Sosoknya yang tenang dan terkadang agak manja berdiri di hadapanku. Dia tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang putih. Mata coklat yang kini sedang menatapku dengan intens menyipit kala dia tertawa.
Udara dingin memasuki celah-celah mantel yang ku kenakan.
Kadang-kadang aku meliriknya, raut wajahnya tegas dan terlihat sangat serius saat membaca naskah yang ada di tangannya.
"Pekerjaan lagi?"
"Ya, beginilah. Rasanya aku hampir tak punya waktu untuk beristirahat," keluhnya. Dia menyenderkan kepalanya pada pundakku. Saat dia memejamkan matanya, entah mengapa, tanpa sadar tanganku terulur untuk mengusap kepalanya dan menyapu poni yang menutupi sebagian matanya. Aku mendekatkan wajahku, menikmati setiap inci dari bentuk wajahnya.
Bagaimana bisa orang setampan dia sampai menyukaiku?
Apa yang membuat dia jatuh cinta padaku?
Saat pikiranku tengah sibuk berkelana. Tiba-tiba saja dia membuka matanya, lalu menahan tanganku yang berhenti mengusap kepalanya.
"Kamu pasti sedang berpikir kenapa aku sampai bisa menyukaimu 'kan?" tanyanya penuh selidik. Atau mungkin, itu karena dia terlalu peka? Aku tidak tahu.
"Aku tahu, dari raut wajahmu. Apa kamu meragukan rasa cintaku? Walaupun aku sudah mengatakannya padamu setiap hari?"
Aku menyanggah, "B- bukan begitu ... aku hanya masih tidak percaya. Orang setampan dirimu menyukaiku yang memiliki wajah biasa-biasa saja."
"Jadi, kamu tidak menyukaiku?"
Aku membelalakan mata saat mengetahui jarak kami yang sangat dekat. Sebab, aku dapat merasakan hembusan napasnya menerpa wajahku.
Aku menelan kembali saliva ku yang sempat tertahan di kerongkongan. "Tentu saja aku menyukaimu. Tapi, Kenn ... kita sedang berada di stasiun bus. Orang-orang melihat ke arah kita."
"Lalu, apa masalahnya? Oh! Aku baru ingat. Kamu belum pernah mengatakan, 'aku menyukaimu' padaku. Rasanya hanya aku saja yang selalu mengatakan perasaanku secara terang-terangan."
Aku tersentak. Padahal aku baru saja mengatakannya.
"Aku sudah mengatakannya tadi, apa kamu lupa?"
"Kapan? Aku tidak dengar." Dia menyunggingkan senyum. Aku tahu dia sedang mengerjaiku. "Coba ulangi sekali lagi, yang sebelumnya aku tidak dengar sama sekali," tambahnya.
"Aku menyukaimu, Kenn-chan!"
Dia mengulas senyum. Kemudian mencium pipi kanan ku, menciptakan sensasi aneh pada sekujur tubuhku. Aku dibuatnya merona, hingga tidak sanggup untuk menatap langsung ke manik matanya.
🌻END🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ni Hanashitai Koto || DRABBLE
Fanfiction"Dengar, ada yang ingin ku katakan padamu..."