"Kau bilang, kami tidak akan bertemu." Jaemin memasuki ruangan Haechan dengan muka tertekuk.
Dia kesal tapi Haechan memasang wajah bodohnya.
"Kau bilang, kau memastikan kami tidak akan bertemu, Lee Haechan!" ulang Jaemin, dia mengambil duduk disalah satu sofa diruangan Haechan dengan wajah sebal yang kentara.
"Ah, Lee Jeno?" tanya Haechan ketika dia memproses ucapan sahabatnya.
"Menurutmu siapa lagi." Jaemin marah,
"Kalian bertemu? dimana?" dan Haechan merasa bersalah.
"Apa itu penting sekarang?"
"tidak juga sih." Haechan terkekeh tak enak.
"Dasar pembohong!"
Haechan meletakkan bolpoin mahal yang sedari tadi ia pegang sebelum berjalan mendekati sahabatnya dan duduk didepan Jaemin.
Dalam kepalanya, Haechan mengumpati sepupunya, Lee Jeno.
"Aku tau kalian akan bertemu, tapi ini cepat sekali." Haechan mendesah pelan.
Dan Jaemin semakin menekuk wajahnya mendengar kalimat itu "Kau, kau iblis." Jaemin menunjuk tepat di wajah Haechan "Kau memang tidak berniat membantuku sejak awal, dasar iblis."
"Lagi pula ini perusahaannya. Hanya masalah waktu kalian akan bertemu pada akhirnya."
Jaemin jadi semakin kesal mendengar kalimat itu "Kau mengatakan itu seolah kau tidak pernah berjanji padaku."
"kau yang bilang tidak akan ada masalah. Kau bilang bahkan jika aku menandatangi kontraknya, kami tidak akan bertemu."
"Yah, itu benar. Seharusnya begitu. Dia berada dilantai paling atas, dan kita hanya di lantai 8. Liftnya juga berbeda, harusnya kalian tidak bertemu." Haechan berusaha membela dirinya, "Dan lagi,." Haechan tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk membela dirinya lebih lanjut.
"Ini bahkan masih hari pertamaku, ini baru setengah hari." Jaemin merebahkan tubuhnya, dia masih kesal.
"Oh ayolah Jaemin, ada apa sih antara kau dan dia. Seingatku dulu kalian manusia paling tidak bisa di pisahkan."
"Diam." potong Jaemin, memerintah. Dan Haechan menurut. Lagi pula, Haechan tau dia salah sekarang.
Tapi Haechan benar penasaran.
Saat bersekolah dulu, Jeno dan Jaemin adalah 2 orang yang paling sulit dipisahkan. Bukan hanya di bangku SMA, mereka akrap dari paud, selalu sebangku dan selalu kemanapun bersama.
Pokoknya diingatan Haechan, saat ia ingat Jeno sebagai sepupunya, saat itu ia juga ingat Jaemin sebagai teman Jeno.
Mereka sedekat itu dan sudah selama itu.
Dimana ada Jeno, sudah jelas pasti ada Jaemin disana. Walau lebih tampak seperti Jaemin yang mengekori Jeno kemanapun sih.
Tapi ada satu masa dimana semuanya berubah.
Mereka tiba - tiba tidak saling menyapa satu sama lain. Jaemin menghindar dan Jeno tampak tidak peduli.
Dan puncaknya adalah malam pesta kelulusan sekolah.
Jaemin tidak hadir dan menghilang sejak saat itu. Jaemin yang duduk dihadapannya saat ini sebenarnya masih banyak misterinya untuk Haechan.
Setelah hampir 6 tahun menghilang seolah ditelan bumi, setahun yang lalu, Jaemin tiba - tiba muncul didepannya sambil tersenyum ramah.
Ketika selesai dengan isi kepalanya. Haechan memutuskan untuk menginterupsi hening antara dia dan Jaemin.
"Hei Jaemin, kau kemana saja selama itu?" tanya Haechan kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...