18

4K 352 11
                                    

Pisau yang tertancap pada punggung, tidak pernah membunuhmu. Yang menbunuhmu adalah ketika kamu berbalik dan melihat siapa yang sedang memegang pisaunya.
-2%

7 Tahun yang lalu

"Sial." gerutu Jaemin pelan. "Kalau tau akan berakhir seperti ini, harusnya aku mengenai kepalanya." ucap Jaemin menatap kesal kearah orang - orang dibawah sana.

Jaemin berdiri diatap hari itu.

Satu sekolah menghujatnya habis - habisan.

Ini perihal Karina dan pot bunga itu.

Jangan kaget, Jaemin memang benar orangnya.

Jaemin bukan orang yang bisa tenang jika miliknya diambil. Selain mulutnya yang cukup tajam, dia juga cukup nekat sebenarnya.

Tapi untuk hal sekasar itu, itu pertama kalinya dia begitu. Dia merasa terlalu kesal waktu itu. Tapi tenang, Jaemin tidak berniat membunuh, hanya menakut - nakuti.

Ia pintar, jadi dia hanya perlu laju angin, jarak, kecepatan langkah target dan berat senjata untuk membuat pot bunga itu tidak mengenai targetnya, maksut Jaemin, meleset.

Meski itu gerakan spontan dan tidak terencana, otak Jaemin dengan cepat menghitung semuanya.

Yah, walaupun sekarang dia menyesali tindakannya. Karena kalau tau akan membayar hari sialan itu dengan posisinya sekarang, Jaemin pasti akan lebih suka mendaratkan benda itu tepat dikepala gadis itu. Ini terlalu mahal soalnya.

Tapi ditengah lamunannya,.

Haccihhh

Suara bersin itu membuat Jaemin sedikit kaget, ia kehilangan keseimbangannya dan hampir jatuh dari lantai empat gedung tempatnya berpijak.

Beruntungnya, tidak.

Karena Hyunjin, penyebab Jaemin kehilangan keseimbangannya dengan cepat meraih tangan Jaemin, menahannya, lalu menariknya.

"Kau hampir jatuh." ucap Hyunjin sembari mengelus dadanya sendiri setelah berhasil membawa Jaemin keluar dari posisi itu.

Jaemin kaget tentu saja. Dia hampir kehilangan nyawanya karena hal bodoh, bersin.

Jadi ia mendorong Hyunjin hingga pria yang jauh lebih besar darinya itu terdorong sedikit kebelakang.

"Sejak kapan kau disana?" tanya Jaemin melotot dengan wajah kesal.

"Aku lebih dulu disini asal kau tau." ucap Hyunjin tidak terima.

Jaemin jadi tidak tenang setelah kalimat itu keluar dari bilah bibir Hyunjin "Tapi tenang, aku bukan orang yang tertarik mencampuri urusan orang lain."

Hyunjin berjalan mundur dan bersandar pada tembok yang ada disana. "Tapi itu bagus kau tidak mengenai kepalanya. Jeno mungkin tidak akan bisa menolongmu lagi kalau itu terjadi." ucap Hyunjin menyamankan dirinya disana.

Jaemin berjalan mendekat dan duduk tak jauh dari tempat Hyunjin.

"Jaemin, lain kali lihat dulu siapa lawanmu." ucap Hyunjin melempar tatap kearah langit luas yang agak mendung hari itu "Karina bukan seseorang yang bisa kau sentuh." tambahnya "Kau mungkin tidak tau karena tidak terlalu tertarik untuk tau. Tapi Karina itu kelasnya berbeda. Keluarganya hampir setara dengan Jeno. Jangan bermain - main dengannya, apapun yang terjadi."

Jaemin memutar bola matanya malas mendengar itu.

"Aku serius." ucap Hyunjin tidak terima dengan respon yang Jaemin berikan.

"Aku tidak mengatakan apapun." Jaemin bangkit dari duduknya, melempar tatapan tak bersahabat pada Hyunjin sebelum berlalu dari sana.

Hyunjin memang sedikit menyabalkan. Tapi sejak saat itu, Jaemin jadi sering menemukan Hyunjin disana. Mungkin karena hal pertama yang Jaemin lakukan ketika tiba disana adalah mengecek tampat itu sedetail mungkin.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang