Chapter 40

991 159 15
                                    

Watashi rekomen buat baca sambil dengerin lagu biar emosinya kerasa, arigatou-!!

***

"Cinta memang tidak bisa mengalahkan kematian. Tapi selama masih ada waktu, aku ingin terus berada di sisimu."

Ucapnya selama masih ada waktu. Terjawab semua sudah. Kenyataan sudah kenyataan. Perkataan sudah menjawab apa arti dari momen ini.

Cinta tidak bisa mengalahkan kematian. Meskipun kau berlari dari kematian, mereka bisa mendatangimu dan mengalahkan pelindung terkuat apapun.

Semua hanyalah bayangan, tidak ada yang nyata.

Tubuh gadis yang sudah berpenat-penat itu diseret oleh dua orang tentara Nippon suruhan jendralnya sendiri.

Tak ada lagi yang bisa dia pikirkan. Kedua matanya menatap kabur ke arah lantai. Bayangan bahwa Rin akan menyelamatkannya mungkin masih ia bayangkan. Berhalusinasi bahwa Rin sedang membawa tubuhnya dengan seekor kuda yang selalu ditungganginya.

Sayang sekali, dia hanya bisa berhalusinasi dari Kenyataan.

Ruangan baru dibuka lebar-lebar. Memperlihatkan betapa luas ruangan itu dan berapa banyak tentara yang berada dalam ruangan tersebut. Syukurlah, tidak semuanya.

Tubuh lelah akan takdir itu diletakkan di atas dataran lurus yang kasar. Ditinggalkan oleh dua orang tentara yang baru saja menyeretnya menuju lokasi. [Name] duduk kelelahan. Sesekali terdengar suara batuk kering dari balik mulut gadis itu. Karasu hanya mampu menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Bersama dalam ruangan namun berbeda jalan takdir.

"Cepat berdiri," titah Nakamoto hampir meneriaki. Tatapan tajam seperti silet kian terasa menyayat dalam jantungnya.

[Name] yang ketakutan seketika berdiri. Menunduk seperti anak kecil yang menyesal dan berdiri menuruti perintah pria di hadapannya. Suram, dinding dibelakangnya terhiasi cairan merah yang sudah menyerap pada dinding. Dia sendiri tak berani menoleh ke sembarang arah. Kedua kakinya diborgol yang membuatnya tak bisa bergerak leluasa.

"Saya tidak ingin banyak berbasa-basi di sini. Jika kamu menoleh ke belakang, darahmu akan menancapkan sejarah dalam dinding dibelakangmu. Sama seperti pribumi lain yang bertingkah keji sepertimu, pembunuh."

Kalimat menyakitkan itu berhasil memicu bawang dalam kedua matanya. Pedas. Panas. [Name] memejamkan matanya erat-erat guna menahan tetesan air mata yang bisa menetes kapan saja. Dia cukup mampu saling menggenggam kedua telapak tangannya. Pembunuh?

"Ambil senjata."

Salah satu tentara Nippon langsung bergerak mendekati sebuah meja. Mengambil pistol dan sebuah peluru untuk diisi ulang. Suara pistol yang mencekat menegangkan terus menerus terdengar. Sampai [Name] benar-benar ingin menusuk telinganya Hingga tuli.

Dalam situasi lain, seorang pria sedang sibuk berlari menuju ruang bawah tanah. Kakinya tidak mentolerir untuk berhenti. Sampai keringatnya yang mengalir deras ia seka dengan pakaian lengan.

Meskipun beberapa anak buahnya berusaha menahan, Rin terpaksa menggunakan kekerasan. Dia tidak menginginkan sebuah penghalang untuk menghalanginya. Tatapan mata yang menoleh Kanan-kiri berusaha mencari keberadaan [Name].

Penjara ini, penjara itu, penjara sana-sini. Satu persatu penjara ia periksa dengan detail. Sesekali dia membanting pintu karena merasa emosi. Ini mimpi buruk.

"Sialan!" Ketus Rin semakin kesal.

Dia berhenti sejenak. Nafasnya yang tersenggal membuatnya kelelahan. Sekali lagi dia menendang sembarang jeruji penjara guna menuangkan amarah dan kekhawatiran.

Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang