9

4.5K 408 26
                                    

"Bodoh." Renjun marah.

"Kau bodoh sekali." tambah Renjun dengan tatapan kesal yang kentara.

Yah, bagaimana mungkin Renjun bisa menahan dirinya untuk tidak mengumpat.

Mereka sedang makan malam ketika Renjun menyadari ada memar dileher Jaemin. Dia tidak bodoh untuk tau itu apa.

Dan ketika Jaemin menceritakan tentang hubungan panasnya dengan Jeno dijam makan siang, Renjun menyelesaikan makannya dan berjalan kearah tempat tidur Jaemin.

Tidak ada tempat lain yang bisa ia datangi agar jaraknya cukup jauh dari Jaemin dikamar itu. Tempat itu terlalu sempit.

"Apa kau gila? Maksutku apa kau bodoh? Jelas tidak, kau peringkat satu paralel. Tapi bagaimana bisa kau begitu?" Renjun bertanya dengan ekspresi frustasi yang kentara.

"Apa kau lupa tujuanmu mendekati dia?" tambahnya lagi.

Sedang Jaemin tidak banyak bicara, dia masih melanjutkan makannya, mengabaikan sahabatnya yang kesal. Yah mau bagaimana? Sudah terjadikan?

"Hei jangan berlebihan. Itu hanya olahraga." ucap Jaemin, "tapi dengan sedikit kenikmatan (?)"

Oh ayolah, Renjun kembali duduk didepan Jaemin.

"Kau tau itu tidak sesederhana itu Jaem. Biasakah kau berhenti main - main?"

Jaemin abai. Ia meraih sumpitnya untuk menjepit telur gulung tapi oleh Renjun, piring berisi telur gulung itu ia singkirkan dari sana.

"Aku sedang bicara serius." Ucap Renjun penuh penekanan.

"Kau tidak boleh begitu. Kau tau, dia tunangan orang lain." ucap Renjun, dia mengingatkan sahabatnya dengan penekanan disetiap kata yang ia ucapkan.

"Lalu kenapa?" tanya Jaemin. Mimiknya berubah serius "Dulu dia punya pacar, sekarang dia punya tunangan. Lalu kenapa? Apa ada yang berbeda dengan dua hal itu?"

"Jae,."

"Itu kesalahan." ucap Jaemin memotong ucapan Renjun. "Tidak bisakah kau memakluminya kali ini?"

"Terakhir aku memaklumi tindakanmu, kau berakhir seperti sekarang."

Jaemin meletakkan sumpitnya dengan sedikit kasar diatas meja kecil didepannya "Itu kedengaran seperti yang sekarang aku jalani adalah kesalahan."

"Kau tau bukan itu maksutku." Renjun memegang kepalanya frustasi.

"Aku tau posisiku dengan baik. Aku tau apa yang aku lakukan,."

"Tidak, kau tidak tau!" bentak Renjun memotong ucapan Jaemin.

Jaemin diam ditempatnya "Kalau kau tau, kau tidak mungkin bersenang - senang sedang seseorang,.."

"Hei Renjun,." gantian Jaemin yang memotong ucapan Renjun sembari menatap yang lebih tua tajam, suaranya dalam. "Jangan pergi terlalu jauh. Aku tau apa yang aku lakukan, jadi jangan mengajariku." ucap Jaemin sebelum mengakhiri makannya dan masuk kekamar mandi.

Jaemin jarang marah pada Renjun setelah kembali. Itu bahkan hampir tidak pernah. Selama ini, Renjun menjadi satu - satunya dari mereka bertiga yang rajin mengomel.

Jadi ketika Jaemin menaikkan suaranya, menatapnya tajam, dan tampak marah, Renjun tau dia pasti sudah melewati batasnya sendiri.

Sial.

Renjun lupa kalau hubungan Jeno dan Jaemin tidak sesederhana itu. Renjun lupa kalau dia sudah hampir melewati batas yang seharusnya memang tidak ia sentuh.

Karena Renjun memang hampir tau semuanya. Tapi tidak tentang seberapa besar Jeno untuk seorang Jaemin.

Jaemin ke Jeno itu berubah - ubah. Renjun sedikit terbiasa dengan itu. Akan ada hari Jaemin memuji pria itu dan hari lain ia akan mengumpati Jeno, berbicara seolah ia tidak akan memaafkan pria itu. Circlenya disitu dan berputar disitu.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang