Chapter 18

2.3K 332 90
                                    

Kenapa aku merasa lemas, ya?

[Name] memegangi kepalanya. Rasa lelah dan bosan terus memutari benaknya. Ingin sekali ia segera pulang lalu beristirahat dengan tenang di sana.

Ini pasti sudah melebihi 1 jam, kan?

"Hey..."

"Hm?"

"Apa aku sudah boleh pulang?"

Dia menatap papan catur yang sedang dipinjaki anak-anaknya. Karasu hanya tersenyum tipis, sebelum menghentikan gerakan jemarinya yang akan memindahkan anak catur miliknya.

"Sebegitu ingin kah kau untuk pulang? Padahal kita masih bisa bersama..." Ucapnya riang dengan ekspresi nya.

"Keluarga ku sudah menunggu di rumah..." Balasnya pelan. Berusaha membuat nadanya dramatis agar Karasu mengasihani nya lalu langsung membiarkan nya bebas. Seperti itu kira-kira jalan pikiran [name] saat ini.

Karasu mendengus pelan.

"Seharusnya kau bersyukur. Aku menyuruh bawahanku agar tidak membunuh keluarga mu, aku bahkan menyuruh bawahanku untuk melindungimu di perjalanan menuju kemari. Dimana rasa terimakasih mu?" Ia mendesis keras. Memojokkan [name] agar ingin menetap lebih lama di tempat.

Tapi ia tetap pada tujuannya, sayang sekali.

"Aku berterimakasih soal itu. Kau tidak membunuhku, kau mengajak ku bermain, dan kau juga melindungi keluarga ku. Tapi aku sudah muak menetap disini. Kau tidak tahu seberapa tegang kondisi ku sekarang? Bahkan ketika Rin kesana kemari seraya membanting pintu nya. Kau pikir aku harus berbahagia karena kondisi itu? Aku muak...

"Tapi sekali lagi, aku berhutang budi pada kesempatan yang kau berikan padaku..."

[Name] segera bangkit dari tempat duduk.

Jujur saja, ia merasa tidak enak badan sekarang. Kepalanya pusing kunang-kunang, tapi ia menahannya.

"Aku terharu mendengarnya, tapi aku tidak bisa melepaskan bidadari yang sudah ku cari dengan susah payah~"

Ia berjalan mendekati [name]. Tatapan tajam dan seringai di wajahnya, benar-benar menegangkan hatinya.

Dia berjalan mundur dan mundur, langkah panjang Karasu seolah ingin memojokkan tubuhnya.

"Kau... Aku tidak mengerti dengan manusia brengsek seperti kalian..."

"Siapa brengsek yang baru saja kau katakan, hm?" Ia mengangkat alisnya.

Situasi ini sangat amat tidak menguntungkan. Aku ingin pulang, secepatnya.

***

Pelatihan malam kini selesai. Mereka berdua segera mengatur posisi para tentara ke dalam barusan yang rapi dan teratur.

"Pelatihan kali ini cukup sampai sini. Lanjutkan besok malam," titah Rin tegas dengan tatapan yang sibuk membaca ekspresi mereka.

"Tidak ada informasi tambahan, kembali ke asrama."

"Siap, laksanakan!"

Tap. Tap. Tap.

Masing-masing para tentara mulai berjalan pergi meninggalkan tempat.

Aryu menoleh kearah Rin, "Simpan lagi kapurnya, jendral bisa marah karena kapur mereka hilang." Aryu menepuk pelan pundak Rin, lalu segera berjalan pergi kearah jalur asrama.

Ia menghela nafas kesal, segera mengambil sekotak kapur itu dan berjalan pergi kearah ruangan rapat yang sebelumnya ia datangi tanpa alasan.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang