15

4.2K 376 16
                                    



Jaemin duduk memperhatikan punggung Jeno yang sedang menerima telpon entah dari siapa.

Punggung tegaknya, sedikit berubah dibanding dengan dulu. Tapi siluetnya masih sama tampannya.

Jeno hanya bertambah besar dan tinggi.

Sisanya tidak ada yang benar - benar berubah dari sosok itu. Bahkan sifatnya.

Jaemin menghela nafas. Tenggorokannya terasa kering. Tapi saat meraih gelas diatas meja, gelasnya kosong. Jadi dengan langkah malas, Jaemin bangkit dari sana.

"Mau kemana?" tanya Jeno, sedikit memberi jarak antara dirinya dan ponsel yang sejak tadi ia genggam.

Dan Jaemin mengangkat gelasnya, menjelaskan tanpa mengatakan apapun. Setelah Jeno mengangguk Jaemin berjalan keluar kamar sembari bersenandung kecil.

Sepertinya efek obatnya masih bekerja. Dia masih memiliki terlalu banyak energi.

Tapi langkah Jaemin yang penuh semangat itu berhenti ketika ia melihat seseorang yang tidak asing dimatanya berdiri disana.

Jaemin beku ditempatnya.

"Jaemin." ucap orang itu tampak sama kagetnya dengan Jaemin.

"Bubu." cicit Jaemin pelan.

"Kau, pulang." ucap bubu tak kalah pelan, Ia berjalan mendekat kearah Jaemin. Dan ketika langkahnya tepat hanya semeter, ia kembali buka suara "Ini benar kau." air matanya tidak bisa untuk tidak Jatuh.

Jaemin masih diam, beku ditempatnya. Taeyong hampir meraih tangan milik Jaemin ketika reflek Jaemin membawa langkahnya untuk mundur. Respon itu menghentikan langkah Taeyong.

"Ah, maaf." Taeyong menghapus air matanya.

Jaemin dengan cepat menggeleng "Maaf bubu, Aku,."

7 tahun yang lalu

Itu dimulai ketika Jaemin mendapat 2 garis pada test pack yang ia beli di apotik dan berakhir ketika dia duduk di depan dokter kandungan.

Butuh keberanian untuk Jaemin bisa sampai disana.

"Selamat, kamu hamil." ucap dokter itu tersenyum hangat.

Tapi hangatnya senyuman dokter itu sama sekali tidak sampai pada Jaemin.

Wajahnya seketika memucat, jemarinya terasa kebas.

Itu sedikit kurangajar tapi faktanya, kabar yang banyak membuat orang bahagia justru menjadi petaka untuk Jaemin.

Hamil, katanya.

Tidak mungkin itu bukan petaka untuk Jaemin. Sementara si pemilik wajah tampan yang lebih layak dipuji cantik itu masih berusia 18, dan belum bersuami.

Haha.

"Selamat" katanya. Itu lebih terdengar seperti ejekan untuk Jaemin.

Lalu Jaemin kembali dengan perasaan hancur hari itu.

Ketakutannya menjadi nyata kemudian.

Jadi malam itu Jaemin pulang kerumah utama keluarga Jeno untuk bertemu bubu. Itu adalah satu - satunya hal yang bisa ia pikirkan. Dia harus menemukan tempat nyamannya terlebih dulu.

Memories|NOMIN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang