Hujan deras malam itu membasahi jalanan yang kulalui, menyamarkan tangisku.
Kenangan itu selalu saja kembali setiap kali aku melewati beberapa tempat yang sering kita kunjungi. Aku tidak ingin bayang-bayang masa lalu itu terus menghampiriku. Aku ingin melupakannya. Semua tentangmu, tentang kita dan apa yang sudah kita lewati selama bersama.
🍂🍂🍂
Beberapa tahun sudah terlewati, aku pun mulai menjalani kehidupan yang baru.
Aku juga kembali bertemu dengan teman lamaku semasa sekolah. Kupikir dia tidak pernah berubah. Parasnya masih tetap sama. Dia juga masih humoris sama seperti dulu.
"Kamu masih ingat tidak?" tanyanya.
"Apa?"
"Dulu semasa kita sekolah, orang-orang sering menggosipkan kalau kita berpacaran."
Aku mengangguk. Ah, itu juga saat ketika aku menyimpan rasa pada kakak kelas di sekolahku. Aku sangat ingat. Karena itu pertama kalinya aku menjalin hubungan dengan seorang laki-laki.
Apa benar, itu sudah tujuh tahun yang lalu? Rasanya baru kemarin aku merasakan perpisahan yang sangat menyakitkan.
"Ada apa?"
"Kamu tiba-tiba terdiam. Apa aku telah membuka luka di hatimu lagi setelah sekian lamanya? Maafkan aku."
Aku menggeleng, "tidak, tidak apa-apa."
Dia menatapku penuh khawatir. Lalu dia memelukku erat, rasanya hangat dan nyaman. Aku hampir meneteskan air mataku ketika dia melepaskan pelukannya. Tangannya terulur dan mengusap setetes air mata yang jatuh membasahi pipiku.
"Kamu tahu alasan kenapa setelah beberapa tahun ini tiba-tiba saja aku kembali di hadapanmu?" katanya, "itu karena aku sudah mengumpulkan sedikit keberanian untuk berdiri di hadapanmu seperti sekarang ini."
"Memang benar, kita hanya teman. Dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah. Aku juga tidak masalah dengan status ini. Asal aku bisa melihatmu terus tersenyum, itu sudah cukup."
Dalam hati aku bertanya-tanya apa mungkin aku sudah berbuat jahat pada pria yang sekarang dengan sukarela menghiburku ketika aku kesepian? Aku ingin sekali mengatakan permintaan maaf. Tapi, entah mengapa terasa sangat sulit.
Mengapa dia begitu baik padaku? Padahal aku tak pernah membalas perasaannya.
"Maafkan aku...," ucapku dengan pelan. Kupikir dia tidak mendengarnya. Tapi dia dengan cepat merespons, "untuk apa? Kamu tidak ada salah apapun. Jangan pernah mengatakan itu lagi di depanku."
"Sudah hampir larut malam. Biarkan aku antar pulang."
Semenjak kami bertemu kembali. Sejak hari itu, sampai hari ini.
Kami selalu bertemu. Aku pun sudah benar-benar melupakan dan membuang semua kenangan yang dulu kuanggap indah bersama seseorang. Sekarang, hanya menghabiskan waktu berdua dengannya sudah cukup. Tapi dari lubuk hatiku yang terdalam, aku masih belum bisa menjalin hubungan lagi.
Dan aku sudah mengatakannya padanya sejak kami bertemu kembali.
"Aku harap kamu mengerti.. aku, belum bisa menjalin hubungan dalam waktu dekat ini."
"Aku mengerti kok, pasti berat untukmu. Aku akan menunggumu sampai kamu siap untuk membuka hatimu kembali," jelasnya. Dia tersenyum.
🍂
Setahun sudah berlalu, kami masih menjalani hubungan sebagai teman dekat. Tapi pertemuan yang semakin lama semakin sering ini membuat hatiku perlahan-lahan mulai sedikit goyah. Ditambah lagi, ibukku yang sering melihatku pergi bersamanya selalu bertanya, "jadi kapan kamu akan membuka hatimu untuk dia?"
Aku memikirkannya cukup lama, sepertinya aku juga sudah keterlaluan. Apalagi dia lah yang membuatku melupakan rasa sakit itu. Pelukan hangat malam itu, ketika untuk sekian lamanya kami bertemu kembali. Pelukan itu benar-benar menyembuhkanku.
"Bisa kita bertemu sekarang?" Aku harus mengatakannya. Karena entah sejak kapan, aku merasa begitu bergantungan dengannya. Ingin selalu bersamanya dan.. aku rasanya aku menyukai dia.
Tanpa kusadari, rasa suka itu tumbuh semakin besar.
"Tumben. Ada apa?? Aku sampai hanya menggunakan Hoodie untuk ke sini. Apa kenangan itu kembali muncul??"
Aku menatap wajahnya yang penuh khawatir itu, lalu memeluknya. Dia sepertinya terkejut. Tapi tak lama kemudian dia balas memelukku erat.
"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu?" tanyanya, dia lalu melanjutkan, "aku tidak masalah dengan hubungan yang tak pasti ini. Karena aku hanya ingin kamu bahagia."
Aku menggeleng dalam dekapannya. "Aku menyukaimu..,"
"Maaf aku telat menyadari perasaanku. Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya," kataku.
"Aku mengerti, jadi, apa sekarang kita resmi menjadi sepasang kekasih?" dia melepaskan pelukannya. Menatap mataku dalam-dalam seolah mencari jawaban atas pertanyaannya.
Aku menunduk, lalu mengangguk pelan. Oh, aku tidak sanggup menatap matanya.
"Peluk aku."
Pelukan yang hangat itu tanpa sadar membuatku menitikkan air mata.
🍂🍂🍂
End
Rikuesan kloter pertama selesai. Hope u like it. Maaf, kalau tidak sesuai ekspektasi, ternyata masih sulit buatku untuk nulis lagi.
Terima kasih yang sudah request. Next kloter ditunggu besok ya.. byebyeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."