Sejak dulu sekali, keinginanku untuk menginjakkan kaki di tanah kelahiran ibukku begitu besar. Negeri sakura yang orang-orang selalu bilang indah ketika bunganya bermekaran menghiasi jalanan baik kota maupun desa. Pemandangan yang sulit ku dapatkan di sini.
Hingga akhirnya, aku mampu mewujudkan impian itu. Sesampainya di Bandara Haneda, aku disuguhkan pemandangan yang tak pernah ku dapatkan di tempat tinggalku.
Aku melirik ke kanan dan kiri, "ini jalan keluarnya dimana ya?" batinku bertanya-tanya. Seingatku memang sebelumnya pernah ke Jepang, tapi itu saat aku kecil usia 6 bulan. Tentu saja aku tak ingat apapun.
Kulihat sekelilingku, berniat menanyai orang-orang yang berada di Bandara ini. Lalu mataku tertuju pada seorang pria yang duduk sambil membaca sebuah buku di tangannya.
"Excuse me..." kataku dalam bahasa Inggris. Dengan bahasa Jepangku yang pas-pasan, aku pun menanyai tujuanku.
Pria itupun meletakkan bukunya. Dia pun berkata, "akhirnya kamu sampai juga, aku menunggumu daritadi."
Aku memasang wajah terkejut. Apa? Menungguku? Daritadi?? Dia ini siapa? Pikirku.
"Aku sudah menduganya, pasti kamu lupa denganku. Sudah lama sejak pertama kali kita bertemu. Aku diberitahu oleh seseorang kalau hari ini kamu datang ke Jepang jadi aku inisiatif untuk menjemputmu."
"Maaf?"
Dia melepaskan maskernya. "KENN. Kau tak mungkin melupakan namaku kan? Kau sungguh tidak ingat pertemuan pertama kita??"
Aku menggelengkan kepala. Ah, salahkan lah ingatanku yang singkat ini. Aku benar-benar tidak ingat kapan bertemu dengannya.
"Syuting pertamamu, ketika usiamu 20 tahun? Lalu sejak itu kamu tidak pernah kembali lagi ke sini."
Ternyata aku sudah pernah kesini ya? Syuting??
"Aku ingat kamu tidak pernah mau berada di dekatku, anak pemalu yang menggemaskan seluruh staff saat itu. Aku tidak pernah melupakannya," kemudian dia melanjutkan, " entah bagaimana diriku dari sudut pandangmu." Dia tersenyum. Anehnya aku ingat senyuman itu.
Senyuman yang membuatku tidak bisa menatapnya secara langsung.
Dia kah orang yang suaranya selalu kudengar sebelum tidur? Orang ini.. aku sudah pernah bertemu dengannya. Tunggu, kenapa jantungku jadi berdebar-debar?
"Ada apa?" tanyanya, "kamu sudah mulai mengingatku?"
"Sepertinya.. hanya sedikit saja."
Dia bertanya dengan nada antusias, "jadi, bagaimana aku dari sudut pandangmu? Aku ingin dengar."
"Aku tidak yakin, tapi aku ingat senyuman dan suara anda yang begitu sopan menyapu telingaku."
"Kaku sekali, panggil saja 'sayang'."
"Hah?"
"Tidak apa-apa. Kita harus cepat-cepat, ayo." Dia menarik tanganku.
Kami kemudian sampai di sebuah gedung yang megah. Aku tidak tahu ada berapa lantai, yang jelas aku seperti berada di lantai tertinggi.
"Kamu tidak perlu repot-repot mencari tempat tinggal lagi. Tinggal lah disini, lakukan sesukamu."
Sorot mataku sibuk melihat ke sekeliling. "Tapi ini.."
"Apartemenku," sambungnya.
"Apa?? Tidak, tidak. Bagaimana bisa aku tinggal bersama seorang pria. Ayah dan ibuku..." Belum selesai aku melanjutkan kalimatku, dia memotongnya.
"Kamu tidak tahu kan kalau sejak saat itu aku selalu menghubungi kedua orangtuamu. Jujur saja mungkin ini sedikit gila, tapi anak yang usianya bahkan lebih muda 8 tahun dariku ini telah mencuri perhatianku."
"Aku sudah izin kok. Dan orangtuamu mengiyakan. Lagipula aku jarang pulang kemari, aku terlalu sibuk," lanjutnya. Lalu dia mengambil koperku.
Dia menunjuk ke salah satu kamar yang ada disana, "ini kamarmu. Aku punya dua kamar, jadi tenang saja. Aku tidak akan melakukan apapun padamu. Selalu kunci kamarmu setiap kamu tidur. Bagaimanapun aku seorang laki-laki. Meski aku ingin melindungimu, aku sendiri juga tidak bisa menjamin apapun."
"Kamu pasti lelah dan lapar kan? Istirahatlah selagi aku menyiapkan makan malam," katanya.
Aku hanya mengangguk. Kamar itu cukup luas kalau dibandingkan dengan kamar dirumahku. Segera aku merebahkan tubuhku pada kasur empuk. Rasa lelahku seharian ini, seperti terhempas begitu saja.
Tak berselang lama, aku pun tertidur. Namun aku lupa untuk mengunci kamarku. Samar-samar aku mendengar suara seseorang memanggil namaku. Rasanya begitu dekat. Aku pun terbangun dan pemandangan pertama yang kulihat adalah wajahnya yang begitu dekat denganku.
"Makan malam sudah siap."
Kami pun makan malam bersama dalam hening.
•••
Hari demi hari telah terlewati. Tak terasa sudah sebulan lebih aku tinggal bersamanya. Aku pun mulai merasa nyaman.
Dan entah sejak kapan aku selalu merasa kesepian setiap kali dia tidak berada di dekatku. Apa mungkin... aku menyukainya? Kalau benar begitu, apakah sudut pandangku tentang dirinya juga telah berubah?
"Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya memecahkan lamunanku.
Dia duduk di sebelahku, menyandarkan kepalanya pada pundak kecilku.
"Aku menyukaimu," katanya dengan suara yang sangat kecil seperti sedang berbisik. Aku menoleh. Kudapati kami berdua berada pada jarak yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Sedetik kemudian, aku memejamkan mataku, merasakan sentuhan lembut bibirnya pada bibirku.
"Aku menyukaimu, (y/n)," katanya lagi. Aku menunduk tersipu malu. Lantas membalas perkataannya, "aku juga..."
"Jadi, apakah sosokku ini sudah berubah dari sudut pandangmu?"
••
END
•••terima kasih yang sudah rikues dan mempercayakan kehaluannya pada saya. Semoga suka ya...
Saya nulis ditemenin lagu dari iKON - Panorama. Tapi menurut saya juga lagunya pas untuk part kali ini. Meski jadinya kayak lintas negara😭😭🙏
Enjoy yahh... oiya kalau ada typo dll bilang yaa sankyuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."