25

6K 454 36
                                    

-ini masih flashback 7 tahun yang lalu-

"Jaemin." Jeno mengetuk pelan meja didepan Jaemin.

Saat itu sedang musim ujian dan Jaemin menghabiskan banyak waktunya diperpustakaan saat jam istirahat.

Jaemin mengangkat kepalanya dan tersenyum saat mendapati Jeno berdiri disana.

"Aku tidak akan membahas soal foto itu." ucap Jeno sebelum duduk didepan Jaemin.

"Bahas saja. Itu tidak masalah." ucap Jaemin tenang.

Jeno menghela nafas kemudian "Aku minta maaf." ucap Jeno.

Jeno itu paling anti meminta maaf pada siapapun. Dia arogan, gensinya tinggi dan harga dirinya adalah sesuatu yang tidak bisa disentuh. Jaemin tau point ini.

"Ini yang kedua Jeno." Jaemin menopang dagunya dengan sebelah tangannya, sedang tangan yang lain masih memegang pulpen. "Kau meminta maaf dua kali dalam waktu dekat ini." Tapi Jaemin tidak merasa puas sama sekali.

Jaemin sebenarnya tidak yakin, kenapa dia harus menerima permintaan maaf untuk itu. Dari pada itu, Jaemin harap Jeno meminta maaf untuk hal yang lainnya. "Okay." ucap Jaemin mengangguk. Senyumnya masih disana "Dan kenapa aku harus menerima permintaan maaf untuk itu Jeno? Kau tidak bersalah sama sekali." tambah Jaemin.

"Bagaimana mungkin aku tidak salah. Aku harusnya membawamu pergi dari sana saat tau Hyunjin membawamu kesana."

Jaemin diam. Dia penasaran sejauh mana yang Jeno akan pergi.

"Kau datang malam itu?"

Jeno mengangguk.

"Aku menemukanmu disana. Tapi aku,." Jeno memberi jeda "Aku terlalu marah."

Jaemin diam dan Jeno menghela nafas "Aku minta maaf."

"Kau tidak benci fakta bahwa aku tidur dengan dia?"

Jeno menggeleng "awalnya, iya." ucap Jeno "Tapi, kurasa itu salahku. Aku yang gagal menjagamu."

Jaemin sepakat dengan point itu. tapi, "Jeno, tidak apa - apa. Lagipula kau tidak punya tanggung jawab untuk itu." ada jeda disini "Selain itu, apa kau ingin mengatakan hal lain?" tanya Jaemin lagi.

Jeno tidak yakin, "Apakah kau memaafkanku?" tanya Jeno kemudian dan Jaemin mengangguk.

"Yah, kurasa aku akan memaafkanmu untuk hal itu. Lagipula, itu bukan salahmu."

"Lalu apa kita akan berteman seperti sebelumnya?"

Jaemin mengangguk. "Kenapa tidak?"

Ketika mengatakan bagian ini, Jaemin serius. Perasaannya sedang baik, dan dia tidak merasa buruk untuk apapun.

Dia sudah banyak berfikir dan dia rasa Jeno tidak salah dibagian manapun kecuali bagian dia harus menerima pemerkosaan itu.

Itu masalah besar sebenarnya. Tapi obat itu bekerja dengan baik pada Jaemin. Dia bahkan tidak melihat masalah sebagai sebuah masalah.

Kalian tau, narkoba efeknya akan sempurna jjika cocok dengan penggunanya. Mungkin itu yang terjadi pada Jaemin.

Iya, obat itu bekerja dengan baik, tapi sebaik - baiknya obat, jika dikomsumsi berlebihan, dia akan menjadi racun. Masalahnya sejak awal sesuatu yang ia anggap obat itu memang adalah racun.

Obat itu membantunya banyak. Tapi ketika obat itu tidak terlalu mempan, dia harus mengkomsumsi lebih banyak. Jika ia berhenti barang sejenak, gelisahnya akan lebih parah.

Masalahnya, untuk hidup, sekarang Jaemin mengkonsumsi itu seperti obat. Karena banyak sekali hal jahat yang seolah akan menenggelamkannya tanpa itu.

Dan Itu memasuki bulan ketiga setelah malam itu ketika ia mulai merasa ada yang salah pada tubuhnya. Mual jelas tidak berasal dari obat terlarang yang dia konsumsi, jadi Jaemin pergi ke apotik.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang