Aku punya orang yang ku suka saat masa sekolah. Dia tampan, ramah, baik hati dan sangat ceria.
Jujur saja, aku tidak begitu pandai mendeskripsikan sifat orang. Jadi hanya itu yang bisa ku katakan.
Lalu, suatu hari, kami yang sudah lama tidak bertemu semenjak kelulusan. Kembali bertemu di acara reuni yang diadakan oleh salah satu teman seangkatan kami.
Ku dengar dia sekarang adalah seorang aktor terkenal. Seseorang yang berdiri di dekatku berbisik-bisik, membicarakan lelaki yang saat ini dikerubungi para gadis.
Tak ingin terlihat tak memiliki teman bicara, aku menarik diri mencari udara segar dengan segelas air putih di tanganku.
"Lama tidak berjumpa."
Dia menyapaku. Aku menoleh mendapati dia tengah tersenyum ramah padaku.
"Malam ini.. langit terlihat indah ya."
Aku mengangguk. Ya, langit terlihat sangat indah malam ini.
"Kamu masih mengingatku kan?" tanyanya.
"Makishima.. Hikaru," ucapku.
Dia menghembuskan napas lega kemudian menimpali, "syukurlah. Kukira aku di lupakan."
"Apa maksudmu?"
"Kita teman sekelas kan? Aku ingat, kamu selalu memiliki potongan rambut yang sama setiap tahun."
Aku terkejut. Dia menyadarinya?
"Aku selalu memperhatikanmu. Mungkin kamu tidak menyadarinya, karena kita nyaris tidak pernah bicara satu sama lain bahkan saling menyapa saja tidak pernah," katanya, "bahkan saat kita berada di satu kelompok kamu juga tidak banyak bicara."
Untuk sejenak, aku ingin sekali menimpali seperti, "kenapa kamu tidak mencoba menyapaku duluan?" tapi ku urungkan niatku dan membiarkan dia menjelaskannya sendiri.
"Maaf, aku tidak berani mengajakmu bicara. Aku takut kamu merasa tidak nyaman. Tapi, aku ingin mengatakan sesuatu saat ini.. sebuah perasaan yang sudah lama ku simpan dan jaga dalam beberapa tahun."
"[y/n] suki!"
Bibirku terkatup.
"Kamu tidak harus membalasnya sekarang, saat hari valentine.. apa kita bisa bertemu?"
Dia meraih cangkir di tanganku, memberikannya kepada pelayan yang lewat. Kemudian dia meraih tanganku, dan dengan senyuman khasnya, dia kembali mengatakan sesuatu kepadaku yang membuatku berdiri mematung.
❄️❄️❄️
"Maaf, sudah membuatmu menunggu. Pekerjaanku baru saja selesai."
Tangannya yang lebih besar dariku menggenggam erat tanganku. Lantas memasukkannya ke dalam saku mantelnya.
Kami hanya berjalan-jalan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Makishima-san.. kita mau kemana?" tanyaku.
"Nanti kamu akan tahu, lagipula, aku tidak bisa terang-terangan berkencan dengan seseorang di luar. Tapi tempat ini kurasa sangat tepat untuk kita bisa saling bicara satu sama lain tanpa ada yang mengganggu," jelasnya.
Kemudian dia kembali berkata, "sedikit lagi sampai kok."
Dan benar saja, dua menit kemudian. Kami sudah berada di sebuah tempat yang menurutku sangat keren juga unik. Apa sebelumnya tempat ini memang ada? Pikirku.
"Duduklah,"
"Ah, arigatou."
Suasana hening membuatku agak berkeringat. Aku tidak biasa membuka pembicaraan terlebih dahulu, jadi rasanya sangat canggung dan awkward. Jujur saja, aku bingung bagaimana menjelaskan suasana yang mengelilingi kami.
"[y/n] sebelumnya di acara reuni aku sudah bilang kan..," dia memberi jeda dan kembali berbicara, "aku menyukaimu. Aku tidak berbohong,"
"Eh? Aku belum bicara apapun."
"Aku tau kamu pasti akan mengatakan, 'pasti bohong, kan?'" lontarnya, "[y/n] lihat aku."
"Apa kamu mau menjadi pacarku?" tanyanya. Dia menatap mataku dalam-dalam.
Ditanyai begitu, aku tidak bisa mengatakan apapun. Bibirku bungkam. Aku tidak bisa berbohong kalau aku tidak lagi menyukainya. Perasaan ini jelas-jelas masih seperti yang dulu, kagum tentu saja. Tapi bukan perasaan semacam itu yang kuingat, lebih dari sekedar kagum.
Hah ... bagaimana bisa perasaan itu masih bersarang meski sudah bertahun-tahun kami tidak bertemu lagi sejak kelulusan?
Aku mengangkat kepala, mensejajarkan pandangan mataku dengannya.
Lantas memberikannya jawaban atas perasaan ini. Yang membuatnya tersenyum dengan sangat manis. Mungkin, manisnya bahkan melebihi coklat di hari valentine...?
END
Another edisi valentine. Tunggu part 3 nya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."