33

20.4K 1.6K 27
                                    

Aksa sangat berterima kasih pada ayah Bima yang sudah mendaftarkan Aksa ke jurusan seni, jurusan itu Aksa pilih sendiri karena dia ingin belajar bersama Bima setidaknya ada orang yang Aksa kenal di kampus itu.

Aksa terlihat sangat antusias belajar untuk masuk ke kampus tersebut, Bima juga membantu Aksa saat omeganya ini merasa kesulitan.

Sebagai dosen seni, Bima menjelaskan beberapa hal dan saat itulah mereka tau kalau Aksa memiliki bakat di bidang melukis.

"Kamu tidak pernah menceritakan pada mas kalau kamu suka menggambar" Ujar Bima.

"Ha-hanya gambar biasa mas, saat SMA saya sering mengotori buku tulis dengan gambar abstrak untuk melampiaskan isi hati saya yang saat itu tak bisa saya ceritakan pada siapa-siapa" kata Aksa.

Bima tersenyum lembut.
"Mas sarankan kamu mengambil sesuai bakat mu saja ya.. mas juga mengajar di program studi Seni Rupa jadi jangan khawatir ya dek, kita tetap bisa bertemu di kelas"

"Iya mas, terima kasih sudah memberi saya saran"

"Hm, tak jadi masalah.. lanjutkan belajar mu, mas ke kamar duluan ya" Bima mengecup singkat pucuk kepala Aksa lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

Aksa kembali fokus belajar tapi baru beberapa menit Bima masuk kamar, suara tangisan Calista terdengar. Aksa bergegas mengecek keadaan putri kecilnya.

"Ada apa mas ?" Tanya Aksa.

"Tidak apa-apa, mungkin dia lapar.. mas lagi buatkan susu.. kamu lanjut saja belajarnya" kata Bima yang saat ini sibuk membuat susu di dekat kasur Calista.

"Ah, saya bisa bantu mas dulu" Aksa berdiri di dekat Bima.

"Tidak usah, kamu belajar saja dek.. ujian masuknya beberapa hari lagi"

"Tapi mas-" belum selesai Aksa bicara Bima sudah mendorong Aksa untuk keluar dari kamar.

Bima menarik headset dari dalam laci meja lalu menaruhnya di tangan Aksa.
"Pakai ini dan abaikan apapun yang kamu dengar... Untuk sementara Calista mas yang urus dulu ya dek"

"Iya mas" Aksa mengangguk paham, perlahan Bima menutup pintu kamar dan Aksa kembali ke meja ruang tamu untuk belajar.

Satu malam terlewati dengan baik tapi malam berikutnya entah apa yang terjadi tapi Calista sangat rewel, dia bahkan menangis tanpa sebab hingga akhirnya Aksa turun tangan untuk menenangkan Calista.

Calista akhirnya tidur di dekapan Aksa karena saat Aksa menurunkan bayi kecil ini di kasurnya dia kembali menangis.

Pada akhirnya Bima tidak bisa berbuat banyak selain menemani Aksa belajar sembari memomong bayi.

Jujur saja Bima merasa kasihan pada Aksa tapi mau bagaimana lagi karena bayi kecilnya tengah rewel seolah dia tau Aksa sibuk dan tak punya banyak waktu untuknya.

Bima pun tak ingin menghalangi keinginan Aksa untuk kembali belajar karena dulu dia tidak memiliki kesempatan itu.

Mata Bima terus melihat kearah jam yang sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam, Bima menyentuh pundak Aksa.
"Dek, sepertinya Calista sudah tidur nyenyak.. mari mas bawa ke kamar"

"Kalau dia menangis lagi nanti bagaimana mas ?"

Bima akhirnya memiliki ide, dia pergi ke kamar lalu menarik ranjang milik Calista keluar ke ruang tamu dan untungnya ranjang bayi itu memakai roda.

"Ups.. sayang, jangan ganggu papa mu ya" Bima mengangkat tubuh mungil Calista ke ranjangnya.

Tak hanya itu, Bima juga membawa selimut dan bantal untuk tidur di sofa menemani Aksa.

"Mas, kenapa tidur di sini ?"

"Tidak apa-apa dek, biar kalau adek perlu bantuan tidak jauh-jauh memanggil mas.. silahkan dek, lanjutkan belajar mu" kata Bima.

Aksa tersenyum, dia mendekat lalu mengecup singkat pipi Bima yang sudah berbaring di sofa di belakang Aksa.

Kecupan mendadak itu membuat Bima sedikit terkejut tapi setelahnya dia membalas dengan mencium bibir Aksa.
"Mm.. mm.. mas Bima.. ah.. " Aksa mendorong pelan dada Bima.

" ..sa-saya belum selesai belajar" kata Aksa.

Bima menghela nafasnya berat, dia mengusap pelan pucuk kepala Aksa.
"Maaf ya dek, silahkan lanjutkan belajar adek"

"Terima kasih mas" Aksa kembali belajar, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 2 malam.

Aksa menutup bukunya lalu melirik wajah Bima kemudian ke putri kecilnya.
"Mereka tidur sangat nyenyak.. ah, lebih baik ku buat kopi lalu lanjut belajar lagi"

Saat Aksa akan pergi, Bima tiba-tiba menarik lengan Aksa yang membuat omega ini terbaring di atas tubuh Bima.

"Mas Bim-Mph!" Bima mengeratkan pelukannya.

"Istirahat sayang, belajar besok lagi ya.. ini sudah larut malam, kamu perlu tenaga untuk besok bersama Calista di rumah"

Aksa tersenyum manis, dia memeluk Bima.
"Iya mas, saya lanjutkan besok" ujar Aksa, dia perlahan menutup matanya.

Bima membiarkan Aksa tidur nyenyak lalu mengangkat tubuh Aksa ke kasur karena sofa mereka cukup sempit kalau di tiduri oleh dua orang.

Bima juga mendorong kembali ranjang bayinya ke dalam kamar, selesai membawa kedua kesayangannya ke dalam kamar, Bima kembali membereskan buku-buku Aksa di ruang tamu agar tidak berantakan.

Setelah semuanya rapi, Bima melangkah ke dalam kamar lalu tidur sembari memeluk Aksa.
"Selamat malam kesayangan mas Bima.. mimpi indah, hm"

.
.

Bersambung ...

[Tamat] Jodoh Pilihan Keluarga (ABO18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang