20

9K 845 10
                                    

Sebelum mengantar Erik ke rumahnya, Bima mengajak Erik untuk minum kopi di kedai pinggir jalan.

Keduanya mengobrol sebentar.
"Apa kamu tidak menyesali semua ini ?" Tanya Bima.

"Bukan kah sudah ku katakan, aku tidak akan menyesalinya karena tanpa Jo aku kehilangan arah" jawab Erik.

Bima tersenyum.
"Kamu jauh berbeda dari Erik yang ku kenal dulu"

"Kamu pikir hanya aku ? Lebih tepatnya kita" ujar Erik.

"Haha, ya.. kamu benar kita sudah berubah hanya karena mencintai seseorang"

Bima menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Tentu kita harus berubah, bermain-main diusia sekarang bukan lah masanya lagi"

"Hm, menjadi contoh untuk anak-anak agar mencintai pasangannya itu sangat penting.. kasih dan cinta harus ditanamkan pada mereka sejak kecil, mereka harus melihat bagaimana orang tuanya saling mencintai" kata Erik.

Bima tertawa kecil.
"Kamu sangat bijak Erik.. apa karena kamu sudah menjadi bapak-bapak seutuhnya ?"

Erik ikut tertawa.
"Ya, ku rasa" jawabnya.

Setelah mereka menghabiskan kopinya, Bima mengantar Erik pulang. Erik mempersiapkan diri untuk bertemu Jo dan anaknya, dia harus mengatur kata-kata agar Jo tidak curiga.

Mobil Erik melaju pergi untuk menjemput Jo. Mereka berpamitan pulang karena Jo harus pergi melihat restorannya besok sementara Erik pun turun mengajar.

Mereka mengobrol ringan tentang anak mereka serta perawatannya, tak hanya itu Erik pun sudah membuat tabungan sendiri untuk anaknya agar anaknya tidak merasa kesulitan dikemudian hari.

Di tengah obrolan, Jo menatap Erik yang terus menceritakan bagaimana dia mengasuh si kecil selama Jo koma.

"Lalu bagaimana dengan tugas luar kota mu ?" Tanya Jo tiba-tiba yang membuat Erik diam sesaat lalu tertawa pelan.

"Ah.. haha, ya.. seperti itu lah, kami melakukan sosialisasi dibeberapa sekolah" jawab Erik.

Jo terus menatap Erik yang membuat pria alpha ini merasa tidak nyaman.
"A-apa ? Kamu tidak percaya ?"

"Bukannya aku tidak percaya hanya saja perasaan ku mengatakan kamu tidak ingin berkata jujur tentang sesuatu" Jo fokus melihat ke jalan.

Erik tersenyum kecil, dia mengenggam tangan Jo.
"Kita belum memberinya nama, aku menunggu kamu yang memilih nama paling bagus untuknya.. mau buat Akta kelahirannya bersama-sama ?" Tanya Erik.

Jo menghela nafasnya berat.
"Ya, mari berdiskusi setelah tiba di rumah" kata Jo.

"Iya sayang" Erik berusaha semaksimal mungkin agar Jo tidak terus merasa curiga padanya.

Setibanya di rumah, keduanya berdiskusi selama beberapa hari terkait nama anak mereka hingga akhirnya keduanya sepakat memberinya nama 'Leorensius Damian', nama depannya diambil dari nama Erik sedangkan nama belakangnya dari ayah Jo.

Karena Jo perlu banyak istirahat, akhirnya dia memilih tinggal di rumah saja sementara Erik pergi mengurus Akta kelahiran anak mereka.

Jo mengurus Damian dibantu seorang baby sitter yang sudah bekerja selama dua bulan lalu. Jo yang saat ini memandikan anaknya dikejutkan oleh bunyi bel rumah.

"Tidak apa-apa tuan, biar saya yang buka pintunya" ujar baby sitter ini.

"Ah iya, terima kasih"

Baby sitter tadi pergi melihat siapa orang yang menekan bel ternyata pengantar surat, dia membawa dua surat tadi ke kamar mandi.

"Siapa yang datang ?" Tanya Jo.

"Pengantar surat tuan, saya letakkan di atas meja ya"

"Hm, kalau begitu saya tolong kamu saja yang teruskan memandikan Damian"

"Baik tuan" baby sitter tadi mengambil alih.

Jo mengeringkan tangannya dengan handuk lalu berjalan kearah meja dimana surat tadi diletakkan oleh baby sitter.

"Oh, dari rumah sakit" Jo tau kalau dia ada cek kesehatan sesuai jadwal dari dokter, Jo melihat nama di surat itu ternyata untuk dua orang.

"Apa hanya perasaan ku saja tapi mungkin ini ditujukan pada pasangan juga" Kata Jo sembari membuka amplop putih itu.

Jo membaca namanya dan benar dia harus melakukan cek kesehatan karena dia memang berstatus resesif dengan feromon tidak normal tapi dibelakangnya ada lampiran lagi.

"Apa ini ?" Tanya Jo pada dirinya sendiri, dia membaca surat itu yang ternyata berisi nama Erik.

"Erik ? Kenapa .. dia.. " Jo terus membaca hingga matanya berhenti pada tulisan 'Kontrol kesehatan selepas Vasektomi' .

Jo yang memang kurang memahami medis segera mencari di internet apa itu Vasektomi, hingga akhirnya dia mengetahui fakta bahwa Erik sudah menutup saluran spermanya agar tidak bisa lagi membuahi pasangannya.

Jo segera menelpon Erik, dia bertanya kenapa surat dari rumah sakit milik Jo datang bersamaan dengan miliknya dan kenapa Erik tidak memberitahukan dia terkait hal ini.

Suara Jo terdengar hingga ke kamar mandi, baby sitter tadi memeluk Damian karena dia sedikit takut mendengar suara Jo yang memang seorang alpha.

Jo meminta Erik segera pulang untuk menjelaskan hal ini, tanpa mendengarkan kata-kata Erik di telpon, Jo segera menutup sambungan telpon mereka berdua.

Tak lama kemudian, mobil Erik terdengar parkir di halaman rumah. Erik masuk ke rumah dan langsung menemui Jo di kamar.

"Jo ! Maafkan aku.. aku tau kamu marah tapi jangan menutup telpon ku seperti itu"

"Bagaimana aku tidak marah ?! Kamu melakukan sesuatu tanpa berdiskusi dengan ku ?! Erik.. aku ini pasangan mu dan kita sudah resmi menikah ! Kamu tidak bisa memutuskan sesuatu sepihak seperti ini !!" Ujar Jo.

"Aku melakukan ini demi kebaikan mu ! Demi kamu Jo !" Erik mencoba memberi pengertian tapi karena keduanya sama-sama alpha jadilah suasananya terasa menegangkan terlebih untuk baby sitter yang saat ini bekerja bersama mereka, untunglah baby sitter ini berstatus Beta jadi dia tidak bisa merasakan feromon yang sudah menyebar di dalam kamar.

Keduanya terus berdebat hingga akhirnya berhenti saat mendengar tangisan Damian yang ternyata sangat peka akan feromon kedua orang tuanya.

Jo menatap Erik.
"Mari bicara berdua malam ini.. hanya kamu dan aku" Jo melangkah kearah Damian lalu memeluk juga menenangkan anaknya.

Erik menyuruh baby sitter tadi untuk tutup mulut dan boleh pulang cepat, suasana di antara Erik dan Jo terasa canggung setelah pertengkaran tadi tapi malam harinya, keduanya duduk berdua di meja makan untuk berdiskusi dengan kepala dingin tanpa emosi.

.

.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang