Seperti angin yang berhembus meninggalkan aroma dari tubuhmu.
Meski hanya sebentar saja terpisah rasanya seperti kita tidak pernah dapat bertemu kembali.
Dua bulan telah berlalu, bekerja bersamanya sangatlah menyenangkan. Walaupun dia sangat pendiam, mendekatinya pun cukup sulit. Tapi tawanya sangat candu.
Sejak dulu aku dikenal cewek jual mahal, judes dan bicara apa adanya alias tanpa filter. Aku tidak bisa seperti orang lain yang harus berbohong baik dari wajah ataupun perkataan. Akan kukatakan apa adanya tanpa peduli bagaimana orang berpikiran tentangku. Selama aku menjadi diriku sendiri, semua pasti akan baik-baik saja.
Apakah aku menyesali semua yang kulakukan? Tentu saja, ada. Tapi aku memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
Hingga aku bertemu dengannya.
Saito Souma, dia sudah lebih dulu memasuki dunia ini dari diriku. Justru karena dia lah aku tertarik berkecimpung dan semakin mendalami pekerjaan menjadi seorang pengisi suara.
Memang tidak mudah bisa sampai di titik ini. Tangis dan tawa semua sudah kulalui. Bahkan jalanan terjal pun. Tapi keberadaannya memang sangatlah berharga bagiku. Meskipun dia tidak banyak bicara tapi perhatiannya tidak main-main. Aku merasakannya betapa lemah lembutnya dia ketika berbicara dengan orang lain.
Bahkan ketika aku kesulitan, dia membimbingku sambil tersenyum.
"Souma-san, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Di sela waktu istirahat itu aku mulai berani membuka percakapan.
"Ada apa?"
"Apa Souma-san pernah berciuman?"
Aku memerhatikan ekspresi wajahnya yang memerah.
"y/n, pertanyaan macam apa itu??"
"Kenapa? Ada yang salah dengan pertanyaanku? Habisnya aku penasaran. Cowok tampan seperti Souma-san pasti pernah berpacaran dan berciuman."
Dia hanya menggelengkan kepalanya.
"Benarkah? Aku juga, sampai sekarang pun aku belum memiliki pacar. Jadi aku penasaran bagaimana rasanya berciuman itu. Ah, maaf, lupakan saja."
"Kamu segitu penasarannya ya?" kata Souma tiba-tiba mendekatkan wajahnya, dapat kurasakan hembusan nafasnya membelai pipiku.
"Mending kamu fokus kerja saja. Sepertinya setelan otakmu lagi ga bener sekarang," katanya lagi menyentil keningku pelan.
Kami bekerja hingga jam menunjukkan pukul 11 malam.
"Otsukare.." aku merapihkan barang-barangku bersiap untuk pulang. Aku berjalan tergesa-gesa menuju stasiun bus, lalu mataku menangkap sosoknya yang berdiri sambil memainkan ponsel.
"Souma-san? Apa yang anda lakukan disini?"
"Seperti yang kamu lihat, aku menunggu bus terakhir datang."
Aku tersenyum, "ah, begitu.. tunggu, bukannya Souma-san tidak searah denganku ya?"
"Sudah larut malam tidak baik untuk seorang gadis asing pulang sendirian. Biar kuantar sampai ke rumahmu."
"T-tapii kalau seperti itu Souma-san jadi bolak balik.. bagaimana dengan bus terakhir ke rumah Souma-san?"
Souma menutup ponsel pintarnya. "Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Atau.. kalau begitu, aku bisa menginap di apartemenmu kan?"
"Ha?"
Aku sedikit terkejut mendengarnya, setengah tidak percaya.
"Jangan terlalu dipikirkan, anggap saja perkataan ku tadi hanya candaan. Lagipula aku tidak serius mengatakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."