Aku suka ketika dia sedang berbicara.
Aku suka ketika dia sedang tertawa.
Aku suka cara dia menatapku.
Aku suka semua yang dia lakukan, rasanya begitu candu. Tidak pernah sekalipun aku merasa bosan saat bersama dia.
Ketika berada di dekatnya energi positif seakan-akan meluap, dan aku lupa dengan kesedihan yang sebelumnya hampir menelanku. Aku suka berada di dekatnya, tapi aku tidak tau dengannya. Apakah dia juga suka bersama denganku?
Kami pertama kali bertemu ketika aku tengah berhenti di toko bunga langgananku. Kebetulan juga berada di sana. Dia terlihat sibuk memilih beberapa bunga.
"Untuk seseorang yang spesial kah?" tanya sang pemilik toko. Pria itu hanya tersenyum.
"Temanku.. ini untuk temanku."
Sang pemilik toko berkata lagi, "teman perempuan?"
Lagi, dia tersenyum penuh makna. Sepertinya memang benar untuk teman perempuannya.
"Bi, bisa tolong bungkuskan ini untukku?" kataku.
"Baiklah. Ini saja? Bunga yang kamu pilih berbeda dari biasanya."
"Teman kantorku baru saja dilamar, aku ingin memberinya ucapan selamat."
Bibi pemilik toko kemudian membalas, "kalau kamu juga dilamar, bibi akan kasih sebucket bunga besar untukmu."
Aku hanya tertawa kikuk. Di lamar bagaimana. Pasangan saja tidak ada.
Tiba-tiba bibi pemilik toko mengatakan, "bagaimana dengan pria di sana?"
"Apanya yang bagaimana bi?" tanyaku tak mengerti. Namun sedetik kemudian aku sadar bibi pemilik toko seolah ingin menjodohkanku dengan pria itu. Aku pun segera pamit pergi setelah bunga yang kupesan selesai dibungkus.
Namun, entah datang darimana keberanian ini. Kadang-kadang aku sengaja melewati toko bunga itu untuk memastikan apa pria itu akan datang kesana atau tidak. Hingga suatu hari, aku yang sedang terburu-buru tak sengaja meninggalkan buku catatanku di kafe tak jauh dari toko bunga itu.
Aku ingat saat itu, aku keluar dari kafe dengan terburu-buru setelah menulis sesuatu di buku catatanku. Dan dia baru masuk ke dalam kafe.
"Tunggu. Kamu meninggalkan buku catatanmu," panggilnya. Ternyata dia mengejarku. Tepukannya pada punggungku, membuat aku menoleh ke arahnya yang sedang mengatur nafas.
"Ah, terima kasih...," aku mengambil buku catatan itu. Dan ketika aku akan pergi, dia menahanku.
"Aku membacanya, lukisan itu juga aku sudah melihatnya. Maafkan aku sudah melihatnya tanpa izinmu," katanya. Kemudian dia melanjutkan, "apa seseorang yang kamu maksud itu aku? Ah, maaf kalau aku terlihat seolah terlalu percaya diri. Tapi aku ingat dengan pertemuan pertama kita."
"Toko bunga itu, maaf juga aku sudah diam-diam melirik ke arahmu. Sejak saat itu aku juga menunggumu berhenti di toko bunga itu. Aku menyukaimu pada pandangan pertama," jelasnya.
Aku terlalu terkejut dan tak menyangka kejadian seperti yang ada di drama terjadi padaku.
•••
Lalu semenjak itu kami jadi sering bertemu. Fakta yang kutemukan setelah mengenalnya cukup lama adalah, ternyata dia adalah seorang pengisi suara. Ah, aku tidak terlalu tau tentang itu jadi aku hanya mengangguk berpura-pura mengerti dengan semua ceritanya.
Hari-hari yang kami lalui bersama semakin lama semakin sering daripada biasanya yang kadang sehari bertemu sekali. Sekarang jadi sehari dua kali. Benar, seperti sedang minum obat. Kuakui sejak bertemu dengannya aku merasa tenang. Aku orang yang tak mudah terbuka pada siapapun. Tapi hanya dengan dirinya, aku bisa menjadi diriku sendiri.
Malam ini, dia mengajakku pergi kesebuah tempat. Aku benar-benar tidak tau apa yang dia pikirkan. Terkadang dia suka sekali memberi kejutan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
"Jangan lupa pakai, pakaian yang cantik ya."
"Aku akan menunggumu di tempat yang dijanjikan setelah bekerja."
Aku berjalan seorang diri menuju tempat yang dia katakan, menggunakan maps aku sampai di tempat tujuan. Tapi... kenapa sepi sekali? Tidak ada orang yang kesini? Pikirku.
Suasananya sangat tenang, lebih pantas dikatakan sunyi. Saat aku tengah fokus memerhatikan ke sekelilingku. Ponselku tiba-tiba berbunyi. Pesan teks darinya, dia bilang sudah berada di dalam.
Aku menaikki beberapa anak tangga, salah seorang pelayan membukakan pintu untukku dan mengantarku ke salah satu meja. Oh, sungguh, aku tidak terbiasa dengan semua ini. Aku pun melihatnya, dia terlihat sangat tampan. Apa aku salah lihat?
"Kenapa sepi sekali?" tanyaku.
"Karena aku sudah menyewanya." Dia terlihat santai sekali ketika mengatakan itu.
"Ayo makan, aku sudah lapar."
Kami pun menikmati hidangan yang disajikan malam itu.
Tapi tunggu, acara yang sebenarnya bukan hanya sekadar makan malam. Dia tiba-tiba berdiri dari tempatnya duduk lalu mendekatiku. Dia menekuk satu lututnya dari balik punggungnya dia mengeluarkan bunga kesukaanku dan.. cincin.
"Sejak lama aku ingin mengatakan ini padamu."
"Aku menyukaimu. Berkali-kali aku meyakinkan diriku, bahwa tidak ada orang lain yang pantas menjadi pasangan sehidup semati ku selain kamu. (Y/n) apa kamu bersedia menjalani kehidupan yang baru bersama denganku yang seperti ini?"
"Kamu bicara apa? Aku juga.. menyukaimu Yoshiki. Karena kamu tipeku, kamu sendiri sudah tau itu saat membaca buku catatanku." Aku mengambil bunga yang dia pegang, tanpa sadar aku menitikkan airmata haru. Dia memelukku erat, lalu memasangkan cincin itu ke jari kelingkingku.
Kami saling menatap satu sama lain. Tangannya mengusap wajahku dengan lembut. Oh, Tuhan aku ingin waktu berhenti saat ini juga.
•
•
END
•
•Rikuesan orang satu lagi udah beres ya.. mohon maaf tapi saya ga terima rikuesan lagi. Istirahat dulu ya ges.
Terimakasih yang udah mempercayakan kehaluan kalian padaku🙏🥺
Hope you enjoyyyy.. jangan lupa, aku merekomendasikan lagi bacanya sambil denger lagu iKON - My Type ehehe byebyeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."