Goodbye To You My Trusted Friend (2)

30 7 0
                                    

Tak lama setelah pulang dari club seni kota dan hangout bersama kedua sahabatnya, Akari pun tiba dirumah. Dia memarkirkan sepedanya diujung garasi dekat dengan mobil yang sehari hari ibunya gunakan kerja. Entah itu ke bengkel jahit, ke butik miliknya atau ke pameran fashion.Kala irinya menangkap bahwa susunan mobil di garasi rumahnya lengkap, Akari tahu semua anggota keluarganya lengkap ada di rumah. Dia menapaki teras rumah dan masuk kerumah. Dirumah ini sekarang hanya ada Ayah, ibu dan Aoi. Pasti Akane belum pulang pikirnya. Ya, karena Maserati putih milik kakak perempuannya belum terlihat ada diruangan tersebut. Padahal Akane adalah penengah dikeluarganya jika terjadi perdebatan, ya... walaupun dia tidak membela Akari. Tapi setidaknya dia tidak menjadi kompor seperti Aoi, pikirnya.

"Aku pulang. Ah..ibu"

Akari sedikit kaget karena ibunya ada di hadapannya. Dirinya paham mungkin sang ibu baru saja pulang dari kantornya karena masih menggunakan suit formal nya. Memang tak biasanya sang ibu berlaku demikian. Otaknya langsung memberi sign bahwa ada sesuatu hal yang terjadi. Dari irisnya saja, Akari tahu sebentar lagi bahkan sang ibu, atau bahkan semua anggota keluarganya akan kembali membahas hal yang paling menyebalkan bagi Akari. Apalagi kalau bukan membahas lanjutan sekolah nya. Sungguh, jika Akari memiliki balon udara yang biasanya para pasangan tunggangi di Cappadocia, Akari bahkan ingin sekali menaikinya dan hijrah ke kepulauan Faroe sekarang juga.

"Akari sayang, ayah dan ibu perlu bicara denganmu diruang tengah. Mari kita bicara tentang kelanjutan SMA mu, nak. Ayah sudah menunggu"

'Tumben, ibu sangat berhati hati ketika bicara. Pasti ada suatu hal'

Akari sudah lama memiliki trust issue pada ibunya kala sang ibu tiba tiba manis padanya. Entah mengapa justru ia malah lebih lega jika ibunya bersikap se normal nya nyonya Hasegawa saja.

Sementara itu, ibu Akari sebenarnya paham kalau Akari berusaha menghindari kembali pembahasan yang bahkan orang serumah sedang fokus padanya. Untuk itu, kali ini dia berusaha sekali membuat atmosfer diantara mereka bahkan menjadi lebih menarik dan sedikit membuat Akari menjadi nyaman walaupun sebenarnya dia sendiri kurang yakin dengannya. Tapi setidaknya dia berusaha sabar dan berusaha membujuk anak bungsu nya tersebut.

"Tidak bisakah kita membicarakan hal ini besok saja, bu? Lagipula, penutupan pendaftaran tahun ajaran baru masih dua minggu lagi kan?"

"Iya, memang penutupan pendaftaran tahun ajaran baru masih dua minggu lagi, tapi kita benar benar harus mempersiapkannya dari sekarang. Ibu juga harus membeli banyak hal untukmu nantinya"

Akari yang sedang mengganti sepatu ke sandal rumah makin merasa sudah terjadi hal yang benar benar diluar nalar karena mendengar jawaban ibunya barusan. Yang benar saja, bukankah biasanya jika baru masuk sekolah, seorang ibu hanya perlu membelikan alat sekolah dan seragam? Ini pasti lebih dari itu.

"Ibu bicara apa? Memangnya aku akan dikirim ke sekolah militer? Atau dikirim ke Quebec seperti kakak Akane dulu ?"

"Sudahlah jangan mengira ngira, ayo cepat. Semakin cepat kita bahas akan semakin cepat kita istirahat"

"Iya. Baiklah"

Karena Akari jelas ingin segera istirahat, jadilah Akari pun pasrah saja dan meng iyakan seruan ibunya. Kini ia dan ibunya sama sama menapaki tangga dan langsung tertuju ruang tengah lantai atas, dimana ayah Akari menunggu. Benaknya mulai menangkap atmosfer aneh yang mungkin segera dia hadapi nanti di atas.

"Akari anakku, kau dari mana nak?"

"Ayah ingat punya anak bernama Akari? Dari club seni. Ayah ingin bicara apa?"

"Begini. Akari kan anak baik dan penurut. Ayah dan ibu sepakat ingin menyekolahkan mu di Hokkaido. Kau akan tinggal bersama bibi dan paman disana, di Biei. Kota kecil namun indah bukan? Ayah dan ibu yakin Akari akan nyaman disana"

It's Blooming AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang