27

23.6K 1.8K 51
                                    

"Halo ~"

Bima menghela nafasnya berat saat melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.
"Apa ? Kenapa tiba-tiba datang ?" Tanya Bima.

"Tidak boleh ya ? Aku datang untuk menjenguk Aksa, aku juga bawa makanan" ujar orang yang ternyata Erik.

"Siapa mas ?" Aksa berjalan kearah pintu masuk.

Erik melambaikan tangannya.
"Hai Aksa~"

Aksa tersenyum melihat Erik.
"Oh, silahkan masuk"

Erik segera masuk walaupun tidak mendapatkan ijin dari Bima, Erik duduk di sofa ruang tamu.
"Aksa, ini ku bawakan kue untuk mu"

"Terima kasih" Aksa mengambil kotak berisi beberapa donat mini di dalamnya.

"Tunggu sebentar, saya buatkan minum" Aksa melangkah menuju dapur.

Bima duduk berseberangan dengan Erik.
"Tumben sekali kamu bertamu, kenapa ?" Tanya Bima.

Erik tersenyum.
"Rumah orang itu, di sebelah kan ?" Tanya Erik.

"Iya, jangan bilang kamu masih mengawasinya"

"Hehe, hanya jaga-jaga kan.. siapa tau dia masih menganggu Aksa" kata Erik.

"Hm... Beberapa bulan ini tidak terlihat dia menganggu Aksa, mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya" ujar Bima.

"Oh, baguslah.. um, kata mu Aksa tengah mengandung saat ini.. selamat ya"

"Terima kasih" jawab Bima, tak lama kemudian Aksa datang membawa dua gelas kopi juga donat yang tadi Erik bawa, Aksa letakkan di dalam piring.

Ketiganya mengobrol, Aksa pun mulai terbiasa dengan Erik yang selalu melontarkan godaan padanya.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Erik berpamitan pulang. Dia berjalan menuju mobilnya, tak lupa juga dia melihat kearah rumah Jo yang terlihat sunyi.

"Kemana dia ?" Tanya Erik pada dirinya sendiri.

Di dalam rumah, Aksa membersihkan gelas dan piring bekas minum Bima dan Erik.

Aksa mencuci di wastafel sementara Bima duduk di meja makan.
"Mas, tumben sekali teman mas Bima datang" kata Aksa.

"Entahlah dek, dia memang agak aneh orangnya jadi kamu maklumi saja" jawab Bima.

Aksa terkekeh pelan.
"Iya mas, Oh.. mau makan apa malam ini biar saya-"

Aksa berhenti mencuci saat merasakan dua tangan melingkar di perutnya.
"Sudah satu minggu mas tidak menyentuh mu dek, kata dokter masa ini masih rawan-rawannya"

Aksa diam sesaat mendengar apa yang Bima katakan terlebih Bima saat ini menempelkan miliknya di bongkahan kenyal Aksa di belakang sana.

"Hah.. masih beberapa bulan lagi sampai benar-benar aman, apa mas beli sesuatu saja ya dek agar kamu tidak kerepotan ?" Tanya Bima.

Aksa mencuci tangannya lalu berbalik menatap Bima.
"Mas.. saya masih punya tangan, mulut dan.. " kedua pipi Aksa memerah.
" ..mas bisa selipkan di antara paha dalam saya kan ?"

Deg. Deg. Deg.
Jantung Bima berdebar kencang, itu jawaban yang sangat ingin dia dengar.

Perlahan Bima menarik celana Aksa turun yang membuat omega ini sedikit terkejut, Bima mendekat lalu mengecup singkat bibir Aksa.
"Sekarang.. boleh kan mas selipkan di sana ?" Ujar Bima setengah berbisik.

Wajah Aksa full merah, dia tidak menduga Bima memintanya secepat ini.
"Ta-tapi mas.. saya belum mandi !"

Bima menghirup aroma di perpotongan leher Aksa.
"Tidak apa-apa dek, bau mu wangi"

"Mng, ma-mas Bima" Aksa meremas baju kaos yang Bima pakai.

"Sedikit saja, hm.. mas mohon"

Aksa akhirnya menyerah, dia memperbolehkan Bima menyelipkan miliknya di antara paha dalam Aksa.

"Hah.. " nafas Bima terdengar berat, dia mulai bergerak menggesekkan miliknya di antara paha Aksa.

" ..ini nikmat sekali dek" ujar Bima yang sudah sangat horny karena menahan hasratnya beberapa hari ini.

"Ah...mas Bima, Mng! Ah!" Aksa memeluk Bima erat, walaupun Bima hanya menggesekkan miliknya tapi dia juga merasakan kenikmatan yang sama.

Gesekan itu membuat keduanya klimaks bersamaan tapi seperti perkiraan Aksa, seorang alpha tidak akan puas hanya sekali keluar jadilah Aksa merendahkan tubuhnya memberi kenikmatan untuk Bima memakai mulutnya.

"Oh.. ah, hah.. hah.. " Bima menyentuh kepala Aksa, dia sangat ingin mendorong miliknya lebih dalam lagi ke rongga hangat itu tapi Bima tidak mau menyakiti Aksa terlebih Aksa tengah mengandung sekarang jadilah dia membiarkan Aksa bermain sesuai keinginannya.

Setelah puas keluar untuk kedua kalinya, Bima mengakhiri kegiatan panas mereka dengan memberi ciuman manis pada omega kesayangannya ini.

"Mas.. kalau masih mau lagi-Mm" Bima menutup bibir Aksa dengan ibu jarinya.

"Untuk sekarang cukup ya dek, mas puas seperti ini saja dulu"

Aksa merasa sedikit bersalah tidak bisa memuaskan Bima tapi sepertinya Bima tidak mempersoalkan itu toh dia masih bisa menyentuh Aksa.

Hingga usia kandungan Aksa memasuki 6 bulan, Bima akhirnya sampai pada titik frustasinya.
"Kenapa lagi ?" Tanya Erik saat melihat wajah stres Bima.

"Ini sudah 6 bulan berlalu tapi aku sampai pada titik tidak sabar lagi" ujar Bima.

"Konsultasi saja ke dokter untuk hal itu, kamu tidak bisa kan seenaknya menyentuh orang yang tengah hamil"

"Ah ya, aku harus pergi ke dokter untuk konsultasi" Bima akhirnya pergi meninggalkan Erik seorang diri di ruang dosen.

Erik menghela nafasnya berat.
"Ck, aku tidak memahami mereka berdua" gumam Erik hingga akhirnya ponsel Erik berbunyi.

Erik membuka pesan di ponselnya.
"Kami masih membuka paket spesial  dengan pertunjukan langsung dari koki kami, jadi apakah Anda masih berminat memesan meja ?" isi pesan di ponsel Erik.

Erik tersenyum lalu membalas pesan tersebut.
"Ya, pesan satu meja atas nama Erik"

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang