Malam itu hiruk ribut musik yang memekakkan telinga menjadi sambutan pertama yang Mark dapat begitu ia tiba di club malam langganannya.Seperti biasa, begitu tiba ia melangkah kemeja bar, memesan satu koktail sebelum melanjutkan langkahnya kelantai dua. Tempatnya dan teman - temannya biasa duduk.
Tapi begitu kakinya berpijak disana, langkahnya memelan. Matanya menyipit. Sesekali ia usap mata gelapnya untuk memastikan penglihatannya.
"Hei Mark." sapa Jaemin, sebelah tangannya yang memegang minuman keras untuk melambai kearah Mark.
Mark agak terpaku sebelum Hyunjin datang dari arah belakang dan merangkulnya akrap.
"Aku yang membawanya kesini." ucap Hyunjin berbisik dengan suara keras ditelinga Mark. Yah maaf. Jika tidak begitu, Mark tidak akan dengar.
Dan Mark sedikit memberi jarak pada rangkulan akrap itu. "Kau gila." Mark menatap tak percaya pada Hyunjin.
Yah, Mark paling tau itu bukan hal baik jika Jeno sampai tau dan dia tidak ingin terlibat disana.
"Hei, calm down. Dia sudah tahu." ucap Hyunjin mengambil duduk disanping Jaemin yang mulai mabuk. Dia seolah membaca ketakutan Mark dengan mudah.
Dan Jaemin tertawa dengan jawaban Hyunjin "Dan dia tidak peduli." Tambah Jaemin dengan senyum lebarnya.
Jika dia tidak mabuk, dia tidak mungkin begitu.
Tapi sedikit banyak, Mark bisa sedikit lega. Karena tau Jeno sudah tau. Itu artinya, tidak apa - apakan?
"Sepertinya posisimu dihatinya benar - benar sudah berubah." ucap Mark sebelum ikut duduk disana, bersama teman - temannya. Beberapa bukan dari sekolah mereka.
"Yah Hei!" Jaemin menatap horor kearah Mark sebelum memasang wajah sedih yang dibuat - buat "Jangan mengatakannya terlalu jelas." Tambah Jaemin sebelum kembali meneguk minuman yang lain ketika ingatannya tentang ucapan Jeno dan sekelebat ingatan tentang penolakan yang ia terima mendadak berputar dikepalanya
Mark hanya menggeleng melihat itu. "Kau yakin itu aman?" tanya Mark pada Hyunjin dan dibalas oleh anggukan oleh Hyunjin.
"Hyunjin, apa aku boleh menari disana?" tanya Jaemin menunjuk kelantai dansa setelah berhasil menegak lebih banyak.
Hyunjin bahkan tidak menghentikan Jaemin dari minuman keras itu. Yah, Jaemin butuh itu, pikirnya.
"Apa kau sanggup?" tanya Hyunjin dan Jaemin mengangguk dengan semangat.
"Boleh kalau begitu." Lalu selanjutnya, Jaemin melipir pergi dari sana setelah mendapat ijin.
Mark bahkan dibuat tertegun sekali lagi oleh pemandangan didepannya "Hei, apa dia benar Jaemin?"
"Kenapa?" Hyunjin tersenyum miring. Matanya masih mengikuti pergerakan Jaemin.
"Dia tampak berbeda. Terlalu berbeda." Mark menatap aneh kearah Jaemin, tingkah lakunya, dan Pakaiannya yang terbilang terlalu terbuka.
"Jika sadar dia tidak akan begitu. Kau tau, patah hati bisa merubah seseorang." ucap Hyunjin "Tapi, bukankah dia menggemaskan?" Tambahnya dan Mark menatap horor kearahnya.
"Jeno akan membunuhmu."
Hyunjin mengangguk setuju "Jadi aku akan memanfaatkan malam ini dengan baik sebelum benar - benar mati."
Mark hanya menggeleng sebelum meneguk minumannya.
Sekali lagi, itu gila. Dan sekali lagi, Mark tidak berniat terlibat dalam kegilaan Hyunjin.
Itu hampir tengah malam. Ketika kepala Jaemin semakin berat, dan dia berantakan dilantai dansa. Sedang Hyunjin hanya memperhatikan sosok itu dari tempatnya dilantai dua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories|NOMIN {END}
FanfictionJeno dan Jaemin adalah sahabat lama yang bertemu 7 tahun kemudian. Masalahnya, persahabatan mereka tidak sesederhana itu. 🚫MENTION🚫 Sex, alcohol, drugs, mental issue, rape, suicide BXB, Mpreg Yang dibawah umur mending minggir dulu. #2 Jeno #3 No...