Chapter 35

1.4K 212 26
                                    

Udah berapa minggu ini watashi ga update?

Jujur aku udah lama banget gak buka wattpad gegara...💁🏻‍♀️ Aku sempet penyakitan sih, tapi syukur udah sembuh.

Biasalah, orang penyakitan namanya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasalah, orang penyakitan namanya juga.

Gila, aku ga nyadar bisa sampai bulan Mei ga buka wattpad bjir. Huhu, kangen update lagi ampe beberapa aku lupa scene di setiap chapter yang aku buat.

Ishhh aku minta maap ya, gak dimaapin juga ndak apa deh. Tau aku malah ngegosting kalian sksksk.

I'm really sorry, sksksk🗣️💐🙏🏻💞.

Note : sebentar lagi tamat🥺👍🏻.

***

Hangat pagi ini bukan berarti tetap terasa hangat bagi sebagian orang. Meski matahari terbit, kehangatan itu tidak bekerja. Dingin dan sayu.

Hari yang tidak ada hal baru itupun tiba. [Name] hari ini tidak menunjukkan senyuman apapun. Dia duduk diam di atas ranjang tipisnya dan merenung. Mata panda terlihat jelas.

Isagi pun begitu, hari ini sangat sunyi. Dia hanya diam, duduk, dan tidak mengatakan apapun. Berbaring dengan letih sembari memikirkan banyak hal di kepalanya.

Kematian Bachira memicu adrenalin untuk balas dendam. Tapi ia tahu, itu terlalu egois.

Bagaimana dengan [Name] yang telah menjadi saksi mata peristiwa berantakan kemarin?

Dimulai dari kedatangan Shidou, ingatan buruk soal rumah bordil, kematian Bachira, dan sahabat dekatnya sendiri yang mengkhianati tanah bangsa. Mengapa?

Sampai kapan ini terus terjadi..., batin [Name] merasa sangat lelah.

Wajahku pasti sangat buruk sekarang, lanjutnya.

[Name] tidak memiliki semangat apapun. Entah mengapa, matanya tetiba berair. Pandangannya seketika buram dan panas.

[Name] segera mengusap kasar kedua bola mata dengan pakaian lengannya, menolak untuk merengek seperti anak kecil. Ini bukan waktunya untuk menolak takdir yang Tuhan berikan.

Tapi perasaan tak ikhlas dalam dirinya benar-benar melilit hatinya, ia langsung buyar dengan tangisannya.

Entah itu karena kematian Bachira, atau pengkhianatan sobat baiknya, atau mungkin kepergian Rin.

Saking kesalnya, perlahan [Name] mulai memukul tanah dengan tangan kanan terkepal. Daripada menyakiti dirinya sendiri, lebih baik menyakiti objek tak bernyawa.

Sialan, brengsek! Jeritnya tak bersuara.

Aku merindukan rumah sederhana dengan pemandangan sawah... Dan Ayah, Ibu.

Suara pintu terbuka langsung terdengar begitu saja. Sebuah tangan mencengkram erat gagang pintu yang ia tarik ke bawah.

"[Name] ada apa denganmu?" Isagi dengan panik seketika menghampiri sosoknya. Berlutut cepat dengan kedua tangan mengusap punggung gadis tersebut.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang