The Most Beautiful Moment of My Life (22)

16 7 0
                                    

Akari mulai merasa re-life nya sudah sama seperti sama dengan kehidupan kehidupannya sebelumnya. Dia belajar menerapkan 'jika ada sesuatu hal yang tak kau sukai, jajalah dulu. Nanti pasti akan ada jalannya'. Hmm, entahlah mengapa pemikirannya jadi seperti itu. Apakah ini tandanya ia sudah mulai dewasa secara pemikiran? Atau karena memang nyatanya jiwanya ada disini bersama dengan keluarga bibinya. Entahlah, Akari juga tak tahu pasti apa yang membuatnya jadi begini. Tapi yang jelas sejauh ini nampaknya kepindahannya kesini bukanlah sesuatu yang buruk. Walaupun sebenarnya dia begitu merindukan kedua sahabatnya.

 Walaupun sebenarnya dia begitu merindukan kedua sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, sudah cantik ya. Ayo sarapan"

"Iya"

"Kali ini kita akan sarapan dengan menu sarapan dari Hawai. Ada Hawaiian loco moco, malasadas, Hawaiian banana bread dan Hawaiian scrambled egg. Bibi baru mencoba resep resep baru. Untung saja ada Akari dirumah, bibi jadi bisa kebih bisa eksplore masakan"

'Bibi Takahashi benar benar berbakat. Harusnya bibi pergi ke Masterchef dunia. Bagaimana tidak? Sekarang, setiap hari aku menjadi kelinci percobaan bibi setiap hari. But fortunately, semua menu masakan bibi dari berbagai negara selalu enak. Aku menjadi pengganti kak Natsuya rupanya. Well, all about her dishes are well executed''

Seaat saja kala tiba tiba bibi tersenyum dengan begitu sumringahnya, Akari menduga adanya sesuatu yang akan disampaikan kepadanya. Dirinya mulai mengitung mundur dan mengira ngira apa yang akan dikatakan oleh bibunya sebentar lagi. Dia berharap sekali kalau itu adalah sesuatu hal yang akan menyenangkan. Sebenarnya sesuatu yang sangat Akari ingankan dan tungu tunggu adalah junjungan Natsuya ke rumah.

"Oh iya, semalam paman ditelpon oleh ayah. Katanya beberapa hari lagi, ayah akan kesini mengunjungi Akari. Ayah baik sekali ya, ditengah tengah sibuknya pekerjaan, ayah sempat mengunjungi Akari disini"

"Hmmm, jadi begitu ya" kata Akari yang sambil menyantap sarapannya.

Yang tadinya Akari begitu excited kala menunggu sesuatu yang akan disampaikan sang bibi, kini malah air wajahnya berubah drastis. Akari sama sekali tak tertarik dengan hal tersebut. Dia sebenarnya tak terlalu mengambil pusing ayah dan ibunya akan mengunjunginya atau tidak. Bahkan, sekarang dimana hampir menyentuh kenaikan kelas pun, Akari sudah benar benar tak peduli dengan anggota keluarganya. Nyatanya, kehidupannya kini dengan bibi dan paman serta dengan teman temannya sudah cukup bagi Akari.

"Aku berangkat dulu"

"Iya, hati hati"

Akari pun melangkahkan kaki ke sepeda lalu dia pergi menjauh dari rumah. Seperti biasa, dia mencoba menjalani kehidupan nya dengan begitu normalnya saja. Sekolah, membantu bibi dan pamam jika sempat, bermain dengan teman teman, melukis, me review pelajaran dan vc dengan kedua sahabatnya adalah hal nayata yang menyenangkan baginya. Akari sangat bersyukur akan semua itu.

Pikirannya mulai terbang dengn begitu jauhnya. Dia bahkan sama sekali tak ingin bertemu dengn ayahnya atau siapapun anggota keluarganya. Gadis dengan iris hazel itu sedang tak ingin diusik atau diganggu ketenangan serta kesenangannya bersama dengan semua hal yang ada disini. Keresahan ini pula yang begitu menghantui di beberapa harinya.

It's Blooming AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang