24

5.6K 443 22
                                    

-ini masih flashback 7 tahun yang lalu-

Jeno membuka matanya pelan.

Hal pertama yang dia lihat adalah langit - langit yang asing. Ia berkedip pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk sebelum mengumpulkan kesadarannya.

Itu bukan kamarnya. Ia dengan cepat mengedarkan pandangannya.

"Hyung sudah bangun." Suara itu menginterupsi kebingungan Jeno.

Ia melirik kesamping dan menemukan Jisung berjalan mendekat kearahnya dengan jas dokter yang Jeno hapal, itu milik bubu. Sepertinya Jisung sedang iseng menggunakan itu.

Jeno diam setelah sadar dimana ia berada sekarang.

"Kenapa aku disin,." ucapan Jeno berhenti ketika ia merasa kepalanya sakit bukan main.

"Bagaimana perasaan hyung?" tanya Jisung. Ia menekan tombol pemanggil perawat.

"Buruk." ucap Jeno memegang kepalanya yang berdenyut nyeri bukan main. Ketika sakitnya berkurang, ia mulai berusaha untuk bangkit. Tapi Jisung menahan pergerakannya dan mendorong yang lebih tua untuk kembali berbaring.

"Jangan dulu." ucap Jisung, dan Jeno menurut pada adiknya itu.

"Bagaimana aku,."

"Hyung ditemukan oleh pramutamu hotel dalam keadaan tidak sadarkan diri." ada jeda disini "4 hari yang lalu."

"4 hari?"

"Yah, kau tidak sadarkan diri selama 4 hari." Jelas Jisung

Jeno berusaha mengingat, tapi bukan ingatan itu yang datang melainkan kepalanya yang kembali nyeri, sakit sekali.

Jisung kembali menghela nafas "Jangan terlalu dipaksa Hyung. Katanya ada beberapa zat berbahaya dalam darahmu, itu narkoba, tapi jenisnya baru. Jadi sulit dideteksi. Itu semakin buruk dengan kadar alkohol yang tinggi. Kau hampir membunuh dirimu." Jelas Jisung. "Waw, aku benar - benar cocok jadi dokter." Jisung tersenyum miring dan Jeno memutar bola matanya malas.

"Satu hal yang pasti, ayah marah besar." tambah Jisung.

Jeno tidak peduli point itu.

Jisung hampir kembali membuka suaranya, tapi tidak jadi ketika beberapa perawat dan seorang dokter mengetuk pintu sebelum masuk keruangan itu.

Dokter itu memeriksa Jeno, sedang Jisung berjalan menjauh dan duduk di sofa sembari membuka ponselnya.

Setelah memeriksa dan menjelaskan beberapa point, dokter itu keluar, barulah Jeno melanjutkan pertanyaannya.

"Bagaimana bubu?" tanya Jeno.

"Aku rasa dia baik. Dia bahkan masuk ruang operasi pagi ini." Jawab Jisung "Dia sepertinya agak kecewa. hyung meninggalkan perjamuan dengan tidak sopan dan berakhir tidak sadarkan diri dengan obat - obatan. Bubu tidak mungkin banggakan?"

Yah, benar. Ucapan Jisung benar.

"Untungnya ayah membungkam semua orang. Dia mengeluarkan banyak uang untuk ini. Kau harus berterima kasih."

Jeno menghela nafas, diam beberapa saat sebelum dia ingat alasannya meninggalkan perjamuan itu. Ketika ingatan itu masuk, perasaannya memburuk. Dia kecewa lagi. Pada banyak hal, termasuk dirinya sendiri.

"Dimana Jaemin?"

Jisung mengangkat bahunya. Dia tidak tau. "Jaem Hyung tidak mengangkat telponnya. Dia juga tidak membalas pesanku. Apartnya juga seperti tidak dihuni siapapun. Tapi aku sudah mengabarinya tentang kondisi hyung" Jisung mengangkat ponselnya "Juga tentang hyung yang sudah sadar. walaupun aku tidak yakin dia baca."

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang