Seperti biasa, pagi ini mereka bertiga melakukan aktivitas dengan baik.
Meski Isagi terlihat terus terang memasang wajah datar bak kesal. Dia sedari tadi hanya memalingkan wajah dari Bachira dan [name].
"Ada apa dengannya?" Bisik [name] kebingungan sembari mencuci tangannya di sungai.
"Pfft- biarkan saja, dia hanya butuh waktu sendiri... Mungkin karena aku membiarkan mu pergi..." kekehnya terlihat tak peduli.
"Tapi... Jika dibiarkan, dia bisa terus seperti ini..."
"Ayolah, biarkan saja! Toh, dia pasti akan kembali membaik..."
Bachira menggeleng heran. Dia sedang berdiri di tengah aliran sungai yang tidak begitu berbahaya karena cukup dangkal. Berencana menangkap seekor ikan dengan tangan kosong.
Pada akhirnya [name] menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi jika Isagi sudah marah sementara dia tidak tahu bagaimana cara membujuknya?
"Bachira, berhati-hatilah... Isagi juga..." Titahnya dengan nada yang sengaja dikecilkan saat menyebut nama Isagi.
"Jangan khawatir!" Teriaknya disambung sebuah senyuman.
[Name] berjalan masuk kedalam rumahnya. Lalu pergi ke kamarnya.
Dengan hati terasa hampa, dia duduk diatas kursi. Menyandarkan tubuhnya di punggung kursi sembari memikirkan banyak hal di kepalanya.
"Apa Isagi marah karena aku? Apa seharusnya aku tidak pergi kemarin..?" gumamnya merasa bersalah.
Ia memejamkan matanya, segera membiarkan dirinya tenggelam kedalam lautan dalam pikiran.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Pribumi rendahan?"
Sontak saja, [name] kembali membuka matanya. Suara itu langsung menitah tubuhnya untuk duduk tegak dan mencari arah suara itu. Baru saja ia akan bersantai, malah ada sahutan aneh.
Rupanya dari arah jendela.
"Kau?!"
"Apa? Apa maksudmu kau?"
"M-maksudku Rin..."
Keterkejutan gadis itu berhasil membuat Rin terkekeh pelan. Dia menyandarkan punggung disebelah jendela.
"Aku terheran, apa kau melupakan sesuatu kemarin?" Tanya nya menginterogasi dengan nada rendah.
"Seharusnya kau ingat..."
Pertanyaan itu hanya membuatnya kebingungan. Dia lurus menatap kedepan, menatap kearah jendela yang tepat berada di depan meja belajarnya.
"Apa aku melupakan sesuatu?"
"Oh? Sepertinya kau benar-benar lupa..."
Rin kembali dibuat terkekeh oleh kebingungan gadis lugu ini. Dia menyerah. Salah satu tangannya mulai bergerak masuk melewati jendela yang sudah terbuka lebar sedari tadi.
Memberikan sekantong misterius yang [name] sendiri tiba-tiba teringat akan kelupaan nya.
"Belimbing!" Ucapnya riang.
Ia langsung menerima kantong itu. Mengecek kembali isi nya dengan teliti.
"Sejak kapan kamu ingat?" sela nya mulai menatap Rin.
"Kemarin," balasnya singkat.
Hatinya mendadak lega. Untung saja Rin ingat akan buah-buahan segar ini. Mereka matang dengan sempurna.
"Tunggu disini, aku akan segera kembali!"
Drap. Drap. Drap.
[Name] berjalan pergi keluar kamar. Membawa sekantong buah itu kearah dapur sementara Rin diam bersandar menunggu kehadiran gadis itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfiction"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...