28

24K 1.7K 44
                                    

Dokter menatap Bima yang sejak tadi terus mengerakkan kakinya karena dia merasa sedikit gugup, dokter tersenyum simpul.

"Selamat siang pak Bima, di mana pasangan Anda ?" Tanya dokter penasaran karena Bima hanya datang seorang diri.

"Ehem," Bima berdehem pelan, Bima melirik perawat yang berdiri tidak jauh dari dokter, perlahan Bima mendekat begitu pula dengan dokter yang mendekati Bima.

" ..dokter, usia kandungan Aksa sudah masuk 6 bulan.. apa boleh kami melakukannya ?" Tanya Bima penasaran.

Dokter tertawa pelan mendengar apa yang Bima tanyakan, dia tidak menyangka Bima rela antri berjam-jam bersama para omega dan Beta yang tengah hamil hanya untuk menanyakan hal seperti ini.

Dokter langsung menjelaskan kalau berhubungan intim dengan pasangan sudah sangat aman asalkan Bima tidak membuat Aksa terbebani.

"Ada baiknya tanyakan pada pasangan Anda pak karena perasaan seseorang saat hamil itu cukup sensitif" ujar dokter.

Bima akhirnya paham, dia berterima kasih karena dokter mau menjelaskan hal sepenting ini dan lagi Bima meminta dokter menuliskan di kertas beserta cap rumah sakit agar menjadi bukti Bima sudah berkonsultasi.

Perawat terkekeh pelan melihat tingkah Bima, dia tidak menyangka pria dewasa ini kesulitan dalam menyentuh pasangannya.

Setelah mendapatkan catatan dari dokter, Bima langsung pulang ke rumah.

Dia bisa melihat Aksa duduk di ruang tamu.
"Dek, mas pulang" ujar Bima.

Aksa tersenyum lalu menghampiri Bima.
"Iya mas, saya tadi sudah buatkan makanan.. mau makan dulu atau mau ganti pakaian ?" Tanya Aksa.

Bima mengangguk.
"Langsung saja makan dek"

"Oh, tumben sekali mas mau langsung makan.. ya sudah, saya siapkan dulu" Aksa melangkah menuju dapur sementara Bima duduk di meja makan menunggu Aksa membawa masakannya hari ini.

Bima melihat perut Aksa yang sudah semakin besar.
"Dek.. kamu tidak merasa lelah ? Mau mas belikan kursi roda saja ?" Tanya Bima.

"Haha, apa yang mas katakan.. ? Walaupun sering merasa lelah tapi ini namanya proses, tidak apa-apa mas"

Bima mengenggam tangan Aksa.
"Mas cari jasa ART saja ya buat bantu kamu"

"Tidak usah mas, saya baik-baik saja toh kan saya tidak mengerjakan hal berat cuma memasak saja" ujar Aksa.

"Ya sudah dek kalau memang maunya kamu seperti itu"

Bima akhirnya mengurungkan niatnya mengajak Aksa berhubungan karena dia merasa kasihan pada omega kesayangannya ini.

Hari berganti hari, Bima mencoba menekan dirinya untuk tidak menyentuh Aksa hingga akhirnya Aksa menemukan kertas catatan dokter di saku baju Bima.

Aksa pikir Bima pergi ke dokter untuk berobat tanpa memberitahunya tapi ternyata catatan itu berisi persetujuan dokter untuk Bima bisa berhubungan intim dengan Aksa.

Aksa akhirnya menunggu Bima pulang untuk mengkonfirmasi hal ini, lama menunggu akhirnya Bima pulang kerja tepat pukul 4 sore, dia juga membawa makanan agar Aksa tidak terlalu lelah memasak untuk makan malam.

Awalnya Aksa bicara seperti biasa saja bersama Bima seolah tidak terjadi apa-apa hingga saat keduanya sudah berada di kamar untuk tidur, Aksa duduk di hadapan Bima lalu menyodorkan kertas yang sejak tadi dia sembunyikan.

Melihat kertas itu Bima sedikit panik, dia tersenyum kaku.
"Ma-mas hanya memastikan saja dek.. mas juga tidak mau memaksa kamu"

Aksa menghela nafasnya berat.
"Mas Bima, sebenarnya tidak apa-apa kalau mas memang menginginkan hal itu tapi hanya saja.. " Aksa menundukkan kepalanya.

" ..saya merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuh saya yang mulai terlihat membesar, saya takut mas tidak suka"

Bima menyentuh tangan Aksa.
"Dek, kamu itu indah.. apa yang membuat mas tidak menyukai bentuk  tubuh pasangan mas yang tengah mengandung darah daging mas sendiri, itu sangat tidak masuk akal.. hm ?"

Aksa tersenyum simpul.
"Terima kasih mas Bima"

Bima mendekat lalu mengecup singkat dahi Aksa.
"Jangan berterima kasih seperti itu sayang, mas yang harusnya berterima kasih karena kamu bersedia mengorbankan kebebasan mu untuk tetap bersama mas"

Aksa memeluk Bima.
"Mas Bima ! Saya merasa beruntung memiliki mas !"

Bima mengusap-usap punggung Aksa.
"Mas juga dek.. mas juga"

Keduanya berdiskusi singkat tentang hubungan seksual selama kehamilan Aksa, Bima pun bertanya apakah Aksa juga menginginkan hal itu atau tidak karena Bima tidak mau memaksa.

Aksa menjawab dia juga menginginkan Bima walaupun dia sedikit takut kandungannya akan bermasalah, setelah berdiskusi akhirnya Bima memutuskan untuk memeriksa kesehatan Aksa setiap kali mereka selesai melakukannya.

Keduanya mengatur waktu yang tepat, rasanya sedikit canggung setelah 6 bulan tak pernah berhubungan intim. Bima juga merasa gugup begitu pula dengan Aksa, Bima hari itu memasak makan malam juga menyiapkan meja makan berhias lilin dan bunga.

Aksa terkekeh pelan melihat Bima sejak pagi tadi sibuk sendiri mempersiapkan segalanya agar Aksa merasa senang sebelum mereka berakhir di kasur.

Bima juga membeli pakaian dinas baru untuk Aksa pakai malam ini.
"Mas, saya sudah siap" ujar Aksa keluar dari kamar memakai pakaian dari Bima.

Bima tersenyum senang, dia menarik kursi untuk Aksa duduk.
"Kemari dek, kita makan dulu" ujar Bima.

Aksa duduk di kursi sementara Bima mematikan lampu berganti dengan cahaya lilin dan lampu dengan cahaya redup dari arah ruang tamu.

Tak hanya itu, selesai makan Bima juga mengajak Aksa berdansa sebentar dengan musik dari ponsel Bima sebelum akhirnya Bima menggendong Aksa masuk ke dalam kamar.

Perlahan Bima membaringkan tubuh Aksa di kasus, dia menyentuh lembut pipi Aksa.
"Dek, kamu sangat indah" ujar Bima.

Aksa mengecup singkat tangan Bima.
"Terima kasih mas, maaf kalau tubuh saya tak seindah dulu"

Bima mengelengkan kepalanya.
"Tidak, dek Aksa tetap paling indah di mata mas" Bima merendahkan tubuhnya lalu mencium lembut bibir Aksa.

Aksa melingkarkan kedua tangannya di leher Bima, dia menutup matanya menikmati ciuman dari alphanya ini.

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang