"Semua tindakan anda adalah bentuk pengkhianatan, Rin. Meski saya sendiri tahu bahwa anda tidak mungkin berkhianat."
Nakamoto berdiri dari posisinya. Menatap ke bawah saat Rin bersimpuh di atas lututnya dengan wajah tertunduk.
"Saya tidak percaya bahwa ada sedikit perubahan dalam sikap anda, setelah anda bertemu dengan [Name] yang sudah mencuci otak–"
"Tidak, dia tidak ada kaitannya, Jendral. Dia tidak salah apapun dan dia melakukan kesalahan itu karena keadaan, bukan keinginan," sela Rin cepat menjawab.
Membuat seisi ruangan yang meratapi terdiam dengan beberapa ucap itu.
"Apa?"
Nakamoto memiringkan kepalanya.
"Apa yang baru saja anda katakan?"
Rin hanya dapat menatap kosong kearah lantai. Dia merasa semua ini adalah kesalahan besar karena ulahnya sendiri. Dia merasa telah membahayakan [Name].
"Saya ingin anda dan yang lain berhenti mengganggu hidup gadis itu. Bukan karena saya membela maupun alasan aneh lainnya, tapi ini soal...
"Soal perikemanusiaan."
"Perikemanusiaan?"
Semua orang seketika terbelalak tak percaya, begitu pula dengan Nakamoto. Rin tidak pernah mengatakan hal ini, dia tidak pernah.
"Rin, Rin... anda sudah dewasa. Saya akan membunuh gadis itu, jika anda masih berinisiatif untuk mendekatinya. Dan juga, hukuman berat tidak akan segan untuk menunggumu," timbal Nakamoto lebih tegas.
"Tenang saja, saya tidak akan membunuhmu. Posisi dan kedudukanmu sangat penting bagi prajurit dan balatentara Nippon. Tapi tetap saja, akan ada konsekuensi yang harus anda hadapi.
"Anda terbukti melukai rekan sendiri untuk melindungi keluarganya, terbukti menyelamatkan [Name] dari penampungan wanita di rumah bordil, juga terbukti menghabiskan waktu dengan gadis itu. Apa lagi yang ingin kau jadikan alasan belaka?"
Ucapan menyindir Nakamoto mengundang jenaka kecil bagi beberapa prajurit dan rekan Rin sendiri. Dalam posisi ini, Rin seolah dipermalukan.
"Maaf, Jendral. Saya tidak ingin membuat alasan, tapi membuat fakta yang anda sendiri putar balikkan di saat yang bersamaan."
Pria ini benar-benar tak kenal lelah untuk membuktikan kepastian. Dia tidak merasa malu, maupun gugup dan getar ketakutan.
"Memutar balikkan fakta? Lancang sekali kau berbicara. Lihat siapa yang kau ajak bicara, bodoh..." Ejek Shidou monontoni dari pesisir.
"Gadis itu bukan sembarangan dalam melakukan hal. Sekarang saya pikir anda semua perlu mengintropeksi diri, mengapa gadis itu terlihat mengganggu padahal kalian sendirianlah yang memulainya. Dia tidak sejahat itu, kalian hanya tidak pernah melihat sisi lain dirinya!"
Nada dingin itu terdengar semakin ditinggikan. Puncak emosi Rin perlahan tak bisa terus menerus bersabar.
Cukup, Nakamoto pun terlihat mulai kesal. Dia mengambil sebuah buku dan membanting nya diatas meja. Para prajurit bahkan rekan-rekan Rin sekalipun siap membungkam mulut.
"Rin, anda benar-benar mengalami pencucian otak dari gadis Pribumi itu? Saya tidak akan bersikap lembut perkara hal ini."
Tatapan tajam itu benar-benar terlihat mengintimidasi, namun Rin tak bergeming takut.
"Anda salah besar, Tuan Nakamoto."
Pria itu berusaha terlihat tenang sebaik mungkin.
"Pilihlah pilihanmu. Anda yang akan meninggalkan gadis itu dan tidak muncul di hadapannya lagi. Dengan itu, saya akan memutus semua ancaman yang pernah gadis itu terima. Saya akan membebaskan gadis itu asalkan anda mau melupakan dan membuangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfiction"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...