"Renjun, apa kau bisa janji sesuatu padaku?"Renjun yang duduk disofa, fokus pada ponselnya, berbalas pesan dengan sang kekasih mengangkat kepalanya, menatap penasaran kearah punggung sempit milik sahabatnya yang duduk tepat didepan bangsal tempat Jehan berbaring.
"Janji?"
"Em." Jawab Jaemin datar, suaranya parau.
Sejak pulang dari tempat Jeno, Jaemin jadi lebih diam. Dia hanya duduk disana sejak berjam - jam yang lalu sambil menggenggam tangan putranya erat.
Jaemin bahkan tidak menjawab saat Renjun bertanya. Itu adalah suara pertama yang Jaemin keluarkan sejak dia kembali dari sana.
"Bisakah kau menjaga Jehan untukku?" tanya Jaemin kemudian.
"Kau berbicara seolah kau akan pergi kesuatu tempat." Renjun berjalan mendekat dan duduk disisi lain Jehan, tepat di seberang Jaemin.
"Apa kau mau berjanji untukku?" tanya Jaemin lagi. Mata Jaemin tak lepas dari sosok Jehan yang terbaring disana.
Renjun awalnya kira percakapan itu hanya percakapan random. Tapi tidak. Setelah ia melihat mimik Jaemin yang tampak semakin sedih, Renjun tau Jaemin serius dengan ucapannya.
"Apa terjadi sesuatu saat kau bertemu Jeno?" tanya Renjun, dia mulai sedikit curiga.
Tapi Jaemin menggeleng. "Tidak. Tapi apa kau ingin melakukan itu untukku?" Jaemin mengalihkan tatapannya dari Jehan ke Renjun yang duduk diseberangnya. "Kalau aku tidak ada, bisakah kau menjaga Jehan?" tanya Jaemin.
"Tentu saja." Jawab Renjun "Aku menganggap Jehan seperti anakku sendiri selama ini. Dan itu tidak akan pernah berub,- "
"Benar. Lakukan itu." ucap Jaemin memotong "Pastikan dia mendapat kasih sayang yang sama banyaknya saat aku ada disekitarnya." Jaemin menelan ludah kasar. Kalimat yang ia ucapkan menyakiti dirinya sendiri.
Jaemin ingat alasannya dulu memilih pergi dari pada mengatakan semuanya pada Jeno. Itu karena dia takut anaknya akan mendapat nasip yang sama dengannya. Tapi lihat dimana dia berdiri sekarang.
Jaemin melepaskan tautannya dari Jehan, bangkit berdiri sebelum berjalan mendekat kearah Renjun.
Renjun memperhatikan tingkah Jaemin dalam diam.
"Renjun, aku tidak punya banyak uang untuk aku tinggalkan jika terjadi sesuatu padaku." ucap Jaemin pelan.
Didetik selanjutnya, Renjun tidak bisa untuk tidak membola saat tanpa aba - aba Jaemin berlutut didepannya.
Renjun dengan gerak cepat mendorong kursinya kebelakang dan ikut berlutut didepan Jaemin.
"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Renjun dengan suara panik yang jelas saat Jaemin tiba - tiba berlutut didepannya.
"Aku tau banyak merepotkanmu."
Renjun menggeleng ribut "Apa maksudmu?"
"Kau dan Lucas menyembunyikanku dengan baik 7 tahun lalu. Selama ini kalian mengurusku dengan baik. Terima kasih untuk semuanya dan aku,. aku minta maaf selalu merepotkan kalian."
"Jaem,."
"Renjun,." Jaemin meraih tangan sahabatnya.
"Aku mohon, jangan perlakukan Jehan dengan buruk." ucap Jaemin dengan suara parau, ia menundukkan kepalanya dalam.
"He,."
Renjun tidak menyelesaikan ucapannya. Karena selanjutnya, ruangan itu penuh dengan suara isakan Jaemin. Suaranya tidak terlalu berisik, tapi itu terdengar terlampau pilu sampai rasanya tenggorokan Renjun ikut tercekat. Dia tidak sanggup berkata - kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...