Chapter 36

1.2K 176 20
                                    

"Semakin ke sini, kamu semakin berantakan, Rin. Di mana sosokmu yang dulu?"

Komentar demi komentar sudah terdengar beberapa kali dalam beberapa hari berlalu. Telinga ini terasa perih untuk mendengar setiap nasehat pria itu. Muak, Rin berharap sosok ayah angkatnya ini kehilangan lidahnya.

Melihat wajah tak peduli sang putra, Nakamoto bergerak memukul meja.


"Rin, kamu dengar saya tidak?!"

"Tidak."

Rin kali ini tidak takut. Sosoknya yang dulu selalu patuh pada pria terhormat di hadapannya sudah sirna karena ulah pria itu sendiri.

Niat ingin membuat Rin lebih teratur dan fokus pada pekerjaan sangat sia-sia. Rin sengaja membuat semua usaha keras ayah angkatnya sia-sia. Ini sebagai balas dendam tersembunyi.

"Dugaan saya benar sepertinya? Semenjak kamu bermain cinta dengan seorang gadis, kamu juga semakin keras kepala. Kamu tahu hal apa yang paling saya benci? Perlawanan."

Nakamoto beranjak agresif dari kursinya. Kedua bola mata memelototi Rin dengan emosi yang terasa mencekam.

"Sekali saja kamu fokus membangun Nippon apa susahnya? Kamu itu tentara, bukan rendahan kayak Pribumi di luar sana! Saya peringatkan sekali lagi, saya paling benci sama perlawanan. Terutama perlawanan kamu sekarang!" Nakamoto membentak. Unjuk emosi itu terdengar hingga ke luar ruangan.

Aryu yang bahkan sedang berdiri diam di pesisir koridor cukup tersentak saat mendengarnya.

Bedebah itu dimarahi lagi... Pikirnya tak ambil heran namun sedikit khawatir.

Pria berstatus komandan terpercaya Nippon hanya diam. Tatapan dingin terarah ke depan tanpa arah. Nakamoto menggeleng lelah, sikap lelaki yang sudah ia anggap seperti putra kandungnya sendiri benar-benar memuakkan.

"Sudah dewasa tapi tingkahmu masih seperti remaja nakal. Cinta masih bisa ditemui di negaramu sendiri, bukan di sini! Kamu tahu, Rin? Gadis yang membuatmu jatuh cinta adalah seorang pembunuh!"

"Jangan pernah sebut dia pembunuh dihadapan saya."

Ucapan tajam mengancam akhirnya keluar. Rin memfokuskan tatapannya pada Nakamoto sekarang, memperlihatkan bahwa ucapan panjang lebar itu membuatnya benci.

"Saya selalu meladeni semua permintaan anda sekali pun saya sendiri tidak nyaman. Saya selalu melaksanakan apa perintah anda. Saya selalu memberikan banyak ruang dan tempat untuk anda beristirahat bahkan melampiaskan amarah. Tapi apa? Anda sendiri tidak pernah menganggap saya sebagai manusia." Rin menurunkan nadanya.

Sudah sejak dirinya diadopsi, ia kira kehidupannya akan berjalan dengan baik. Memiliki sosok ayah yang tangguh dengan pekerjaan menantang nyawa benar-benar mengagumkan.

Tapi ternyata harapan Rin terlalu tinggi. Sosok Ayah yang ia kagumi benar-benar mengecewakan hatinya sudah sejak lama. Dia hanya memendamnya sendiri supaya Nakamoto tidak mengkhawatirkan dirinya.

Lagi-lagi dia salah, Nakamoto memang tidak pernah mengkhawatirkannya.

Rin kecewa? Tentu.

"Jika anda tidak bisa menganggap saya sebagai manusia, saya sendiri tidak akan pernah menganggap anda sebagai AYAH saya sendiri. Saya tidak suka berpura-pura menganggap seseorang yang selalu mengecewakan saya, bahkan ketika saya sudah dewasa seperti ini. Mengecewakan."

Perdebatan antara ayah dan sebatas anak angkat ini tak berhenti sampai di situ. Nakamoto tidak Terima harga dirinya dihancurkan oleh mulut putranya sendiri.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang