Chapter 15

2.4K 317 85
                                    

Siapa yang tidak mungkin tidak tenang saat mendengar suara derasnya aliran sungai? Kicauan burung kesana-kemari serta matahari yang bersinar terik.

"Astaga, padahal penjajahan masih melanda tapi aku seperti berada di surga~!" Puas Bachira seraya memakai pakaian nya.

"Surga? Kau gila? Diluar sana orang bekerja keras karena perintah..." Sergah Isagi dengan helaan nafas kecil. Ia sibuk menyiapkan Sarapan sederhana seadanya. Mungkin tidak seberapa, tapi setidaknya makanan ini mengandung gizi dan steril.

"Noh, ayo makan..." Ucapnya santai dengan kedua tangan sibuk mengotak-atik sana sini. Bachira mengambil piring beling yang khas dengan hiasan corak. Lalu mengambil nasi dengan santai dan menambahkan kangkung sebagai hiasan nasi miliknya.

"Aku takut masakan mu rasa pindang busuk seperti dulu..." Keluh nya pelan menghirup aroma rasa dari sarapannya itu. Isagi merasa tersindir, itu membuatnya sedikit malu dan kesal disaat yang bersamaan.

"Ayolah, aku tidak sama seperti dulu..."

"Aku masih ingat saat kau menggoreng tempe tapi bentuknya tidak simetris..."

"Diam dan makan saja, masakan ku tidak mengandung racun!"

"Memang, tetapi mengandung unsur pindang busuk- akh!"

Sebuah cupitan kecil menjepit hidungnya yang mulai memerah. Rasanya udaranya langsung tertutup dan hidungnya berhenti menghirup udara. Dia merengek kesakitan.

"I-isagi! Aku tidak bisa bernafas! T-tadi aku bercanda!" Ucapnya bindeng dengan sedikit rengekan menyesal.

"Setidaknya aku tahu cara memegangi teko.." Sindirnya balik yang perlahan segera membebaskan Bachira.

Ia segera mengusap puncuk hidung nya yang memerah pekat dengan wajah muram.

Mereka memutuskan untuk berhenti berdebat dan segera menyantap santai makanan mereka masing-masing. Sembari Isagi diam-diam memikirkan keberadaan [name] saat ini. Bagaimana jika dia di tangkap oleh- ah! Sudahlah! Kita harus berpikir positif.

***

"Lepaskan!"

Jerit [name] berusaha menghentikan gerakan kedua kakinya. Tanah yang licin membuatnya sulit berhenti.

Rin terus mencengkram lengannya, tanpa peduli apa yang sedang dirasakan [name] saat ini. Menyeretnya secara paksa tanpa persetujuan yang adil.

"Rin! Lepaskan!"

Bentakan itu membuatnya terhenti. Dengan telapak tangan yang semakin erat mencengkram pergelangan tangannya. Tanpa menoleh, dia bersahut serak.

"Sejak kapan kau tahu nama ku?" Herannya tiba-tiba.

Dengan panik, dia mulai menjawab.

"D-dari karasu yang kemarin tiba-tiba hadir..."

Rin terdiam sejenak. Sebelum dia kembali menyeret [name] untuk mengikutinya. Lagi-lagi, ia harus berusaha menghentikan langkah kakinya sendiri dari paksaan pria Nippon di hadapannya.

Tibalah di sebuah lokasi dimana suara derasnya air sungai mengalir. Dengan kedalaman yang lumayan dan bebatuan besar di antara aliran sungai.

Rin menyeretnya hingga mereka tepat berada di sisi sungai.

"Ini hukuman untuk mu karena tidak menuruti perintahku."

Dia segera mencondongkan tubuh [name] tepat berada diatas aliran deras air. Kedua tangan nya dengan cepat menggenggam salah satu tangan Rin. Menahan dirinya yang akan jatuh hanyut di dalam aliran sungai.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang