Chapter 11

3K 370 107
                                    

[Name] terus memegangi toples itu. Dia Langsung turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati Rin.

Menatap wajahnya yang tenang dan tidur lelap begitu lelah.

Menatapi matanya yang terhalangi helaian rambut, membuat [name] tanpa sadar menggerakan tangannya dan berusaha menyingkirkan helaian rambut itu ke samping.

Matanya yang datar dan sinis benar-benar khas.

Sampai tiba-tiba, tangan Rin bergerak cepat mencengkram tangan [name]. Dengan mata masih tertutup, dia bisa begitu peka pada lingkungan nya.

[Name] terdiam muram, dia mulai cemas dengan dirinya sendiri. Pasti Rin akan salah paham.

Matanya perlahan terbuka. Melirik tajam kearah [name] yang berdiri tepat disampingnya. Menatap salah satu tangannya yang rapuh dan lembut berada diatas keningnya.

Lalu pandangan nya tertuju pada toples berisi kunang-kunang di tangan kirinya.

"Sedang apa?" ucapnya rendah dengan suara serak nya yang dingin.

[Name] langsung menarik kembali tangannya dan mundur selangkah. Tersenyum tipis meski tak meyakinkan.

"Tadi ada cicak merayap diatas kepalamu..." paniknya dengan ekspresi gugup.

Bohong.

Rin membatin diam. Seketika bangkit dari posisinya. meregangkan tubuh dan mengerang lega. Tubuhnya terasa sedikit lelah, namun lebih baik.

Tatapannya kembali tertuju pada kunang-kunang di dalam toples itu. Yang sedang [name] genggam.

Apa itu belum cukup untuknya? Pikirnya dalam diam. Tatapannya begitu dingin, membuat [name] mengira bahwa Rin akan memarahinya.

"Huft.."

Rin segera berjalan mendekati jendela kamarnya. Lalu membukanya lebar-lebar. Membuat angin dingin menghembus kedalam ruangan.

Dia kemudian keluar. Melompat dan menginjak tanah. Rambutnya tertiup mengikuti arah mata angin. Sementara [name] memeluk toples itu erat-erat.

"Ikuti aku," Tuntut nya kasar yang mulai berjalan begitu saja, membuat [name] diratapi kebingungan.

"T-tunggu... Kita mau kemana?" [name] berbisik pelan dan mulai berjalan mendekati jendela. Mengejar Rin yang mulai meninggalkannya.

Apasih... Dia selalu blak-blakan... [Name] membatin kesal. Dia mengendap-endap di malam yang sepi itu. Ditemani banyaknya obor dan lampu. [Name] menatap punggung Rin yang menjulang tinggi di hadapannya, bertanya-tanya kemana tujuan nya pergi. Ketika itu pula langkah nya mengarah kearah hutan. Sudah berada diluar perbatasan asrama tentara Nippon. Tak ada pilihan lain selain percaya pada arah tujuan Rin saat ini.

Mereka mulai memasuki hutan, Rin dengan santainya berjalan tanpa memedulikan [name] yang sedang kesulitan untuk mengendap-endap. Dia mulai naik pitam.

Setidaknya bantu aku, komandan sialan! Batinnya kembali. Kakinya terus menerus hampir tergelincir karena banyaknya akar dan bebatuan di hutan. Dengan rok kebaya nya, dia kurang bisa bergerak terlalu lebar. Rin akhirnya berhenti berjalan secara mendadak, membuat [name] menabrak punggungnya. Dia mengelus keningnya seraya menggerutu.

"Sampai."

Suara arus sungai yang menenangkan dan alami terdengar. Deru ombak sungai terus meluncur turun mengikuti arus. Bebatuan ada di samping jalur sungai. Dan sekali lagi, kegelapan terisi cahaya berkat adanya banyak kunang-kunang disana.

[Name] segera mendongak, menatap pemandangan di hadapan mereka.

Matanya perlahan melebar tak percaya. Apa ini surga kunang-kunang?

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang