24. A Little Bird Told Me [Uemura Yuto x You]

77 8 2
                                    

"Nanti malam mau jalan-jalan tidak?" ajaknya.

"Boleh." Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan ajakannya. Yah, lagi pula aku juga tidak pernah menaruh curiga sedikitpun padanya, setiap kali dia mengajakku pergi ke suatu tempat. Sebab, aku tahu betul dengan karakternya. Dia—pemuda bernama Uemura Yuto itu, bukanlah orang yang sanggup melakukan hal jahat pada orang lain.

Suaranya yang lembut dan juga sikapnya yang terkadang sedikit kekanak-kanakan itu dapat membuat siapapun merasa gemas. Dan rasa ingin memilikinya pun menjadi semakin kuat.

Satu hal yang perlu kalian ketahui. Dia bukan pacarku, dan kami tidak pernah terlibat hubungan khusus apapun. Setahuku, sih.

Namun, entahlah. Aku tidak bisa menebak perasaan seseorang.

Kemudian ketika malam tiba, sesuai janji, dia menjemputku di apartemen ku.

Dia mengenakan pakaian dua lapis. Di lapis pertama, bagian dalam, dia memakai kaos putih. Sedangkan pada lapisan kedua, bagian luar, dia memakai kemeja bercorak garis lurus pink dan putih.

Seperti yang sudah kuduga, gaya rambutnya masih tetap sama. Tidak ada perubahan.

"Tunggu sebentar," teriakku dari dalam kamar. Begitu aku melangkahkan kakiku keluar kamar, kulihat dia duduk bersender pada sofa yang ada di ruang tamu.

"Bagaimana penampilanku?" tanyaku, meminta pendapat.

"Cantik, cantik sekali," pujinya. Suaranya yang lembut dan halus itu berhasil membuat wajahku merona. Aku dibuatnya salah tingkah. Bahkan, jantungku juga ikut berdegup kencang.

"Berkencanlah denganku," katanya. Lalu dia memberiku setangkai bunga mawar pink.

"Bagaimana kamu bisa tahu bunga kesukaanku?" Aku menghirup dalam-dalam aroma bunga mawar yang dia berikan.

"Ada, aku diberitahu oleh seseorang yang dekat denganmu," balasnya. Aku menerka-nerka, siapa gerangan yang memberitahukan padanya soal bunga kesukaanku. Saat aku sibuk mencari jawabannya, ada salah seorang yang terlintas dibenakku.

Spontan aku mengatakan, "Kakakku?"

Dia tersenyum tipis. Dan itu semakin membuatku yakin bahwa kakak laki-lakiku lah, yang sudah memberitahu nya.

"Ayo." Dia menarik lenganku.

"Kita akan ke mana?"

"Ke suatu tempat yang sangat indah. Aku yakin kamu pasti akan menyukainya."

Selama perjalanan, dia tidak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangannya pada tanganku. Udara dingin yang seharusnya menyelimuti tubuhku, malah terasa hangat di tubuhku. Atau ini karena aku mengenakan mantel tebal?

"Apakah masih jauh?"

"Sebentar lagi, apa kamu kelelahan?" Dia yang kebetulan berada di depanku, menghentikan langkahnya. Dia berbalik menghadap ke arah ku yang berada di belakangnya.

Tangannya terulur mengelus pipiku. "Maaf ya, tidak lama lagi sampai kok. Atau mau istirahat dulu?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak usah."

Ku lihat dia duduk membelakangiku. Setelah itu, dia berujar, "Naiklah."

"Apa? Kamu mau menggendongku? Tapi aku berat ...."

"Naiklah, aku tidak menerima penolakan."

Pasrah, aku pun melingkarkan lenganku di sekitar lehernya.

"Ringan begini."

"Kamu menyindirku?" tukasku.

Dia hanya terkekeh pelan, membuatku malu. Dan menenggelamkan wajahku di punggungnya.

Aroma blueberry, gumamku pelan.

"Kita sudah sampai."

Lalu dia menurunkanku pada sebuah bangku kayu.

"Tidak apa-apa disini," ketusku. Memang benar, sejauh mata memandang aku tak melihat sesuatu yang spesial ataupun yang berhasil menarik perhatianku.

Lalu, dia berbisik, "Lihatlah ke langit."

Untuk beberapa saat aku tidak mengerti kenapa dia menyuruhku melakukan itu. Tapi, saat aku melihat ke langit. Aku terdiam. Di sana, ada tulisan; Will you be my girlfriend?

Suasana hening menyelimuti kami. Di tengah suara petasan yang bising, dia mendekapku.

"Aku sudah lama memendam perasaan ini," ujarnya. Dia menghela napas panjang. "Aku menyukaimu," sambungnya.

Dia mengecup bibirku sekilas. Lalu, membawaku kembali ke pelukannya.


💧END💧

Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang