22

4.1K 390 61
                                    

Part ini ku edit biar kalean tau bapaknya nih anak siapa. Cape aku ngasih isyarat kalian tidak mau mengerti. aku tuh liat komenan kalian yang meleset mulu kek pengen nangis loh rasanya 😭

Jaemin memasangkan topi pada Jehan dan itu menjadi pelengkap penampilan putranya hari ini.

"Anak papa tampan sekali."

Jehan tersenyum lebar mendapat pujian dari papanya. Ia mengecup pipi sang papa pelan. "Papa juga sangat cantik hari ini." Jehan memuji balik sebelum berjalan menuju koper mini miliknya.

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Jaemin pada bibi Xiao yang dibalas dengan anggukan oleh wanita paruh baya itu.

Ah, hari itu adalah hari minggu. Jaemin akan menbawa Jehan ke Seoul untuk berobat tentu saja.

Seperti pembicaraan awalnya dengan Jeno, dia akan lansung menuju kerumah sakit disana yang kata Jeno sudah ia atur semuanya.

Jaemin bersemangat tapi sepertinya putranya jauh lebih bersemangat.

"Papa, apa nanti Jehan tidak perlu menggunakan ini?" tanya Jehan sembari menunjuk kearah jam tangan yang tidak pernah lepas dari pergelangan tangannya.

Dan Jaemin mengangguk dengan senyum lebar.

"Lalu bagaimana dengan obat?" tanya Jehan lagi.

Jaemin jadi merasa buruk karena pertanyaan putranya.

"Tentu saja saja. Tidak perlu ada obat lagi."

Dan Jehan melompat kecil, terlalu bersemangat. Sayangnya alarm dari smartwatch yang ia gunakan berbunyi kala itu, jadi Jehan dengan cepat menghentikan aksi melompat dan terlalu bersemangatnya.

Hal itu berhasil membuat Jaemin merasa buruk.

"Maaf papa." ucap Jehan menatap kearah jam tangannya.

Jaemin tersenyum kecut, setidak suka itu putranya pada obat - obatan itu. Padahal Jehan selalu bilang ia tidak masalah dengan itu. Tapi melihat betapa bersemangatnya sang putra sekarang, Jaemin jadi tau kalau sang anak hanya berusaha membuatnya tidak merasa buruk.

Yah, lagipula itu pahit. Anak - anak mana yang akan suka?

Jehan itu selalu tampak beberapa tahun lebih tua dari usianya, dia tumbuh dengan baik dan menjadi anak yang pengertian terhadap papanya.

Lalu selanjutnya Jaemin mengelus pelan surai putranya.

"Tidak apa - apa sayang." ucap Jaemin sayang.

-

Saat ini mereka sudah dimobil. Jaemin sengaja memesan mobil sekali jalan untuk mengantar mereka. Bibi xiao duduk di depan sembari sesekali berbalik kebelakang dan memperhatikan interaksi keduanya. Itu menggemaskan menurutnya.

"Tentu saja." jawab Jaemin "Jehan bahkan bisa berlari kemanapun Jehan mau. Jehan juga bisa bermain olahraga apapun yang Jehan suka."

"Seperti ayah?" tanya Jehan dan Jaemin mengangguk. Kali ini tidak ragu.

Ia sudah memutuskannya semalam untuk mempertemukan mereka.

"Jehan mungkin bisa main dengan ayah." tambah Jaemin.

Dan senyum Jehan menjadi semakin lebar, sebelum ia kembali melemas.

Semuanya secepat itu.

"Jehan,." panggil Jaemin pelan.

"hm," Jawab Jehan lemah.

Itu terjadi lagi.

Ini adalah salah satu bagian yang Jaemin benci. Jehannya bisa tiba - tiba seperti kehabisan baterai seperti ini.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang