sebentar lalu ayah Bima membawa Aksa ke kampus Bima.

"Ah, ayah mertua...apa kita akan menjemput seseorang di sini ?" Tanya Aksa.

"Tidak, ayah akan mengantar anak ayah mendaftar kuliah"

Deg.
Aksa meremas pelan celananya.

"A-anak.. bukan kah adik mas Bima masih kecil ?" Tanya Aksa.

Ayah Bima tersenyum.
"Anak ayah ada tiga, ah iya.. coba cek dulu berkas mu sebelum kita mendaftar"

Mata Aksa berkaca-kaca saat dia membuka map berisi berkas pendaftaran dan Aksa sudah resmi masuk ke dalam kartu keluarga Lesmana sebagai anak asuh.

Untuk sementara Aksa pindah ke kartu keluarga orang tua Bima atas bantuan kenalan ayah Bima juga mereka menghilangkan nama belakang keluarga Aksa agar dia tidak menjadi bahan olok-olok di kampus karena keluarga Biguna sudah di cap buruk oleh masyarakat.

Ayah Bima mengeluarkan banyak uang untuk merubah identitas Aksa tapi dari semua itu, dia ingin Aksa bahagia karena ayah Bima sudah menganggap Aksa sebagai anaknya.

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang