FYI, ini lanjutan dari ch22 yah. Kalian bisa kesana dulu klu udah agak lupa.
-Now-
Jeno memasuki ruang kerjanya setelah selesai berpakaian.
Begitu masuk disana, hal pertama yang ia lihat adalah Jaemin yang berdiri ditengah - tengah ruangan, menunggunya.
Jeno tersenyum miring. Sedikit banyak dia tau alasan Jaemin disana. Yah, lagipula dialah yang melakukan itu.
"Ada apa?" tanya Jeno menginterupsi lamunan Jaemin. Jaemin memutar tubuhnya, menatap kearah Jeno yang berjalan kearah kursi kebesarannya diruangan itu.
"Jeno, bisakah kau menolongku?" tanya Jaemin.
Jeno mengeryitkan alisnya. "Apa ini tentang anak temanmu lagi?" tanya Jeno "Tidakkah kau terlalu berusaha untuk anak temanmu, Jaemin?"
"Aku bilang, aku menyukainya." ucap Jaemin frustasi. Dia benci mengulangi kebohongan yang sama, mengakui anaknya milik orang lain. Itu menyebalkan.
Dan Jeno benci mendengar kebohongan Jaemin.
Jeno tersenyum miring "Kau menyukainya?"
Jaemin mengangguk. "Donornya dibatalkan." Jaemin tidak punya waktu untuk basa basi saat anaknya sedang berbaring kritis, diambang kematian.
"Jeno, keluarga anak itu menolak untuk mendonorkan jantungnya." Jaemin mulai tampak khawatir ditempatnya. Dia panik sendiri, ia mulai berjalan mondar mandir disana "Jeno, mungkin dokternya bohong. Sepertinya seseorang yang berkuasa mengamankan donornya untuk keluarga mereka. Mereka tidak mungkin membatalkan donornya setelah mengambil keputusan itu. Jeno, tidak bisakah kau melakukan sesuatu? Tidak bisakah kau merebut donor itu untukku? Jen,."
Jeno memutar bola matanya malas. Ia terlalu malas mendengar lebih banyak keluhan Jaemin.
"Na Jaemin,." jadi Jeno memotong.
Dan Jaemin menghentikan langkahnya lalu melirik kearah Jeno. "Em?"
"Keuntungan apa yang akan ku dapat dari itu?" tanya Jeno dan Jaemin tiba - tiba kehilangan kata ditempatnya.
Jaemin tampak berfikir keras. Yah, jika dipikir dia tidak punya banyak yang bisa ia tawarkan, sebelum kemudian "Aku?"
Jeno tertawa dikursinya mendengar jawaban itu.
"Aku, Jeno. Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku,."
"Apa kau melihat Karina didepan?" potong Jeno. Ia menyandarkan tubuhnya dikursinya, menaikkan sebelah kakinya diatas kaki lainnya, menyamankan posisinya disana.
Jaemin mengangguk. "Iya. Jeno, tapi bisakah kita membicarakan ini lebih dulu?" tanya Jaemin.
Jaemin jelas tau maksut Jeno membawa Karina dalam pembahasan mereka. Tapi, bukan sekarang. Dia tidak ingin tau tentang itu sekarang.
"Jeno, apa kau bisa meminta tolong pada bubu? Bubu jelas punya akses untuk itu. Iyakan?" Ini jauh lebih penting untuk Jaemin.
Mata Jaemin bergerak gelisah. Dia banyak takutnya. Meski mulutnya terus mengungkap kalimat yang sama, kepalanya tau kemana semua ini menuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...