"Oh... Aku sepertinya tidak memperhatikan jika para tentara maupun komandan memakai sebuah pin nama..."
Isagi tertawa pelan begitu mendengarnya. Dia kemudian berdiri, dan menepuk-nepuk kepala [name] sembari tersenyum nakal.
"Lupakan saja. Toh, kamu sedang mengkukus nasi... Awas, nanti gosong..." Isagi memberikan kode dengan lirikan mata.
[Name] terkesiap dan segera mengecek isi panci. Mengamati kondisi beras.
"Haha, tidak usah panik, mengkukus nasi bisa mencapai 30 menit bahkan 1 jam. Santai saja, [name]," Isagi bersahut.
"Kamu yang membuat ku panik, dasar..." [name] memutar mata dengan desahan berat.
"Aku akan mengecek kondisi Bachira, kamu mau ikut?" [Name] hanya tersenyum dan mengangguk mantap.
"Tentu, tentu!"
Mereka berdua akhirnya meninggalkan dapur saat Bachira sendiri tidak ada di sana. Dia nampaknya pergi, tapi Isagi tidak menyuruhnya untuk melakukan hal lain selain membantunya meracik rempah-rempah.
Dimana Bachira? Batin Isagi sedikit cemas. Mencari kesana kemari.
"AGHHHHH, SAKIT!!"
Teriakan keras itu terdengar menusuk. Seketika mereka berkeringat dingin.
"Suaranya dari arah halaman belakang!" Sigap Isagi. "Pasti kondisi sedang tidak beres..." lanjutnya.
[Name] tidak menjawab, selain mengikuti Isagi. Segeralah mereka menuju halaman belakang.
Isagi yang tanpa menghentikan langkahnya, segera membuka pintu halaman belakang dengan wajah cemas. Dia berteriak, "Bachira! Apa yang terja-"
"HIAAAA!"
Wajah Isagi langsung terhantam sebuah lobak putih yang masih diselimuti akar dan tanah. Dia segera terjatuh kebelakang, "Ouch!" ucapnya pelan.
Bachira muncul dari balik pintu.
"Aku berhasil memberimu kejutan, Isagi. Lihat?! Aku yang menanam lobak ini saat dia masih bayi, dan sekarang sudah tumbuh! Aku berguna, bukan?" Puja Bachira pada dirinya sendiri.
Dia memasang ekspresi konyol seolah mengejek wajah Isagi yang sudah terkotori tanah. Isagi segera melepehkan sisa tanah yang memeluk lidahnya. Sesekali dia mengusap bibirnya untuk menghilangkan rasa tanah.
"Dasar! Kau benar-benar!" Geram Isagi kesal. Dia segera mengambil batang bambu dan mencambuk bokong hangat Bachira.
"Aw! Kau sangat kasar! Aku hanya memberikan kejutan!"
"Berisik! Lain kali langsung tunjukkan saja padaku! Padahal aku sudah mencemaskan teriakan mu!"
[Name] yang pada awalnya cemas, sekarang menghela nafas tenang. Untung saja, teriakan tadi hanyalah buatan Bachira demi menarik perhatian mereka berdua. Mungkin, dia bermaksud memberikan kejutan karena hasil lobak yang berhasil dia tanam?
Astaga, rasanya begitu tenang... Batin [Name] dengan senyum tipis nya saat meratapi dua binatang sedang berlari kesana kemari.
"Aw! Aw! Hentikan Isagi! Kau ingin mempermalukan ku di hadapan seorang gadis?! Bokong ku tidak bersalah!" Bachira melindungi bokongnya dengan kedua telapak tangannya dan terus berlari tanpa alas kaki di sekitar halaman belakang.
Mereka terlihat seperti sedang maraton keliling ya?
"Aku akan menghajarmu!" Bantah Isagi kesal. Bachira hanya tertawa.
Dalam tawa penderitaan dan tawa mengejek.
Isagi kemudian berhenti dan menatap [name].
"[Name]...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfiction"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...