18

9.6K 968 32
                                    

Setelah resmi menikah, Jo kembali pindah ke rumah Erik. Jo merasa senang bisa tinggal lagi di rumah orang yang dia cintai terlebih keduanya sudah bersama selama bertahun-tahun dan sekarang hubungan mereka tercatat resmi secara negara.

Jo menjalani harinya seperti biasa, dia pergi ke restoran untuk mengecek keadaan juga menjamu tamu VIP dengan keahlian memasaknya.

Jo pikir semua akan baik-baik saja tapi nyatanya tubuh Jo mulai melemah, dia sering sakit bahkan Erik harus bolak balik ke rumah sakit untuk perawatan Jo.

Dokter mengatakan kalau tubuh Jo bereaksi berlebihan karena ada hal asing yang tak seharusnya ada, tubuh alpha Jo belum sepenuhnya siap akan hal ini itu sebabnya antibodi Jo menganggap janin di dalam perut Jo sebagai ancaman.

Dokter pun tak bisa memberikan obat , dia hanya memberikan vitamin dan meminta Jo bisa menjaga diri agar tidak terlalu lelah.

Walaupun begitu, keadaan Jo semakin hari semakin membuat Erik khawatir. Sepanjang hari Jo hanya berbaring di kasur, dia juga tidak nafsu makan bahkan usia kandungannya sekarang memasuki 4 bulan.

"Makan ya.. kamu belum makan seharian ini" ujar Erik sembari menggenggam erat tangan Jo.

"Aku mau saja makan tapi perut ku menolak" jawab Jo yang saat ini menutup matanya.

Erik menundukkan kepalanya karena dia tidak tau lagi harus berbuat apa.
"Sayang, kalau terus seperti ini.. " Erik menghela nafasnya berat.

" ..lebih baik kita tidak usah punya anak saja, dia hanya membuat mu sakit" ujar Erik yang membuat Jo perlahan membuka matanya menatap Erik.

"Apa yang kamu katakan Erik ?"

"Anak itu, dia hanya membuat kamu sakit seperti ini.. aku tidak mau memilikinya kalau kamu terus seperti ini, aku tidak mau kehilangan mu"

"Erik, kamu tidak boleh berkata seperti itu.. aku hamil saja itu suatu keajaiban, aku pun tidak tau kapan aku bisa memiliki anak ini lagi" Jo mengusap-usap perutnya.

Erik langsung memeluk Jo.
"Aku tidak bisa melihat alpha sebugar diri mu malah terbaring sepanjang hari di kasur bahkan tidak makan apa-apa.. aku tidak bisa melihat mu terus menerus seperti ini Jo"

Jo tersenyum, dia mengusap-usap punggung Erik.
"Semua akan baik-baik saja.. kita akan baik-baik saja, tolong jangan menolak anak kita ya.. dia bisa sedih"

"Maafkan aku, aku sangat khawatir pada mu sayang"

Setiap kali Erik terlihat khawatir di saat itu lah berkali-kali Jo memberi  pengertian agar Erik bisa bersabar akan proses yang tengah mereka lalui saat ini.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tak terasa usia kehamilan Jo sudah memasuki 7 bulan. Erik segera melarikan Jo ke rumah sakit saat Jo mengeluh perutnya terasa nyeri karena memang tubuh Jo tidak se'elastis omega maupun Beta wanita yang bisa menampung bayi hingga usia 9 bulan.

Tubuh Jo yang terlihat semakin lemah membuat tim medis segera melakukan tindakan untuk mengeluarkan bayi Jo dan Erik yang memang akan lahir prematur.

Kedua pihak keluarga pun datang terlebih ibu Jo yang sudah sangat kurus akibat sakitnya. Mereka menunggu harap-harap cemas di luar ruang operasi.

Operasi yang berlangsung cukup lama akhirnya selesai, dokter keluar dari ruangan dan memberi Erik selamat karena bayinya lahir dengan keadaan lengkap tanpa kekurangan tapi tentunya harus perlu perawatan khusus.

Mendengar hal ini Erik serta keluarga bisa bernafas lega, selanjutnya dokter menjelaskan keadaan Jo yang perlu waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya agar kembali sehat.

Wajah pucat Jo terlihat sangat jelas saat dia yang terbaring lemah di atas kasur di dorong keluar dari ruang operasi, jujur saja Erik sangat panik dia takut Jo kenapa-kenapa.

"Pasangan ku ! Dia baik-baik saja kan ?! Dia tidak akan meninggal kan dokter ?!" Tanya Erik pada dokter.

"Kami akan merawatnya sebaik mungkin, tenangkan diri Anda pak" ujar dokter.

"Bagaimana aku bisa tenang ?! Dia seperti akan mati !!" Erik meninggikan nada bicaranya.

"Erik, sabar.. kamu tidak boleh bicara seperti itu!" Ayah Erik menahan tubuh Erik yang seakan ingin menerkam dokter ini.

"Ayah, bagaimana caranya aku sabar dalam situasi seperti ini ?! Mereka bahkan tidak bisa menjamin Jo akan baik-baik saja !"

Setelah perdebatan yang cukup menengangkan antara Erik dan tim medis, akhirnya Erik bisa menerima kenyataan kalau Jo memang harus menjalani perawatan khusus.

Jo belum sadar setelah menjalani pembedahan, dia bahkan memakai selang oksigen di hidungnya bahkan makan melalui selang setelah 2 hari tidak sadarkan diri, Jo juga menerima 2 kantong donor darah.

Melihat kondisi Jo yang seperti ini, Erik terus menerus menyalahkan dirinya kenapa tidak berusaha keras membujuk Jo untuk tidak mempertahankan bayi mereka akan tetapi saat Erik pergi melihat bayinya dia menjadi luluh pada tangan dan kaki mungil itu.

Erik menyentuh kaca pembatas.
"Maafkan ayah nak.. saat kamu tau apa yang ayah katakan pasti kamu sangat terluka, maaf"

Erik terus menanti Jo bangun bahkan saat ini bayi kecilnya dan Jo bisa keluar dari inkubator setelah menjalani perawatan selama berbulan-bulan.

Erik menaruh bayi kecil itu di dekat Jo, dia duduk sembari menggenggam erat tangan Jo.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini ? Hm.. buka mata mu sayang, tidakkah kamu ingin melihat anak kita.. dia ada di sini bersama mu" ujar Erik tapi tak ada respon dari Jo.

"Sayang.. " Erik menyandarkan kepalanya di dada Jo.
" ..aku tidak bisa terus seperti ini, ku mohon.. ku mohon.. apapun akan ku lakukan agar kamu bangun"

Erik tak kuasa menahan tangisnya, sudah tiga bulan berlalu dan Jo memasuki fase koma akibat memaksakan tubuhnya.

Erik berjanji pada dirinya sendiri kalau Jo sadar, dia tidak akan meminta menambah anak pada Jo karena Erik tidak mau berada dalam situasi seperti ini lagi.

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang