Chapter 19

2.3K 327 82
                                    

"Kenapa kau hanya mengenakan kaos tipis? Dimana seragam mu?"

Aryu mengangkat alis. Terheran-heran dengan penampilan Rin saat ini.

"Ada di kamar," balasnya sembari mengalihkan perhatian pada mangkuk yang akan ia cuci.

Aryu kembali menyibukkan dirinya dengan menyiapkan sarapan sendiri. Dia kembali menetas keheningan.

"Ngomong-ngomong, kudengar, Karasu mengalami perawatan paru-paru karena sesak luar biasa. Apa kau sudah tahu sebelumnya?"

Rin seketika terdiam. Ingatan kemarin malam membuat skenario film di kepalanya.

"Tidak," balasnya cepat.

"Bagaimana kondisinya?"

"Sudah lebih baik... tapi sepertinya dia tidak akan hadir selama beberapa hari untuk waktu istirahat yang lebih cukup."

"Oh? Baguslah, aku bersyukur soal itu."

Dia meletakkan mangkuk yang baru saja ia cuci. Segera mengeringkan kedua tangan basah kuyupnya lalu berjalan pergi ke arah kamarnya.

"Jika dia sudah pulih, suruh dia belajar bagaimana bersikap pada sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milikku. Dia berencana akan dinaikan jabatan nya, kan?" Tuturnya dengan wajah tak ekspresif seperti biasanya.

"Hm, ya, seharusnya begitu..."

"Aku berharap jendral mengajarinya sesuatu seperti yang ku katakan."

Rin melambai cuek, dengan punggung yang semakin lama semakin jauh dari pandangan Aryu. Dia menghela nafas berat, menatap malas kesembarang arah.

"Pasti mereka mengalami masalah satu sama lain sebelumnya..."

***

Ceklek...

Sebuah pintu terdengar terbuka. [name] kembali membuka selimutnya, mengalihkan tatapan nya pada siapa yang masuk. Dia langsung memalingkan wajah begitu saja setelahnya.

Aku gemas, ingin sekali ku bungkus tubuh itu dengan selimut...

[name] menatap kearah jendela. Disaat Rin mulai duduk di kursi belajarnya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu.." Tuturnya pelan dengan nada serak yang selalu khas pada suaranya.

"Apa?" Balas [name] tanpa menatapnya sekalipun.

Rin terdiam selama beberapa saat. Rasanya dia ingin dan tidak ingin mengatakan hal itu.

"Apa kau masih membenciku?" Ucapnya serius. Kedua pupil matanya fokus pada satu hal, yaitu menatap dalam kearah [name].

[Name] membeku diam. Dia berperang dengan isi pikirannya sendiri. Bagaimana jika dia mengatakan tidak? Dan bagaimana jika dia mengatakan ya?

"Um, soal itu.."

Dia mulai memberanikan diri untuk bangun dari posisinya. Menatap kebawah dengan wajah yang terlihat ragu dan sedikit lemas. Memainkan jari telunjuk nya satu sama lain.

"Tidak."

Jawaban singkat itu berhasil membuat Rin terkejut. Mulutnya ternganga kecil, matanya bersinar tak percaya pada jawaban itu.

"Tunggu, apa?"

"Hmm, kau ingin aku mengucapkan nya sekeras mungkin hingga kau tidak bertanya lagi? Aku bosan mendengar pertanyaan itu berulang kali..."

"Pftt-"

Rin menutup mulutnya dan menunduk. Berusaha menahan tawa mengejek yang hampir saja dia katakan. Sebelum dia mulai berdiri dan duduk di sisi ranjang miliknya. Menatap [name] dengan wajah yang berbeda dari biasanya.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang