Chapter 08

2.8K 344 64
                                    

Selepas makan malam, Rin segera beranjak dan menghampiri [name]. Mengulurkan tangannya.

"Berikan."

[Name] dengan cemberut di wajahnya, segera memberikannya kepada Rin. Dia lantas berjalan pergi ke arah pintu dan ya, keheningan kembali tercipta.

[Name] meratapi seisi ruangan. Sesekali mengusap pundaknya yang terbalut perban.

Mengapa... Dia begitu baik?

Dia tidak menyiksaku dengan senapan, melainkan menolongku. Mengapa, dia sangat berbeda?

[Name] melamun dalam pikirannya. Namun, hal itu tidak menghilangkan fakta bahwa ia masih membenci Rin.

***

Kretek....

Pintu terbuka dan Rin merapatkannya kembali saat dia masuk. Dia melihat [name] yang terdiam memandang ke arah jendela. Rin mulai bersandar di dinding. Menyilangkan kedua tangannya.

"Pribumi rendahan."

Panggilan itu membuat [name] mendapatkan kejutan. Dia langsung menoleh.

"Apa?"

"Aku ingin menanyakan soal kasus pembunuhan yang kau lakukan."

Rin menyipitkan matanya. Dia serius soal apa yang dia tanyakan.

"Kau melakukan pembunuhan kepada salah seorang tentara Nippon, bukan? Mengapa?" [name] segera memalingkan pandangan. Meremas selimut yang menutupi pahanya.

"Aku membela diri, tahu?

"Lagipula anggota Nippon itu memaksaku untuk masuk ke penampungan para gadis jugun ianfu. Gila saja jika aku menurutinya. Ya aku membunuhnya."

Rin fokus mendengarkan ucapannya. Dia mengangkat alis dengan tatapan yang masih sinis.

"Lalu?"

"Lalu?! Tentu aku melarikan diri dan mayatnya tetap ditempat! Mengapa kau masih berta-" Sebelum [name] bisa melanjutkan, Rin sudah memotongnya.

"Apa kamu pernah diperkosa oleh mereka?"

Dengan itu, [name] kebingungan.

"Tidak. sejauh ini aku belum pernah. Tapi beberapa kali pernah dilecehkan oleh mereka."

"Kapan?"

Rin mengangkat alisnya lagi. Tatapannya tertuju pada [name]. Dia bertanya seolah-olah ingin mendengar lebih banyak cerita dari gadis itu. [name] justru dibuat pusing.

"uh, kapan? Ntahlah, aku juga lupa."

"Lupa? Apa ingatanmu rusak?" Cemooh nya sembari memutar mata.

"Tentu saja tidak!" [name] merasa tak terima.

"Kalau begitu, ingat kembali." Tuntutnya melas.

Mengapa pria ini keras kepala sekali? Dia kira, dia bebas mengetahui tentangku?

[name] membatin curiga. Dia memutar mata pula.

"Aku bilang lupa ya lupa." [Name] mendengus kesal. Rin berdecih, dia memilih untuk mematikan lilin kamarnya. [name] tentunya terkejut dan langsung memojokkan dirinya sendiri. Kecemasan melingkupinya.

"Mengapa kau mematikan lilinnya?! Gelap!" [name] berteriak kesal.

"Sudah malam, waktunya tidur." Rin segera duduk di kursi meja belajarnya. Membuka laci dan mengeluarkan pensil. Lalu mengambil beberapa lembaran kertas dan dokumen laporan. Dia segera menyalakan lampu kecil di meja belajarnya.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang