8

4.6K 427 34
                                    

Jaemin kira, semuanya akan berjalan seperti biasa.

Hubungan Jeno dan Karina jelas tidak ada hubungannya dengan dia. Maksut Jaemin, harusnya itu tidak berpengaruh pada dirinya.

Satu bulan pertama, Jaemin berusaha menanamkan itu pada fikirannya. Bahwa dia harus menyingkirkan hal negatif dalam sana. Dia tidak boleh tidak suka pada pilihan Jeno.

Dia harus menyingkirkan perasaan tidak nyaman yang menjalar didadanya.

Tapi semuanya rusak hari itu.

Hari itu Jaemin sedang berbaring malas diatas karpet yang terletak antara sofa dan TV di apartnya. Ia sedang meladeni chat Haechan dan Renjun yang terus meledeknya soal Jeno dan Karina.

Jaemin bingung kenapa mereka meledeknya tentang itu. Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Jaemin. Kalian pahamkan?

Awalnya Jaemin juga sedikit tidak suka dengan fakta bahwa Jeno memiliki kekasih. Jaemin simpulkan, perasaan tidak nyaman itu berasal dari sana. Dari fakta bahwa Jeno lebih dulu memiliki kekasih dari dia. Dia merasa Jeno sekarang selangkah didepannya, mereka tidak kompak.

Jadi Jaemin memutuskan untuk mencoba berdamai dengan itu. Ia mungkin bisa mulai memikirkan soal memiliki kekasih seperti yang Jeno lakukan untuk menenangkan perasaannya.

Jaemin tidak harus marah pada Jeno karena itu. Itu akan aneh kalau Jaemin marah.

Jaemin pikir begitu.

Ia mengangguk dengan isi kepalanya.

Jadi dia hanya perlu menemukan kekasih. Itu bukan hal yang sulit. Dia tampan. Tidak akan sulit memikat beberapa gadis disekolah.

Tapi kedua temannya kompak berdecih di grup chat mereka.

Ren: Perempuan mana yang akan tertarik padamu.

Hae: ahahah sepakat. Wajahmu lumayan tapi tubuhmu hampir seukuran dengan mereka. Perempuan selalu butuh seseorang yang lebih besar dari mereka.

Jaemin ikut berdecih saat membaca chat itu, lalu ia bangkit, berjalan kearah cermin besar yang ada disana.

"ku rasa, ini tidak buruk." ucap Jaemin melihat pentulan tubuhnya sendiri. "Apa aku perlu makan lebih banyak?" Jaemin menepuk dagunya dengan jari telunjuknya, ia sedang berfikir. "Ah." Jaemin tersenyum lebar ketika sebuah ide masuk di otaknya "Aku bisa bertanya pada Jeno. Kenapa aku harus berfikir keras saat aku bisa belajar lansung dari ahlinya?"

Dengan pemikiran itu, Jaemin dengan bersemangat berjalan keluar dari apartnya, menyeberang keapart Jeno, memasukkan pin sebelum dengan buru - buru masuk kesana.

Tapi langkah penuh semangat itu berhenti tepat saat pintu dibuka.

Senyumnya luntur.

Saat itu Karina dan Jeno sedang berdiri didapur Jeno. Dengan Jeno yang memeluk gadis cantik itu dari belakang.

"Oh." Karina adalah yang pertama menyadari kehadiran lain ditempat itu. Ia yang tampak kaget dengan cepat melepaskan diri dari dalam pelukan Jeno lalu melempar tawa pelan, malu. "Halo Jaemin." ucapnya menyapa dengan tangan yang memegang pipinya, seolah menyembunyikan semburat merah disana.

Itu pertama kalinya Jaemin menyesal telah menerobos masuk keapart Jeno.

Kebiasaannya yang masuk tanpa mengetuk atau menekan bel sekarang menempatkannya di posisi dimana ia merasa semuanya,. entah. Jaemin tidak tau apa itu.

Perasaan asing yang sejak kemarin selalu datang saat melihat Jeno bersama Karina sekarang datang lagi. Kali ini perasaan itu lebih kuat. Jika kemarin perasaan itu adalah hal yang terasa tak nyaman, sekarang, itu terasa sakit. Sesuatu dalam hati Jaemin terasa sakit luar biasa.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang