Renjun bangun ketika merasa tangannya ditepuk dengan pelan.Renjun mengerjapkan matanya pelan sebelum mengangkat kepalanya.
"Ada apa sayang?" tanya Renjun begitu berhasil mendapatkan kesadarannya. Suaranya parau, dan punggungnya terasa sedikit sakit. Ia tidur dengan posisi kepala yang ia letakkan diatas bangsal tempat tidur Jehan.
"Papa." ucap Jehan pelan.
Renjun mengedarkan pandangannya, ia tidak menemui Jaemin disana.
"Mungkin di toilet. Tunggu paman yah." ucap Renjun sembari pengusap pelan kepala Jehan sebelum bangkit dengan gerakan lambat menuju kekamar mandi yang berada diujung ruangan itu.
Renjun mengetuknya pelan.
"Jaem, Jehan mencarimu." ucapnya setengah berbisik.
Masih tidak ada jawaban. Itu ketukan ketiga ketika Renjun mulai kehabisan kesabaran dan memutuskan untuk mendorong pintu itu pelan.
Kosong. Tidak ada siapapun disana.
Renjun mengerjap pelan. Otaknya yang cerdas sedang berusaha mengolah situasi sekarang.
Renjun melirik sedikit kearah Jehan dibelakangnya yang terbaring sembari menatap kearah jendela yang berada disampingnya.
Renjun berdehem pelan.
"Jehan, paman lupa." Renjun berjalan mendekat kearah Jehan sambil melempar senyum bodoh "Papa tadi ijin pulang sebentar untuk mengambil sesuatu dirumah." ucap Renjun, berbohong tentu saja. Karena seingatnya, Jaemin jatuh tidur lebih dulu darinya tadi.
Selesai memberi alasan, Renjun membangunkan bibi Xiao, menitip Jehan, sebelum meninggalkan tempat itu.
Ada yang tidak beres.
Tidak, dari awal semuanya tidak beres. Dari Jaemin pulang dari tempat Jeno, semuanya sudah tidak beres dari sana.
Operasi yang batal juga tiba - tiba dijadwalkan pagi ini. Itu jauh lebih tidak beres. Ada yang salah.
Dan sialnya, kepala Renjun baru memikirkan semuanya sekarang.
Dia panik bukan main.
Renjun memegang kepalanya frustasi. Dia sudah mencari hampir kesemua tempat dirumah sakit itu, tapi dia tidak menemukan Jaemin dimanapun. Jaemin bahkan tidak mengangkat ponselnya sama sekali.
Renjun melirik kearah jam pada ponselnya. Itu jam 1 dini hari.
Satu orang yang kemudian terlintas dikepala Renjun saat itu adalah,. Jeno.
Jeno harusnya tau dimana Jaemin berada. Iyakan?
Jadi dengan gugup, panik dan khawatir, disanalah Renjun berakhir.
Setelah hampir 7 tahun, setelah pertemuan terakhir mereka yang tidak berjalan baik, Renjun menekan dial di layar ponselnya pada kontak Jeno.
Satu kali, dua kali, baru setelah kesabaran Renjun semakin menipis, suara seorang pria kemudian menyahuti penggilannya.
"Siapa?"
"Apa Jaemin denganmu?" tanya Renjun lansung pada pointnya. Dia benci berlama - lama dengan Jeno diseberang sana.
Tapi sialnya, bukannya manjawab, Jeno malah diam, berhasil menciptakan hening diantara mereka.
"Hei Jeno sialan. Aku sedang bertanya padamu. Apa Jaemin denganmu?" ucap Renjun frustasi. Ini bukan saat yang tepat untuk tenang dan Jeno bertingkah menyebalkan.
"Tidak." Jawab Jeno kemudian.
Renjun paham, dia hampir mematikan telponnya, tapi tidak Jadi, bagaimanapun dia harus berterima kasih untuk Jehan, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...