11

5.1K 411 30
                                    



"Aku jadi penasaran. Kemana dia pergi setiap weekend." ucap Haechan ketika melihat Jaemin sudah rapi sambil bersenandung menyiapkan makanan untuk sarapan.

Ah, itu hari sabtu.

Sedang Renjun duduk disamping Haechan, fokus pada ponselnya.

"Maksutku, itu hampir setiap minggu. Tidak. Itu disemua minggu. Dia tidak pernah melewatkan satu minggupun tanpa itu." ucap Haechan. Tatapan matanya masih mengikuti pergerakan Jaemin yang berakhir meletakkan dua mangkok nasi yang semuanya diletakkan didepan Haechan.

"Kalian kekanakan sekali." ucap Haechan memberi satu mangkok untuk Renjun.

"Aku akan pergi sekarang, jadi bisakah kau bilang pada temanmu untuk memeriksa tempat tinggalnya sebelumnya karena musim dingin sepertinya akan buruk untuk pipa air?" tanya Jaemin, tidak melirik Renjun sama sekali.

Haechan menghela nafas "Hei, kau dengarkan?"

"Apa?" tanya Renjun pura - pura bingung "Apakah seseorang mengatakan sesuatu?"

Haechan menghela nafas "Periksa kamar tempat mu menginap sebelumnya. Mungkin musim dingin melakukan sesuatu pada pipa air disana." ulang Haechan sekenanya. Dia tidak benar - benar mengerti apa yang Jaemin maksut karena ia tidak pernah mendapat kasus tentang pipa yang beku saat musim dingin. Jadi dia menyampaikan sekenanya.

"Sampaikan pada orang itu, ku lakukan jika aku tidak sibuk." Renjun

"Jaem, dia akan melakukannya."

Jaemin mengangguk sebelum meninggalkan tempat itu.

Jaemin keluar dari apart Haechan dengan senyum lebar. Ia terlalu bersemangat.

Jauh dari apart Haechan, dilantai paling atas bangunan itu, Jaemin masuk melalui lift khusus. Saat pintu terbuka, hal pertama yang menyapa pandangan Jaemin adalah penthouse yang,.. sudah dia duga sebenarnya akan tampak semewah itu, tapi itu terlewat indah dengan pemandangan hampir semua sudut kota yang bisa ia lihat.

"Kau datang." itu Jeno. Dia berdiri disana dengan pakaian rumahan miliknya.

Jaemin dengan cepat memasang senyum lebar sebelum berlari kecil menghampiri Jeno.

"Tempat ini bagus." komentar Jaemin.

"Ini milik bubu."

Dan Jaemin lansung diam. Dia merasa tidak enak, terlebih tentang bubu. Terakhir kali mereka berbicara, itu bukan percakapan yang baik.

Tapi Jeno tidak akan tau soal itu. Dan lagi, Jaemin tidak akan membiarkan Jeno tau itu.

"Apa tidak apa - apa aku disini?" tanya Jaemin. Perasaannya tidak enak sekarang.

"Tentu saja." Jeno berjalan kearah yang lebih muda lalu meraih jemari Jaemin untuk menautkannya dengan miliknya. "Bagaimana? Apa kau suka?"

Jaemin diam. Apa maksutnya itu?

"Kau akan tinggal disini mulai sekarang."

Jaemin mengedipkan matanya saat Jeno menarik tangannya untuk masuk lebih dalam.

"Aku?"

"Yah. Hanya ada kita disini."

Jaemin menghentikan langkahnya, berusaha menarik tangannya yang bertaut dengan milik Jeno, tapi Jeno bukannya melepas malah mengeratkan genggamannya.

"Jeno,. kenapa aku harus menerima ini?" tanya Jaemin kemudian.

"Kau bilang kau bertengkar dengan Renjun."

"ngomong - ngomong soal itu, dia yang menumpang ditempatku. Jadi bukan aku yang harus pergi."

"Kau bilang tempatmu sempit untuk dua orang."

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang