Haechan berjalan dengan langkah tidak pelan, memasuki kantor polisi.Langkahnya baru berhenti ketika ia tiba didepan sebuah ruangan, dimana ia melihat sahabatnya duduk disana dengan tatapan kosong.
"Renjun." panggil Haechan pelan.
Pelan, Renjun mengangkat kepalanya. Dan begitu mata mereka bersitubruk, segukan Renjun kembali.
Haechan berlari dan memeluk sahabatnya, erat, sambil sesekali mengelus punggung Renjun, berusaha menenangkan.
Ia tidak tau apa yang terjadi. Ia sedang menikmati makan siangnya ketika ponselnya terus berdering siang ini. Lalu Renjun menyuruhnya datang kekantor polisi dengan suara parau.
"Hei, ada apa?" tanya Haechan pelan. Ia masih dengan usahanya menenangkan sahabatnya.
Dan ketika Renjun membuka suara untuk menjelaskan lebih banyak, tatapan Haechan ikut berubah kosong.
Bagaimana mungkin tidak. Sedangkan temannya dinyatakan hilang sekarang. Entah hidup atau tidak.
Tapi Haechan mengembalikan kesadarannya ketika tangis pilu Renjun menjadi semakin menyayat. Itu berkali - kali, Renjun mengulang kalimat yang sama, dia menyalahkan dirinya sendiri.
"Kalau seandainya aku lebih peka, ini tidak akan terjadi." ucap Renjun disela tangisnya.
Dan Haechan membawa Renjun masuk kedalam dekapannya sekali lagi, ia berusaha keras menenangkan sahabatnya itu.
Tapi tidak lama. Soalnya, entah bagaimana Renjun bergerak keluar dari pelukan Haechan dengan cepat, tangisannya bahkan berhenti didetik yang sama.
"Hei, hubungi aku jika mereka menemukan sesuatu." Ucap Renjun sebelum meninggalkan tempat itu.
Haechan tampak bingung, tapi ia mengerti.
-
Pada akhirnya, Renjun masuk kedalam sebuah mobil mewah yang terparkir disana.
Beberapa saat yang lalu dikantor polisi, Renjun melihat Guanlin disana, sesuai dugaannya, mobil Jeno terparkir diluar.
Jadi disanalah Renjun berakhir. Masuk kedalam mobil Jeno tanpa ijin dari siapapun.
Jeno melirik sebentar kearah Renjun sebelum kembali fokus pada ipadnya.
"Ada apa?" tanya Jeno. Dia bahkan tidak tampak terusik sama sekali.
"Kau terlihat terlampau santai untuk ukuran seorang pria yang sahabatnya dinyatakan hilang. Ah, jangan lupakan tentang anakmu yang sedang berbaring dengan tubuh dibedah." sindir Renjun. Ia menyamankan posisinya disandaran kursi mobil mewah Jeno.
"Apa kau kesini untuk itu?" tanya Jeno.
Renjun tertawa miris mendengat kalimat yang bahkan tidak terdengar bersalah itu "Kau bahkan tidak merasa bersalah sama sekali."
"Kau tidak tau apapun. Kau seharusnya diam."
"Setidaknya aku tau kau yang menyebabkan Jaemin hilang!" Renjun berbicara dengan nada tinggi.
"Berhenti menyalahkanku!" Jeno membentak balik. Dia sudah cukup pusing sekarang. Dia mungkin tampak tenang tapi tidak mungkin ia benar - benar setenang itu.
Nafas Jeno memburu, begitu pula Renjun.
Jeno menghela nafas kasar sebelum kembali besandar pada kursinya.
"Lalu jika bukan kau, siapa yang harus aku salahkan?" Renjun menatap tajam kearah Jeno yang duduk disampingnya.
"Berhenti bertingkah seperti kau adalah korban disini bajingan. Apa kau bahkan tau apa yang sudah kau lakukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...