14

4.1K 381 33
                                    

Jeno menatap gedung pencakar langit didepannya.

Dari unit miliknya, semuanya tampak rendah.

Tapi tidak, dia tau itu karena dia berada ditempat paling tinggi ditempat itu.

"Jeno." Jaemin memecah pikirannya. Yang lebih muda keluar dari kamar mandi dengan bath robe yang memeluk tubuh telanjangnya.

Sedang Jeno berdiri disana dengan penampilan yang hampir sama dengan segelas anggur ditangannya.

Mereka baru saja selesai dengan sesi bercinta mereka beberapa saat yang lalu.

Jaemin berjalan mendekat sebelum mengambil gelas anggur milik Jeno, memunggungi yang lebih tua sebelum meneguk anggur itu pelan.

Jeno melingkarkan tangannya dari belakang, membalut tubuh Jaemin, lalu menghirup aroma dari perpotongan leher yang lebih muda.

"Bau ini, ini khas kau sekali." ucap Jeno sebelum Jaemin merasakan perpotongan lehernya digigit dengan pelan.

"Nghh." Jaemin melenguh pelan karenanya.

Matanya terpejam, menahan nikmat disana "Memangnya, seperti apa bauku?" tanya Jaemin, dia sedikit penasaran.

Ada jeda yang sedikit lama disini sampai Jeno kembali membuka suaranya, masih dengan posisi yang sama.

"Rumah." ucap Jeno kemudian.

Jaemin yang tadinya menutup matanya, dengan pelan membuka kelopak matanya.

Dari pantulan kaca besar didepannya, ia bisa melihat Jeno yang masih pada posisi yang sama di perpotongan lehernya. Tapi mata yang lebih tua menatapnya awas. Jantung Jaemin tidak bisa untuk tidak berpacu dengan cepat.

Sial, itu terlalu berbahaya.

Jadi Jaemin dengan cepat mengalihkan pandangannya. Itu bodoh untuk jatuh berkali - kali pada orang yang sama ketika kau tau akhir dari kisahnya akan seperti apa.

"Hei, mau ronde berikutnya?" tanya Jaemin.

Si manis memutar tubuhnya untuk menghadap kearah Jeno. Jaemin menolak untuk berlama - lama dengan perasaan aneh yang menjalar didadanya.

Jeno tersenyum miring karena kalimat itu, tapi Jeno melepaskan tautan mereka lalu berjalan menjauh dari Jaemin, membuat yang muda menautkan alisnya bingung. Apa ia baru saja ditolak?

Jeno duduk diatas sofa dikamar itu.

"Kemari." Ucap Jeno. Kalimat ini jelas adalah perintah dan Jaemin dengan cepat mendekat kemudian merangkak naik ketubuh Jeno dengan senyum binalnya.

Pada akhirnya, ketika pagi datang, Jaemin bangun di atas tempat tidur dikamar besar unit Jeno, sendirian.

Sepertinya Jeno sudah berangkat duluan kekantor dan Jaemin terlalu lelah untuk menyadari itu.

Jaemin bangkit dari tempat tidur ketika menemukan bahwa bagian bawahnya sakit bukan main.

Ia menatap tubuh telanjangnya yang terpantul dari kaca besar disana. Tubuhnya penuh bercak merah keunguan juga beberapa gigitan. Yah, tidak kaget, lagipula mereka menghabiskan hampir 6 jam hanya untuk bercinta.

Jaemin menghela nafas kemudian. "aku tampak seperti,. pelacur sungguhan."

-

"Kau tidak kekantor?" ini pertanyaan pertama yang Renjun layangkan pada Jaemin ketika menemukan Jaemin memasuki apart Haechan dengan tidak bersemangat.

"Tidak." jawab Jaemin pelan. Ia mendekat kearah meja makan dimana Renjun duduk disana dengan omelet dan segelas kopi.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang