Shidou mulai menjauhkan jangkauan pistolnya dari kening pribumi di hadapannya. Ia terus menatapnya, menerawang wajah cantik natural dengan rambutnya yang terurai.
"Aku tunda perkataan menyeramkanku tadi, kau terlalu cantik."
"A-apa?" [Name] mengelak ragu. Nafasnya memburu cepat seiring berjalannya waktu. Ketakutan yang pernah terjadi di rumah bordil, melintas di kepalanya.
"Lalu apa maumu? Membunuh Rin?" tanyanya gemetar.
"Aku mau tubuhmu, persetan dengan pria menjijikkan itu," jawabnya dengan kekehan sinis. [Name] tidak pernah menduga ini, tujuannya berubah?
Gadis itu menggeleng cepat. Dia segera bangkit dari posisinya untuk mencari Rin. Pria ini sakit, dia benar-benar tidak bisa berada di dekatnya lagi. Menyeramkan.
"Kau pikir kau bisa lari kemana, [Name]?"
"Akh!" Shidou menarik keras lengannya. Tulang-tulang tubuhnya terasa ikut tertarik.
"Lepaskan, Kau iblis tidak punya hati!" jeritnya bercampur suara isakan. Berusaha menarik diri untuk meraih pintu rumah.
"Sepertinya aku harus mengunci pintu rumah, menurutmu?" ia menyeringai puas. Mengeluarkan suara kekehan sinis seolah ancaman yang sebenarnya akan dia hadapi. [Name] kembali menggeleng, air matanya bercucuran tidak tenang.
"JANGAN!" Teriaknya tak mau.
Shidou melepaskan [Name], mendorongnya jatuh ke lantai. Kedua kakinya melangkah mendekati pintu. Menggenggam gagang pintu tersebut kemudian mendorongnya untuk segera menutup.
Sebelum suara benturan keras membuat pintu tidak dapat tertutup, seperti ada sesuatu yang menahannya.
"Siapa?" gumamnya kebingungan. Menekan pintu untuk tertutup pun, tetap saja tidak bisa. Sesuatu yang menghalangi ini, cukup kuat.
Shidou berinisiatif untuk mengintip, dan tentu dia terkejut.
"Ah~ bocah kesayangan jendral datang dengan sendirinya~?" ucapnya bersama raut merendahkannya.
"Diam." Rin memberikan tatapan mengintimidasi. Dia menggunakan celah itu untuk menonjok wajah teman satu rekannya. Lebih tepatnya rival.
Tonjokan itu membuat Shidou terdorong, memegangi wajahnya. Dan pintu pun lebih ringan untuk dibuka.
Rin menendang pintu. Menerawang apa yang terjadi di sekitarnya sebelum tatapannya menatap lurus ke arah [Name]. Mulutnya ternganga, namun ia segera mengontrol emosinya.
Berlari cepat mendekati tunangannya, kemudian memeluknya. Kondisi gadis ini, sungguh mengejutkan dirinya. Tubuhnya terasa gemetar. Apa suara benturan yang sebelumnya ia dengar adalah mereka berdua?
Dari awal sudah cukup mencurigakan.
"Aku disini, sayang..." bisiknya berusaha menenangkan. Mengusap kepalanya dan memeluknya dengan lembut.
"Aku takut, Rin... Dia menakutkan..." balasnya dengan gelengan kepala. Menangis begitu melekit.
Rin tidak menjawab, ia terdiam untuk beberapa alasan. Memilih untuk memeluk tunangannya, menenangkannya.
Shidou mengusap kasar nan agresif wajahnya. Menghembuskan nafas berat dengan seringai kecil di wajahnya.
"Kau harus kembali, ini bukan tempatmu, bodoh..." ucapnya disambung tawa terbahak-bahak. Pria itu mulai berjalan mendekat, perlahan namun tajam.
"Aku bisa membunuh siapapun agar kau patuh pada jendral, kau keterlaluan," ucapnya kembali.
"Melawan perintah orang yang lebih tua benar-benar kesalahan besar. Bukankah di kelas militer pun kau sudah mempelajari apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak? Ingat kata jendral, kalian tidak mungkin bersatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fiksi Penggemar"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...