Chapter 31

2.1K 258 124
                                    

Bulan bersinar cerah, menyinari dua sepasang insani yang saling membicarakan perasaan. Meski malam terasa dingin, namun dingin pun tak mampu menembus dinding tubuh mereka. Karena ada titik kehangatan yang melebar di sekitar mereka.

Ucap hangat penuh kasih.

Setelah berpelukan cukup lama, Rin menarik diri. Menatap wajah gadis di hadapannya dengan wajah tenang.

"Satu lagi...?"

[Name] mengusap sisa air mata yang masih berjatuhan. Menatap Rin dengan wajah bertanya-tanya.

"Iya, satu lagi."

Rin mengambil kantong misterius yang ia bawa sebelumnya. Lalu mengeluarkan sebuah hiasan kepala yang sederhana namun cantik. Berhiaskan bunga melati putih yang mengeluarkan semerbak harum, juga ranting-ranting yang ikut menjadi hiasan.

Ia pasangkan perlahan di atas kepala gadis itu. Rin merapihkan helaian rambut yang menghalangi sebagian sisi wajahnya.

Betapa menawannya penampilan [Name] dengan hiasan kepala itu. Cintanya seakan bertambah.

Pria dingin ini tiba-tiba berlutut. Memposisikan diri seperti seorang pangeran yang hormat di hadapan tuan putri. Pria yang kita kenal dingin ini, menunjukkan sisinya yang tidak banyak orang ketahui. Hanya orang yang pria itu cintailah yang ia tunjukkan.

Rin mengambil salah satu telapak tangannya, mengusap lembut punggung tangannya.

"Sebagai bukti bahwa perasaanku nyata. Biarlah Tuhan melihat bahwa status kita tidak akan menjadi penghalang. Tuhan tahu, ada cara untuk menyatukan kita. Aku akhirnya memutuskan bahwa aku akan sangat egois terhadapmu..."

Rin menatap rendah ke arah punggung tangannya, lalu mengangkat kepalanya dengan tatapan penuh jawaban.

"Menikahlah denganku."

Seketika itu pula, bulu kuduk gadis itu terangkat merinding. [Name] terbelalak tak percaya. Ia mengira pria ini hanya sebatas mencintai, tidak sampai melamarnya. Apa tujuannya diwujudkan oleh tuhan?

Ia ingin menikah untuk membuktikan kepada Tuhan dan kedua orang tuanya, bahwa ia bisa bertahan sampai sejauh itu.

Tapi kali ini, jodohnya adalah pria yang seharusnya menjadi musuhnya. Pria yang tidak ia duga sejak awal akan melamarnya. Pria yang selalu memperlakukannya tanpa pandang bulu. Pria yang peduli namun malu untuk menunjukkannya.

Rin, apa memang tuhan mempertemukanku denganmu karena ini rencananya sejak awal?

"Rin... Bukankah masih ada wanita yang jauh lebih cantik dariku?" tuturnya dengan wajah ragu.

Dia bisa saja menerimanya, tapi kegugupan itu membuatnya tidak pasti.

Rin sendiri merasa sedikit kecewa oleh jawaban itu. Yang ia inginkan hanyalah kata ya dan menjadikannya sebagai miliknya. Tapi apapun itu, masih ada peluang.

"Mungkin ada banyak wanita cantik di dunia ini, tapi hanya ada satu [Name] yang sangat aku inginkan. Aku menginginkanmu, dan aku juga menginginkan ketidaksempurnaanmu." Rin berusaha menguatkan peluang jawaban ya pada gadis itu.

"Semua perkataanku akan kugenggam sampai perang telah usai nanti. Lalu, kita bisa pulang."

Sepertinya tak ada yang bisa [Name] ragukan lagi. Mula-mula ia atur perlahan hembusan nafasnya. Sebelum [Name] menunjukkan senyuman tipis yang cerah keindahannya.

"Terimakasih sudah mencintaiku, terimkasih sudah selalu menolongku, terimkasih untuk semua yang kau lakukan untukku..."

[Name] terkekeh melihat ekspresi serius namun tegang itu.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang