-Mereka hanya mencintai, tapi tersesat berkali - kali-
Pada tangis pertamanya, Jehan berhasil membuat Jaemin jatuh hati.
Dokter mendekat dan detik selanjutnya, Jaemin menangis, meraung tak kalah ribut dengan bayinya, seolah punya tenaga lebih walau pada akhirnya ia jatuh tak sadarkan juga beberapa saat setelahnya.
Pertama kali setelah kesadarannya kembali pasca melahirkan dan bertemu Jehan, Jaemin kembali menangis.
Bayi itu terlihat sangat kecil, terlalu kecil sampai pada batas ia takut menyentuhnya. Jaemin takut kalau sentuhannya akan memberi luka pada sosok itu.
Tapi itu tidak lama.
Karena ketika waktu berganti, Jaemin dengan cepat tidak ingin jauh - jauh dari malaikat kecilnya. Kalau tidak dalam jangkauannya, rasanya seperti ada yang kurang.
Tawa pertama Jehan adalah apa yang menjalarkan sesuatu yang terasa hangat dalam dada Jaemin.
Jehan adalah pelaku dari kebahagiaan meletup - letup yang selanjutnya menjadi obat untuk semua patah yang Jaemin punya.
Jaemin ingat ketika Jehan berhasil memanggilnya papa untuk pertama kali setelah beberapa hari berusaha mengajarkan bayinya melakukan itu.
Jaemin senang bukan main, dia menggendong Jehan dan melompat - lompat kecil seperti orang bodoh.
Lalu rangkak pertama juga jangan lupakan langkah pertama milik Jehan.
Dalam tidurnya, Jaemin tersenyum pelan pada ingatan ini.
Jaemin menyaksikan semuanya, dia yang mengajari Jehan semuanya. Dia ada dihampir setiap perkembangan yang Jehan punya walaupun tidak semuanya karena tuntutan 'single parent' yang melekat padanya.
Tapi Jaemin dan usahanya untuk ada disetiap Jehan butuh bukan main luar biasanya.
Jaemin pernah harus berlari dijam istirahat saat penerimaan raport pertama Jehan di paud.
Pernah dimaki demi sepasang sepatu lucu yang Jehan suka di etalase toko.
Atau hal lain seperti yang kebanyakan orang tua miliki untuk anak mereka.
Jaemin mencintai Jehan, lebih dari apapun.
Jehan adalah, semua yang Jaemin punya dalam 7 tahun belakangan.
Ada banyak proses yang Jaemin lalui dengan Jehan sebagai motivasinya.
Hampir seluruh hidup Jehan, ada Jaemin disana. Sebaliknya tidak begitu, tapi jika ditanya, Jaemin akan percaya diri bahwa dia jauh lebih cinta pada Jehan, lebih banyak dari malaikat kecilnya punya untuknya.
"Lalu, kenapa papa pergi?" tanya Jehan dengan kesedihan yang kentara pada wajah kecilnya yang pucat.
Dan detik pertanyaan itu terlontar, Jaemin membuka matanya, terbangun dari tidurnya dengan nafas tak beraturan.
Renjun yang duduk disampingnya sadar setelah Jaemin menegakkan tubuhnya.
"Ada apa?" tanya Renjun, suaranya serak khas bangun tidur.
Oh, sekarang mereka masih dipesawat, perjalanannya memakan waktu yang cukup lama, menjelaskan seberapa jauh mereka pergi.
Jaemin tidak menjawab, tapi dia menggeleng lemah sebelum melanjutnya membaringkan tubuhnya kembali.
Memunggungi Renjun, Jaemin menatap kosong kearah apapun dengan pikiran yang berkelana jauh.
Perasaannya membuncah, dadanya tiba - tiba tidak merasanya nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/354876112-288-k215900.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...