Aku melangkahkan kakiku menuju stasiun kereta menuju Hokkaido—salah satu pulau di Jepang yang letaknya paling utara—kampung halamanku.
Libur musim panas sudah hampir berakhir. Aku berpikir untuk menghabiskan liburan musim panas yang hanya tersisa satu minggu itu bersama keluargaku di Hokkaido.
Saat aku sedang menunggu kereta menuju Hokkaido tiba, ku putuskan untuk membeli minuman dan makanan melalui vending machine.
"Loh? Kenapa tidak keluar?" geramku, sambil terus menekan pada tombol minuman yang sudah ku pilih. Kemudian, suara seorang pria mencuri perhatian ku.
"Silakan," ujarnya. Tangannya terulur memberikanku sekaleng kopi hangat yang tadi kupilih melalui vending machine.
"Vending machine disini sedikit error." Begitu katanya. Kemudian dia meneguk habis minuman bersoda yang ada ditangannya. Lalu, membuangnya ke kotak sampah, letaknya tak jauh dari vending machine.
"Kamu mau kemana?" tanyanya.
Aku menyahut, "Hokkaido."
Dia mengangguk. Kemudian kembali bertanya, "Sendiri saja? Apa yang kamu lakukan di Hokkaido? Berlibur?"
Pikirku, banyak tanya sekali sih!
Akan tetapi, pada akhirnya aku tetap menjawab pertanyaannya.
"Seperti yang kau lihat, aku sendirian. Dan juga, aku pergi ke Hokkaido untuk bertemu dengan sanak keluargaku, menghabiskan liburan musim panas di sana."
Dia terlihat mengerutkan dahinya. "Kamu punya sanak keluarga di Hokkaido?"
"Orang tuaku tinggal di Hokkaido. Aku sendiri lahir dan tumbuh di sana. Bisa dibilang, Hokkaido adalah kampung halamanku."
"Wah, kebetulan sekali. Tujuanku saat ini adalah ke Hokkaido. Ada urusan pekerjaan di sana." Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pulpen dalam tasnya. "Hubungi aku, " tambahnya.
Beberapa menit kemudian, kereta yang akan membawaku ke Hokkaido tiba. Aku memegang erat koper yang kubawa.
"Biar kubantu," katanya menawarkan bantuan.
Perjalan yang panjang ku habisan dengan membaca buku. Dia tak banyak bicara. Kulihat dia memejamkan mata, beberapa kali kepalanya terantuk kaca jendela kereta.
"Apa sudah sampai?" tanyanya. Dia sudah bangun dari tidur lelapnya.
"Sebentar lagi."
Setelah berkata begitu, kereta akhirnya berhenti. Aku menarik napas panjang. Menghirup dalam-dalam udara Hokkaido yang sangat ku rindukan. Rasanya berbeda sekali dengan udara di Tokyo.
"Kita berpisah sampai sini saja," ujarku.
"Namaku Okamoto Nobuhiko."
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Hanya terdiam sambil tersenyum kikuk. Tiba-tiba memperkenalkan diri begitu, tentu saja aku terkejut.
"Ku harap kita bisa bertemu lagi, sampai jumpa."
Keesokan harinya, saat aku sedang bersantai. Isi kepalaku teringat dengan sosok lelaki yang ku temui beberapa hari yang lalu. Aku merogoh saku mantel yang kukenakan kemarin, dan menemukan secarik kertas di sana.
Betapa bodohnya aku saat itu sempat berpikir bahwa dia benar-benar memberikan nomor teleponnya padaku, padahal yang kutemukan justru sebaliknya. Nomor teleponnya dia tulis dengan ukuran yang sangat kecil, nyaris tidak terlihat.
Di dalam kertas itu juga terdapat tulisan; I love you.
Ditulis dengan ukuran yang jauh lebih besar dibanding nomor telepon.
Isi pesannya sangat singkat, hanya terdiri dari tiga kata. Namun, mampu membuatku salah tingkah.
Libur musim panas sudah sampai pada puncaknya. Aku harus segera kembali ke Tokyo, begitulah rencanaku. Tapi sebelum itu ... sebenarnya, sudah dari beberapa hari yang lalu. Aku membuat janji dengan seseorang. Dia meminta bertemu di sebuah caffe yang letaknya tak jauh dari stasiun kereta bawah tanah.
Sambil menyeret koper, aku terus berjalan menuju lokasi pertemuan. Sesampainya di sana, ku lihat dia duduk seorang diri di pojokan. Mejanya kosong, apa dia belum memesan minuman dan makanan apapun?
"Maaf, sudah membuatmu menunggu lama."
END? NO. NEXT TO THE PT.2!
Please, wait a little longer for pt.2💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."